CEO CANTIK UNTUK ANAKKU

CEO CANTIK UNTUK ANAKKU

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-04
Oleh:  Santri KelabuOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 Peringkat. 7 Ulasan-ulasan
19Bab
5.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Kisah seorang duda dan satu anaknya, bertemu dengan bos cantik yang memiliki puluhan perusahaan. Awalnya Bos ini sangat membenci sikap Ardi yang mudah mengalah. Namun, dengan kesabaranya rasa benci itu berubah jadi cinta.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 01

KRIINGG!! KRIINGG!! KRIINGG!!

Suara alarm ponsel yang semalam Ardi pasang terdengar nyaring memenuhi seluruh ruangan kamarnya. Dia hanya Beringsut-ingsut karena risih dengan suara alarm tersebut. Anak laki-laki, yang usianya sekitar empat tahun terbaring di samping Ardi, segera beranjak untuk duduk di atas tempat tidurnya sambil mengumpulkan beberapa nyawanya yang sempat hilang.

Rehan Raditya Mubarok, putra pertama Ardi Raditya Mubarok. Ibunya meninggal bertepatan saat dia lahir, kini dia hidup dengan satu ayah yang sangat menyayanginya.

"Yah! Bangun udah jam lima." seru Rehan sambil mengoyang-goyangkan tubuh ayahnya.

"He-em" Ardi hanya berdeham. Namun, setelah tubuhnya terus di goyang-goyangkan oleh Rehan, dia segera bergegas bangun dan mencium kening putranya. "Iya nih! Ayah bangun. Yuk! Cuci muka lalu wudhu, abis itu! Kita sholat." Ajak Ardi yang langsung turun dari tempat tidurnya.

"Yah! Gendong." pinta Rehan sambil mengucek-ngucek matanya dengan kasar.

"Manjanya anak satu ini." gumam Ardi sambil mengangkat tubuh putranya.

Setelah selesai berwhudu dan sholat subuh. Ardi menyuruh Rehan untuk mandi dan bersiap-siap pergi ke pasar. Mereka berdua hidup serba berkecukupan, dengan Ardi yang menjualkan sayuran milik teman dari kakek dan neneknya.

Dulu Ardi merupakan seorang anak yatim piatu, yang di adopsi pasangan lansia ketika berusia dua puluh empat tahun. Saat kecil di panti asuhan, Ardi selalu di hina karena kekurangan fisiknya yaitu di kaki.

Dia selalu berjalan dengan terpincang-pincang, karena sebuah insiden kecelakaan ketika dia berusia tujuh tahun. Saat itu dia menolong seorang anak kecil yang hampir tertabrak sebuah mobil yang malah mencelakakan dirinya sendiri, itu membuat kakinya terlindas oleh ban mobil dan berakhir dengan dirinya sekarang.

Pernah, saat itu ada pasangan muda yang mau mengadosinya ketika Ardi berumur sepuluh tahun. Namun naas, suami dari pasangan itu malah menolak Ardi karena cara berjalanya yang terpincang-pincang.

KEMBALI KE MASA LALU.

"Mah! Papah enggak mau punya anak yang cacat kaya gitu?! Mamah coba pikir, apa kata keluarga kita nanti. Mending cari anak yang lainya ajah."

"Tapi pah! Anak itu mirip sama almarhum ayah mamah?!"

"Pokoknya papah enggak mau?! Kalo mamah terus maksa mamah nanti yang urus segala kebutuhanya dia."

................

Dada Ardi terasa sesak jika ingatan itu kembali. Bukan hanya satu atau dua kali. Tapi, hampir setiap ada pasangan yang salah satunya ada yang mau mengangkat Ardi menjadi anak sambung. Pasti akan berakhir seperti itu.

"Rehan udah siap belum?!" Sahut Ardi dengan duduk di atas sepeda tua milik almarhum kakek sambungnya yang siap di gayuh.

