Share

CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku
CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku
Author: SaljuHitam1505

Bab 1

last update Last Updated: 2024-12-30 17:19:10

“Ah! Pak! Lepaskan saya!”

Dengan gerakan cepat, Edrio menarik pergelangan tangan Gaura, membuat wanita itu terkejut dan berusaha melepaskan diri. Gaura, yang selama ini dikenal sebagai bodyguard tangguh, tidak pernah membayangkan dirinya berada dalam situasi seperti ini—ditawan oleh pria yang seharusnya ia lindungi.

“Pak Edrio, sadarlah! Anda bukan diri Anda sendiri!” teriak Gaura, mencoba meronta dari cengkeraman pria itu.

Namun, Edrio tidak mendengarkan. Matanya yang biasanya penuh kendali kini memancarkan sesuatu yang liar dan gelap. “Diam, Gaura. Aku tidak butuh nasihatmu sekarang,” desisnya, mendorong tubuh Gaura ke dinding dengan kasar. Suaranya terdengar sangat berat dengan napas yang tidak beraturan karena gairah yang tertahan.

“Jangan sentuh saya!” Gaura berusaha menendang Edrio untuk mempertahankan diri, tetapi pria itu terlalu cepat. Tangan besar pria itu dengan sigap menahan gerakannya, membuat Gaura semakin terpojok.

“Kamu tidak bisa kabur dariku,” gumam Edrio sambil mendekatkan wajahnya. Napasnya terasa panas di kulit Gaura ketika bibir pria itu mulai mengecup area telinga dan leher Gaura dengan ganas, membuat wanita itu menggigil, bukan karena takut, tetapi karena kemarahan yang mulai memuncak.

“Pak Edrio, jangan lakukan ini! Saya adalah bodyguard Anda, bukan mainan Anda!” teriak Gaura sambil mendorong dada pria itu dengan sekuat tenaga. Namun, usaha itu hanya membuat Edrio semakin nekat karena merasa tertantang.

“Kamu pikir aku peduli siapa kamu sekarang?” suara Edrio serak, penuh hasrat yang tak terkendali.

Saat Edrio mencoba menanggalkan pakaiannya, Gaura melihat peluang. Dengan satu gerakan cepat, ia menendang lutut Edrio, membuat pria itu terhuyung. Gaura segera meraih ponselnya yang terjatuh di lantai dan mencoba menelepon seseorang.

Tapi sebelum ia sempat menekan tombol apa pun, Edrio menariknya kembali dengan kasar. “Ke mana kamu mau pergi, Gaura?” Dengan satu gerakan, ia menyeret tubuh Gaura ke ranjang dan menjatuhkannya di sana.

“Pak Edrio! Sadarlah!” Gaura menjerit, mencoba menahan pria itu. Namun, Edrio tidak mendengarkan. Tubuhnya kini berada di atas Gaura, mengunci setiap gerakan gadis itu.

“Berhenti melawan, Gaura. Kamu tahu aku tidak akan membiarkanmu pergi,” desisnya sambil menatap tajam ke arah wanita itu.

Air mata mulai menggenang di sudut mata Gaura, tetapi bukan karena takut—melainkan rasa frustrasi yang luar biasa. Ia merasa dikhianati oleh seseorang yang selama ini ia hormati.

“Pak Edrio, ini salah! Anda akan menyesal!” suara Gaura mulai melemah, tetapi tekadnya tidak goyah. Ia terus berusaha melawan, meskipun tubuhnya mulai kehabisan tenaga.

Edrio yang sudah gelap mata tidak menghiraukan semua ucapan Gaura. Pria itu justru semakin gencar menyerang Gaura dengan gairah yang menggelora. Kaki dan tangannya bekerja sama untuk mengendalikan tubuh Gaura yang berada dibawah pria itu.

Pupus sudah harapan Gaura untuk bisa melawan. Kesucian yang sudah 25 tahun dia jaga, di malam ini telah terenggut dengan paksa oleh atasannya sendiri. Tubuh Gaura serasa hancur lebur. Rasa sakit yang tubuhnya rasakan, tak sebanding dengan hatinya yang berkali-kali menjerit kesakitan namun tak berdaya.

