Home / Romansa / CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku / 24 | Bayar Jasa dengan Bibirmu

Share

24 | Bayar Jasa dengan Bibirmu

Author: Eliyen Author
last update Last Updated: 2025-08-18 16:35:14

Siapa sih Swari? Binal banget tulisannya.

Leo mendesah keras-keras saat memainkan handphonenya. Tingkahnya membuat Akash mengangkat pandangan dari laptop.

“Ada apa?”

“Lo harus tahu ini.” Leo bergegas menghampiri bos sekaligus sahabatnya. Dia menunjukkan cuitan dari salah satu akun kepada Akash.

“Baru muncul pagi ini, tapi sudah langsung viral. Ini naskah Miss Gista kayanya bocor.”

Akash langsung menarik ponsel Leo. Dia membaca cermat tiap cuitan dari si pemilik akun. “Swari tuh Gista kan?”

“Gue juga dapat info dari orang dalam. Miss Gista kena lagi. Plagiarisme naskah klasik yang udah terbit puluhan tahun lalu. Plagiarisme terang-terangan. Tapi soal ini, cuma lingkaran dalam penerbitan yang tahu, nggak semua orang.”

Leo menatap bosnya lekat-lekat. Ada keinginan untuk bertanya, tetapi suasana hati Akash jelas terlihat sangat buruk. Caranya menekan tombol kibor laptop seperti orang sedang mencoba mencolok mata orang lain sampai tewas.

Namun, Leo memberanikan diri. Kesehatan mentalnya sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   27 | Pagutan yang Liar

    “Aku bukan salah satu teman tidurmu.”Tangan Gista memerah setelah menampar Akash. “Jangan perlakukan aku seperti mainanmu.”Kalau tadi Akash merasa kaget ditampar oleh Gista, kini dia merasa sakit luar biasa. Hatinya seperti ditampar oleh perkataan halus, tetapi menusuk, yang keluar dari mulut Gista. Dua perkataan Gista yang satu pun tak bisa dia balas.“Gista, akan aku jelaskan,” pinta Akash lirih. Matanya tetap menahan setiap gerak Gista.Gista memejamkan mata. Napasnya yang sempat memburu, kini mulai melandai. Bibirnya masih terasa bengkak, efek dari ciuman paksa Akash.Tinju kecil Gista terkepal di samping tubuh. Dia merapat ke dinding, membuat jarak dengan Akash. Jika terus berdekatan dengan pria itu, Gista mungkin akan kembali terpasung dalam ingatan kemarin.Dia hanya ingin tenang dan melupakan rasa sakit hatinya. “Menjelaskan apa, Pak Akash? Menjelaskan kalau saya hanya partner riset, cadangan, atau pilihan kedua? Maaf, saya tidak punya waktu untuk berdiri di sini dan menden

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   26 | Antara Gairah dan Luka

    “Brengsek. Gue barusan ngomong apa, sih?”Akash mengacak-acak rambut. Frustrasi berat. Hitungan detik, penampilannya jadi berantakan. Dia menyalakan lagi ponsel, menunggu dengan tak sabar, dan langsung mencari nomor Leo.Namun, Akash tertegun. Jempolnya berhenti sebentar di atas layar sentuh. Notifikasi 5 panggilan tak terjawab dari Pacar 1 menyapa matanya. Akash berkedip, tetapi segera mengabaikannya. Dia langsung menelepon Leo.“Ke sini lo sekarang. Sekarang gue bilang. Nggak ada alasan.”Leo tergopoh-gopoh masuk kantor berselang sepuluh menit kemudian. Napasnya megap-megap. Kemejanya basah oleh keringat.“Sinting lo. Gue lagi ada rapat sama Tim Marketing di lantai 48. Kantor lo di lantai 55. Lift antri. Sumpah, kalo lo bukan bos yang ngasih gue gaji, udah gue laporin ke Serikat Pekerja.” Leo bicara dengan napas putus-putus.“Gista marah sama gue.”Leo melongo. Butuh beberapa detik otaknya merespons perkataan Akash. Dia lantas berjalan ke mini bar, mengambil sekaleng soda, dan berja

