Beranda / Romansa / CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku / 143. Sapaan yang Menghangatkan Hati

Share

143. Sapaan yang Menghangatkan Hati

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-24 02:56:32

Cahaya matahari pagi merayap masuk melalui tirai tipis berwarna gading, menciptakan bayangan lembut di ruangan perawatan VIP yang didominasi nuansa beige dan krem. Dindingnya tidak sekadar putih polos seperti kamar pasien biasa, melainkan dihiasi aksen kayu yang memberikan kesan lebih hangat dan nyaman.

Cheryl menarik napas dalam, mencoba mengabaikan rasa sakit yang mulai terasa semakin nyata. Kecelakaan kemarin... baru sekarang efeknya benar-benar menyiksanya.

Ia menggigit bibir, berusaha menahan rintihan saat memaksa tubuhnya untuk bangkit. Namun, begitu kakinya menyentuh lantai, sensasi nyeri yang menusuk membuatnya meringis.

Perlahan, ia berjalan tertatih ke kamar mandi. Begitu cermin besar di dalam ruangan itu memantulkan bayangannya, ia tertegun. Memar-memar kebiruan menghiasi kulitnya, di bahu, di lengan, bahkan di pinggang. Beberapa luka kecil juga terlihat di pelipisnya, samar tapi tetap mengingatkan akan benturan keras yang ia alami.

Cheryl menekan jari-jarinya ke sisi tubu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (8)
goodnovel comment avatar
May_maya🌸
hmmmmmm...
goodnovel comment avatar
Cinta Abadi
kami pasti akan rindu berat.. btw semoga kak Indy sehat selalu ya.. uuu kangen ;-)
goodnovel comment avatar
Cinta Abadi
yah kak Indy jgn donk.. seharian gk denger kabar Bara Cheryl tuh rasanya hampa lho
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   293. Sudah Cukup

    Keributan dan teriakan di luar kamar mandi memukul jantung Cheryl keras-keras.‘Hah, apaan tuh?’ Ia langsung menutup kuping, matanya terpejam rapat, seolah suara benturan dan teriakan di luar sana bisa lenyap begitu saja.“Astaga… kenapa hal semacam ini harus terjadi sekarang sih!” erangnya sambil menekan telinganya lebih rapat. “Aku lagi bete, tau!”Tapi bentakan Axel, suara tinju menghantam, dan erangan Valen merobek pertahanannya untuk pura-pura tak mendengar apa-apa.Cheryl akhirnya bangkit, tangannya sedikit gemetar saat meraih kenop pintu.Begitu pintu terbuka, suara ‘BRAK!’ kembali meledak. Valen terhuyung ke dinding, bahunya menghantam lemari dengan bunyi pekak. Sementara itu satu tangan Axel masih terangkat, wajahnya merah, napasnya berat, mata nyalangnya menatap Valen seperti memandang musuh bebuyutan. Reno sigap menahan pergelangan tangannya, tapi Axel meronta sekuat urat.‘Sialan. Akhirnya yang kutakutkan terjadi. Bahkan ini lebih buruk dari yang kubayangkan.’Pikiran Ch

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   292. Kenapa Harus Dia

    Hati Axel panas membara.Saat Reno tadi berkata, “Saya antar bajunya Dokter Joshua dulu ya, Mas. Tunggu sebentar di sini, saya nggak lama kok. Cuma mau turun ke lantai 18,” Axel hanya mengangguk sambil menahan senyum tipis, padahal bara api di dadanya seketika meledak.“Baju buat Om Valen? Di lantai 18 dengan Cheryl?” desis Axel dalam hati, kedua matanya menyipit, menatap punggung Reno yang berbalik meninggalkannya di lorong hotel.“Mereka… check in?”Ada yang tersayat di hatinya. Cheryl, gadis yang di matanya tampak mahal dan polos, apakah ternyata semurah itu? Apakah kehormatan gadis yang ia cintai sejak SMA itu cuma seharga materi yang telah diberikan oleh omnya?Axel teringat bagaimana dulu diam-diam ia membuntuti Cheryl saat pulang sekolah sendirian, hanya untuk memastikan gadis itu betul-betul aman sampai di rumah. Namun, semua kenangan itu kini bagai ditertawakan Valen.Ia mengepalkan tangan, menahan amarah yang rasanya bisa meledak di tempat.Begitu Reno menjauh, Axel menajamk

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   291. Takdir Tak Memerlukan Izinmu