"Udah" jawab Rehan yang keluar sambil merapikan bajunya untuk di masukan ke dalam celananya. Dengan sigap, Ardi membantu anaknya memasukan baju yang terlihat kebesaran.

"Sudah siap!? Ayuk kita berangkat."

Ardi mengayuh sepeda Onthel tuanya dengan kecepatan sedang. Sambil menikmati momen angin pagi yang menerpa lembut wajahnya.

"Yah! Boleh aku berdiri?"

"Udah duduk ajah. Bahaya, udah pernah jatuhkan?!" jawab Ardi yang memperingatkan. Bukanya menurut, putra kecilnya malah langsung berdiri di jok tempay duduknya dan itu membuat keseimbangan Ardi sempat terganggu akibat terkejut.

Dengan sepontan dia memutar tanganya untuk menyanggah tubuh Rehan agar tidak terjatuh. Putra kecilnya yang tidak menghiraukan kecemasannya, cuma tertawa karena larut dengan imajinasinya sendiri.

Ardi mendesah pelan, membuang pemikiran negatifnya. Nyatanya, dia lebih suka dan nyaman mendengar anaknya bisa tertawa akibat hal kecil ini.

Dengan tersenyum tipis dia terus mengayuh sampai tiba di tempatnya untuk mencari nafkah. Saat mereka sampai, Ardi segera berhenti dan memarkirkan sembarang.

"Ada apa ini?!" tanya Ardi terkejut.

"M-mas!!" sahut seseorang, saat menyadari kedatangan Ardi. Ardi segera menoleh, dan mendapati Pakde Sadi putra pertama sahabat Kakeknya dulu.

"Ada apa ini Pakde. Kok! Tokonya di bongkar?!" tanya Ardi panik.

"Rukonya sudah kami jual Mas Ardi, mas tau sendiri bapak saya harus berobat di jakarta. Seluruh rumah sakit di Jogja sudah angkat tangan semua mas! Dokter menyarankan untuk di larikan ke Kota."

"Jadi, karena biaya! Kami sekeluarga sepakat untuk jual ruko ini mas. Nah ini?! Ada lebihan buat mas, karena sudah bantu usaha kami selama ini. Saya juga mohon maaf lupa mengabari mas Ardi."

Pakde Sadi menyodorkan beberapa uang ke Ardi. Dengan lemas karena sedikit syok Ardi menerima sejumlah uang tersebut sambil tersenyum getir.

"Terima kasih Pakde. Kalau begitu saya tinggal nih?!"

"Iya silahkan. Oh iya, ini sayuran yang masih seger tolong di bawa! Kalau kurang tinggal ambil aja terserah mas."

"Oh iya, sekali lagi saya berterima kasih Pakde." Sahut Ardi sambil menjabat tangan Pakde Sadi dengan sopan. Dia segera berbalik, dengan perasaan pahit yang masuk menjamah pikiranya.

"Rehan Nak!? Salim ke Pakde, kita mau balik." seru Ardi, sambil melihat anaknya yang tengah bergurau dengan teman sesama penjualnya.

"Loh, Mas udah mau balik yah?!" tanya Arifin teman sesama penjual yang terkejut saat anak yang tengah asik di candainya di panggil.

"Iya nih! Oh iya, pamit yah. Mungkin seterusnya saya gak jualan lagi."

"Loh kok bisa?!"

"Iya, pemilik toko sudah menjual ruko sama barang jualanya untuk berobat."

"Aduh mas.. Enggak ada sampean bakalan sepi nih."

"Yah, mau gimana lagi. Udah ya saya pamit." Ardi lalu menoleh ke arah Rehan yang tengah di berikan beberapa lembar uang oleh Pakde Sadi. Terlihat, Pakde Sadi memberikan beberapa nasehat kepada anaknya untuk tidak bandel dan nurut kepada orang tuanya.

Melihat Rehan yang tersenyum polos, membuat rasa sesak di dadanya semakin berat dan sakit. Bayangan negatif tiba-tiba muncul di pikiranya, namun kenyataan pahit ini. Harus ia telan sendiri.