***

Pagi harinya, Gaura terbangun dengan tubuh yang terasa berat dan memar di beberapa tempat. Napasnya masih tersengal, dengan pikirannya terasa kacau. Ia menoleh ke samping untuk melihat Edrio yang masih tertidur pulas dengan tubuh polos dan hanya di tutupi oleh selimut.

Wajah pria itu terlihat begitu tenang, tanpa beban. Namun bagi Gaura, wajah itu sekarang hanya membawa luka dan kenangan pahit. Rasa marah, frustasi, sekaligus bersalah mulai bergemuruh di hatinya.

“Pria ini…” gumam Gaura dengan suara serak. Ia bangkit perlahan, tubuhnya terasa nyeri. Dengan susah payah, ia mengumpulkan pakaiannya yang berserakan dan masuk ke kamar mandi dengan tubuh gemetar.

Di dalam bathtub berisi air dingin, bayang-bayang adegan panas bagaimana kesucianya terenggut dengan paksa itu berputar seperti mimpi buruk. Ia mengingat bagaimana Edrio yang biasanya tenang dan dingin berubah menjadi seseorang yang asing, penuh gairah yang membabi buta.

Ingatan Gaura kembali saat Edrio, memintanya untuk ikut serta dalam sebuah pertemuan bisnis di sebuah bar. Meskipun sedikit enggan, Gaura tetap menuruti perintah sang atasan dan tidak bisa menolak permintaan tersebut, karena ini adalah tugasnya untuk menjaga keamanan sang CEO.

Saat ia melihat gelagat aneh Edrio yang bukanya melakukan rapat bisnis, justru terlihat beberapa kali meneguk wine dengan tatapan kosong, Gaura langsung berpikir ada yang tidak beres. Dugaannya pun terbukti ketika dirinya melihat Edrio di bawa oleh seorang wanita seksi menuju hotel. Rupanya, sang CEO itu di jebak untuk melakukan hal di luar batas dengan wanita tersebut.

Gaura tentu saja tidak tinggal diam. Dirinya melindungi sang atasan dengan mengusir wanita tersebut. Namun alih-alih berhasil menyelamatkan Edrio, gadis itu justru terjebak dalam gairah sang CEO yang telah bangkit akibat jebakan tersebut sebelum dirinya menelepon dokter, Edrio justru melampiaskan hasratnya pada Gaura.

“Kenapa aku begitu bodoh!? Sial!“

Gaura menenggelamkan kepalanya, berharap air dingin bisa menghapus semua ingatan buruk itu. Tapi kenangan tidak semudah itu dilupakan. Air matanya keluar deras dan menyatu dengan air dingin di dalam bathub. Gaura menggigit bibirnya untuk menahan isakan yang mulai terdengar.

Gaura menangis tanpa suara, menjambak rambut panjangnya, dan menggosok bahkan mencakar kulitnya sendiri. Tubuhnya terasa sangat kotor meskipun telah ia rendam dalam air dingin dan serasa hampir mati kedinginan. Namun, Gaura bahkan tidak peduli lagi jika hidupnya akan berakhir saat ini juga. Untuk apa tetap hidup jika tubuhnya sudah tak suci lagi!

Namun, saat napasnya hampir habis karena kepalanya masih tenggelam di dalam air, ia teringat akan sosok Ibu yang telah membesarkannya tanpa sosok Ayah. Gaura tak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hidup sang Ibu jika menemukannya dalam kondisi seperti ini.

‘Aku harus kuat,’ pikirnya. ‘Aku tidak bisa menyerah sekarang. Tidak untuk diriku, dan tidak untuk keluargaku.’

Sesaat kemudian, dia menyembulkan kepalanya dan menarik napas dengan rakus.

Brak! Brak! Brak!

Ketukan keras di pintu kamar mandi membuat Gaura terlonjak kaget.

“Keluar sekarang!“ suara Edrio terdengar tajam dari luar. Pria itu terus mengetuk pintu dengan tidak sabar.