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   25 | Ciuman yang Gagal

    Biasanya Gista pandai mengendalikan diri. Namun, kali ini tidak. Raut mukanya tak lagi datar. Kerut muncul di keningnya melihat Akash kesusahan menekan tombol ‘tolak’ di ponselnya.Si Pacar Satu.Lagi?Refleks Gista melepaskan tangan Akash dari pinggangnya. Suaranya dingin. “Lepas, Akash.”“Nggak. Sebentar. Ini telepon nggak penting.” Karena gugup, Akash malah mematikan ponsel, bukan panggilan teleponnya. Keheningan yang canggung langsung menggantung di antara mereka berdua.“Dia … nomor ini … ini nggak seperti yang kamu pikirkan.” Akash menelan ludah. Jakunnya bergerak naik turun gelisah.Gista mengangguk. “Sepertinya aku ganggu kamu. Aku permisi dulu.” Dia berbalik dan mulai berjalan pergi. Namun, langkah Gista tertahan oleh cekalan Akash di lengannya.“Tunggu, Gis. Biar aku jelaskan dulu.” Akash memohon dan tersentak kaget. Akash menjilat bibir, tak percaya bila dirinya tengah memohon pada seorang wanita. Tatapan Gista masih datar. Walau si lawan bicara sudah bertekuk muka.Akash

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   24 | Bayar Jasa dengan Bibirmu

    Siapa sih Swari? Binal banget tulisannya.Leo mendesah keras-keras saat memainkan handphonenya. Tingkahnya membuat Akash mengangkat pandangan dari laptop.“Ada apa?”“Lo harus tahu ini.” Leo bergegas menghampiri bos sekaligus sahabatnya. Dia menunjukkan cuitan dari salah satu akun kepada Akash.“Baru muncul pagi ini, tapi sudah langsung viral. Ini naskah Miss Gista kayanya bocor.”Akash langsung menarik ponsel Leo. Dia membaca cermat tiap cuitan dari si pemilik akun. “Swari tuh Gista kan?”“Gue juga dapat info dari orang dalam. Miss Gista kena lagi. Plagiarisme naskah klasik yang udah terbit puluhan tahun lalu. Plagiarisme terang-terangan. Tapi soal ini, cuma lingkaran dalam penerbitan yang tahu, nggak semua orang.”Leo menatap bosnya lekat-lekat. Ada keinginan untuk bertanya, tetapi suasana hati Akash jelas terlihat sangat buruk. Caranya menekan tombol kibor laptop seperti orang sedang mencoba mencolok mata orang lain sampai tewas.Namun, Leo memberanikan diri. Kesehatan mentalnya sa

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   23 | Naskah Panas yang Viral

    [Kabar heboh, Gaes. Cuplikan naskah panas ini. Megalitera yang dulu sok-sokan branding “sastra tinggi”, sekarang malah nampung penulis esek-esek buat ngejar oplah. Wkwk. Dunia perbukuan emang lucu.]“Gista, lo udah liat X belum? Ada naskah lo lagi viral, nih.” bisik teman sekantornya yang duduk persis di depan meja baru Gista.Cara bicaranya masih takut-takut kepergok teman kerja lain yang seolah sepakat merundung Gista secara massal. Namun, sorot mata prihatin di wajah temannya itu menunjukkan dia masih memiliki sedikit simpati pada Gista.“Belum.” Gista menjawab singkat.“Cek sekarang sebelum Lola maki-maki lo.”Gista patuh. Layar ponselnya dengan cepat menampilkan cuitan di platform media sosial yang sangat populer itu. Kening Gista langsung berkerut banyak.“Ini … apa?” tanyanya bingung.“Itu naskah lo, kan? Ada nama lo kepampang sebagai penulisnya.”Gista menggeleng-geleng. Suaranya sedikit bergetar. “Iya, ini emang naskah aku, tapi bukan tulisanku.”Temannya ingin bicara, tetapi

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   22 | Bayanganmu Selalu Hadir

    Bayangan itu datang lagi.Wajah Gista. Tatapannya yang tak pernah benar-benar bisa Akash baca. Bibir mungil yang menegang ketika disentuh, lalu melembut beberapa detik, sebelum kembali berubah dingin.Akash mengerang, membiarkan air dingin memukul-mukul badannya yang telanjang. Tangannya bergerak liar. Otaknya membayangkan, jika bibir mungil itu membungkus miliknya dengan ketat. Akash mendesah. Bibirnya memanggil nama Gista saat pelepasan itu datang. Butuh beberapa menit dia menenangkan diri di bawah kucuran shower kamar mandi, sebelum akhirnya keluar dalam kondisi mulai tenang.“Udah kelar kencan?” Akash duduk di tepi tempat tidur. Tubuhnya terbalut jubah handuk. Bersih. Nyaman. Wangi. Dia membuka laptop dan mulai membaca beberapa dokumen pekerjaan.“Terima kasih. Berkat lo, kencan gue kabur.”Akash tak bersimpati. “Thanks to me first. Gue perlu–”“Kash, ini jam dua pagi. Besok, ah, nggak. Beberapa jam lagi kita bakal ketemu di kantor. Urusan kerjaan mending kita obrolin nanti. Bye.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status