Dia mengelus kepala anaknya dengan lembut, setelah berlari dari tempat Pakde Sadi menuju ke arahnya.

"Rehan mau makan Bakpia enggak?!" tanya Ardi penasaran.

"Mau!? Tapi Yah, ini pake uang Lehan aja. Kata Pakde, ayah nanti enggak jualan sayur lagi. Berarti nanti ayah enggak punya uang dong, kalo beliin Lehan Bakpia. Nih?!" seru Rehan sambil tersenyum polos, menyodorkan selembar uang seratusan yang telah di berikan Pakde Sadi tadi.

Hati Ardi semakin sakit, mendengar pernyataan  yang mengejutkan dari anaknya. Dia mengigit bibir bawahnya dengan keras.

Ardi berjongkok untuk menyamai tinggi anaknya. "Uang ini untuk Rehan simpen, ayah ada uang kok." jawab Ardi dengan lembut.

"Yaudah. Nanti Lehan simpen aja buat ayah." seru Rehan sambil tersenyum bangga.

Arifin yang sudah paham dengan keadaan Ardi. Ikut sedih, setelah melihat perbincangan sahabatnya. Dia menuju ke arah Ardi sambil menyelipkan beberapa uang ke kantong Ardi.

"Apa ini mas?!" tanya Ardi terkejut.

"Udah, buat rehan beli Bakpia." bisik Arifin sambil menepuk pundak sahabatnya dengan santai.

"Kalau begitu makasih nih mas. De, salim ke Om Arifin juga." setelah Rehan selesai menyalami Arifin. Mereka kembali menaiki sepeda Onthel tua mereka dan langsung mengayuh pergi.

Arifin, menggeleng-gelengkan kepalanya karena ikut bersedih dengan keadaan sahabat sesama penjual sayur seperti dirinya.

................

Di tengah jalan saat Ardi masih mengayuh sepedanya. Dia terkejut karena Rehan tiba-tiba menepuk pelan punggungnya di belakang.

"Ayah. Kenapa ayah diem aja?! Dari tadi Lehan ngomong ayah diem aja?!"

"Eh, maaf Rehan ayah tadi enggak denger. Kenapa?!"

"Lehan mau beli tas kayak itu!?" seru Rehan sambil menunjuk ke arah anak yang tengah menggendong sebuah tas berwarna merah yang berlogo Adidas.

"Iya.. Nanti ayah beli yah!? Tapi nanti, hari ini kita beli Bakpia oke."

"Iya ayah." jawab Rehan sambil mengertkan kembali pelukanya ke Ardi.

Ardi mengeluarkan nafas berat cukup panjang, dia bingung entah harus apa yang akan ia perbuat seterusnya. Namun, dalam hati dia menguatkan dirinya dengan berkata saya pasti bisa. Dia berkali-kali melafazkan BISMILLAHIRROHMANIRROHIM, dalam hatinya berkali-kali.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Arien Adjah
Bagus kak ceritanya, aku suka, lanjutkan ...... Salam dari Bos Playboy Itu Suamiku ...️
2021-08-08 06:21:12
1
user avatar
Ach Albar Mayyah
in cerita bagus baget
2021-07-24 15:42:04
0
user avatar
Ach Albar Mayyah
kpan slanjut ya
2021-07-22 17:30:28
0
user avatar
Kholis Alfaqir
ditunggu lanjutanya mind
2021-07-22 10:30:12
0
user avatar
Mochammad Sirodjul Munir
sangat bagus
2021-06-25 01:15:34
0
default avatar
cyprus.kohler
Suka banget ceritanya Thooor! Jarang nemu yg CEOnya cewek <3 Ka Author ada social media yang bisa ku follow kah?
2021-06-23 14:59:22
1
user avatar
Mochammad Sirodjul Munir
cukup menarik
2021-06-26 00:48:28
0
19 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status