Gaura menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia keluar dari bathub dan mengenakan pakaian miliknya. Dengan tangan gemetar, ia memutar kenop pintu dan keluar dengan langkah ragu. Sorot mata gelap Edrio membuat tubuhnya membeku seketika. Namun Gaura tetap bisa menangkap raut wajah terkejut dari atasannya itu.

Wajah Edrio mengeras. "Kenapa kamu ada di sini!?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Berlian biru
gilaaaa seru bangett
goodnovel comment avatar
Boy William
ceritanya menarik. wajib di baca sampai selesai
goodnovel comment avatar
pengagum rahasia
Woww pembukaannya menarik bangett bikin gregetan sekaligus penasaran. Baru baca langsung suka sama novel ini...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 103

    “Kenapa, sayang?” tanya Gaura sambil menghampiri. “Aku mimpi buruk… tentang ayam goreng yang berubah jadi monster. Terus dia mengejarku dan Nenek dengan saus sambal!” Galen menjelaskan sambil memperagakan tangannya seperti cakar monster. Edrio nyaris tertawa, tapi ia cepat-cepat batuk pelan menahan ekspresi geli. “Itu mimpi yang sangat… spesifik.” “Dan pedas,” tambah Galen sambil mengangguk serius. Gaura mengelus rambutnya. “Mau Bunda temani di kamarmu?” Galen mendekat dan memeluk Gaura erat-erat. “Aku… boleh tidur di sini aja, tidak? Cuma malam ini. Pura-puranya kita berkemah.” Edrio dan Gaura saling pandang. Edrio mengangkat alis. “Kemah, ya?” “Aku jadi penjaga tenda. Kalau monster ayam datang lagi, aku usir pakai bantal!” kata Galen sambil mengayunkan bantal dinosaurusnya seperti pedang. Gaura sudah tidak bisa menolak. “Ayo, Pangeran Penjaga. Masuk ke tenda Raja dan Ratu.” Galen langsung memanjat ke ranjang, menyelip di tengah mereka dengan gaya penuh kemenangan.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 102

    “Tapi Ayah belum tahu kalau aku punya rencana rahasia!” Galen menjawab dengan misterius, lalu menyeringai seperti tokoh kartun. Mereka menggelar tikar di bawah pohon besar. Elia duduk santai sambil membaca buku, sementara Gaura dan Edrio membuka makanan yang berisi, sandwich, buah, ayam goreng, dan jus jeruk. “Bunda, ini hari terbaik!” kata Galen sambil menyuap potongan apel. “Karena pikniknya?” tanya Gaura. “Karena semua bersama. Dan... rencana rahasiaku berjalan lancar,” jawabnya licik. Gaura dan Edrio saling pandang heran. “Apa maksudmu?” tanya Edrio, curiga. Galen berdiri, membuka tas besarnya—dan dari sana ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi benda-benda lucu seperti, mahkota kertas, topeng binatang, dan secarik kertas lipat. “Aku siapkan ini karena aku mau kasih kejutan!” katanya bangga. Ia meletakkan mahkota di kepala Gaura. “Ini buat Bunda, Ratu Piknik!” Lalu ia memakaikan topeng singa pada Edrio. “Dan ini buat Ayah… Singa Penjaga!” Gaura tak bisa menahan tawa.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 101

    “Aku tidak menggombal. Aku sedang menyatakan fakta.” Edrio tertawa pelan lalu menarik selimut itu perlahan, memperlihatkan wajah istrinya lagi.Gaura menatapnya dengan senyum malu. Ia menggeliat kecil, lalu menyandarkan kepala di dada Edrio yang hangat.“Semalam… terasa seperti mimpi,” bisiknya.Edrio membalas dengan mengecup ubun-ubunnya. “Tapi ini nyata. Kamu istriku sekarang. Dan aku… milikmu sepenuhnya.”Mereka terdiam beberapa saat, membiarkan suara detak jantung dan tarikan napas menjadi satu-satunya irama di kamar itu.Lalu Gaura menatapnya dan bertanya, “Apa kau pernah membayangkan kita akan sampai di titik ini, setelah semua kekacauan yang kita alami?”Edrio menggeleng pelan. “Tidak. Tapi aku bersyukur kita bertahan. Dan lebih dari itu—aku bersyukur kamu memilih tetap bersamaku.”Gaura menyentuh wajahnya dengan penuh kelembutan. “Kita sama-sama bertahan, Edrio. Kau juga tidak menyerah padaku.”Mereka saling menatap sejenak sebelum akhirnya bibir mereka bersentuhan lagi—kali

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 100

    "Hmhh.." lenguh Gaura menahan semua sensasi yang tubuhnya rasakan. Edrio menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, kemudian memulai aksinya untuk 'bertarung' dengan Gaura. Di saat mereka berdua tengah saling bertarung di dalam kamar, di sebuah kamar lain tepatnya kamar tidur milik Galen, terdapat bocah itu bersama neneknya. Kamar Galen dihiasi cahaya lampu malam berbentuk bintang-bintang yang memantul di langit-langit. Bocah itu sudah mengenakan piyama bergambar dinosaurus, tapi matanya masih terbuka lebar, tak kunjung mengantuk.Di sebelahnya, Elia—nenek tercintanya—sedang duduk di tempat tidur, membacakan buku dongeng dengan suara lembut. Namun, Galen tampaknya lebih sibuk berpikir daripada mendengarkan cerita.“Nenek…” Galen memanggil dengan suara pelan namun penuh rasa ingin tahu.“Iya, sayang?” Elia menutup buku dan menoleh penuh perhatian.Galen duduk bersila di tempat tidurnya, alisnya mengernyit lucu. “Kenapa Bunda sama Ayah tidur di hotel? Kenap

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 99

    “Karena aku takut akan kehilanganmu kalau kau tahu siapa aku dulu… Tapi sekarang, aku lebih takut kehilanganmu kalau aku tetap diam.” Gaura menarik napas dalam, lalu mengangguk perlahan. “Kau seharusnya percaya bahwa aku cukup kuat untuk berdiri di sampingmu, bahkan saat yang terburuk sekalipun.” Edrio tersenyum. Untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, ekspresi damai kembali menghiasi wajahnya. “Maafkan aku, Gaura.” Ia memeluk Gaura erat di hadapan semua tamu. Suasana kembali hangat, bahkan lebih dari sebelumnya. Galen berlari ke arah mereka, memeluk kaki kedua orang tuanya dengan senyum polos dan bahagia. Beberapa detik kemudian, pendeta yang masih berdiri terpaku akhirnya berkata sambil tertawa kecil, “Kalau begitu… bolehkah saya melanjutkan? Saya pikir kita masih punya satu bagian yang tertunda…” Para tamu tertawa dan bersorak. Musik lembut kembali diputar. Edrio dan Gaura berdiri berhadapan lagi, dan kali ini, saat pendeta menyuruh mereka mengucapkan “I do,” keduanya menga

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 98

    “Matikan itu!" perintahnya ke tim teknis. Tapi layar tidak bergeming. Wanita itu sudah meng-hack sistem sepenuhnya. Gambar berikutnya menunjukkan Edrio sedang berada dalam pertemuan gelap bersama pria-pria bersenjata, membawa koper uang dan dokumen. Kemudian, rekaman suara mulai terdengar—diskusi mengenai distribusi logistik “tak terdaftar” dari pelabuhan. “Jadi… semua ini cuma kedok?” bisik salah satu pejabat tamu yang hadir. Gaura berdiri kaku. Senyumnya lenyap. Matanya tak percaya melihat Edrio di layar. Ia menoleh ke suaminya yang kini menatap layar dengan rahang mengeras. “Edrio…” bisiknya nyaris tak terdengar. “Apa maksud semua ini?” Edrio menatap Gaura dengan ekspresi bersalah, namun tak gentar. Ia meraih tangannya, tapi Gaura menariknya pelan. “Aku bisa jelaskan.” “Kapan?” suara Gaura kini bergetar. “Kapan kau akan memberitahuku tentang masa lalu ini? Galen... aku harus melindungi dia.” Edrio menarik napas dalam. “Itu sudah lama berlalu. Dan aku keluar dari itu semua s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status