    Mimi mendorong pintu kamar Baby pelan, nyaris tanpa suara. Dua pelayan lain mengikuti di belakangnya, langkah mereka teratur, seragam, seperti pasukan kecil yang bergerak dengan satu komando.Di sudut kasur, Baby meringkuk. Rambutnya berantakan, mata membesar memandangi pintu yang tiba-tiba terbuka. Napasnya memburu. Ia tampak seperti anak kucing basah yang tersudut, siap mencakar siapa pun yang mendekat.Begitu Mimi melangkah ke dalam, Baby sontak bangkit. Kakinya terantuk sudut ranjang, tapi ia tak peduli. Suaranya pecah jadi jeritan.“Apa yang kalian lakukan?! Kenapa masuk-masuk kamarku tanpa izin?!”Mimi tak menjawab. Ia hanya menoleh pada salah satu pelayan, memberi aba-aba singkat.Pelayan di belakangnya segera membuka lemari, menarik gantungan baju satu per satu. Suara gesekan gantungan menambah panas di kepala Baby.“STOP IT!” jerit Baby. Tangannya meraih bantal, melemparkannya ke arah Mimi, tapi Mimi tak berhenti. Bantal itu jatuh di kaki pelayan yang sibuk melipat baju.“Ka

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   290. Jangan Harap

    Nyonya Anne hanya tersenyum penuh makna.“Tapi kamu dan Baby tidak memiliki ikatan darah, Bara. Kalian sah-sah saja kalau menikah. Lagipula… pertunanganmu dengan Milena juga sudah tidak mungkin dilanjutkan, bukan?”Bara diam. Diamnya tajam seperti pisau basah baru diangkat dari batu asah. Rahangnya menegang. Otot lehernya berdenyut, seolah menahan sesuatu yang hampir tumpah.Dadanya terasa dihantam batu. Berat. Panas. Kata-kata Nyonya Anne berputar di kepalanya seperti rantai besi—membelenggunya lagi di sudut tanggung jawab yang seharusnya bukan miliknya.Ia menahan napas. Menelan dengus marah yang nyaris meledak. Matanya terarah lurus pada Nyonya Anne. Tatapannya dingin, membakar, menguliti sisa keberanian di wajah wanita itu.Dan di sela retak benaknya, Bara mendengar pesan kakeknya yang masih menancap di dasar kepalanya.“Jangan terlalu menghukum dirimu, Nak. Tak perlu jadi martir. Kematian Sabira sama sekali bukan salahmu.”Seketika, sisa sabarnya runtuh.Bara mencondongkan tubuh.

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   289. Sah-Sah Saja

    Bara sampai di rumahnya. Lampu-lampu gantung kristal di foyer memantulkan kilau ke seluruh lantai marmer, menelan bayangan Bara yang baru pulang melewati pintu besar dari kayu jati solid. Beberapa pelayan berdiri berjejer, menyambut serempak dengan anggukan hormat. “Selamat datang, Tuan.”Bara hanya mengangguk, dingin. Wibawanya sudah cukup jadi jawaban untuk mereka.Di ruang tamu utama, Tuan Tomi dan Nyonya Anne duduk di atas sofa panjang berbalut beludru krem keemasan dengan sandaran berukir halus. Beberapa bantal dekorasi berlapis sutra tersebar di sisi-sisinya, menciptakan kontras mewah dengan meja tamu berpermukaan marmer putih yang di atasnya mengepul teko teh porselen bermotif biru tua.Mereka tampak terlalu santai di sana, menyesap teh seolah berkunjung ke vila musim panas, bukan di rumah orang yang telah berbaik hati menampung putri mereka—yang kini mengunci diri di sebuah kamar sambil menangis karena ketakutan mereka datang.Bara menapaki permadani Persia yang merentang di a

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   288. Tak Perlu Jadi Martir

    Bara baru saja selesai berpakaian ketika ponselnya mulai bergetar di nakas. Layar itu menampilkan satu nama yang jarang muncul. “Mimi”.Kepala pelayan di rumahnya, wanita setengah baya yang selalu bicara seperlunya. Kalau Mimi menekan tombol call, pasti ada yang sedang tidak beres di rumahnya.Bara mendesah pendek. Satu bagian dari otaknya berteriak: “Jangan angkat. Nikmati malammu barang lima menit lagi.” Tapi, tangannya sudah bergerak duluan.“Ya, Mimi?” Suaranya keluar dingin. Seperti biasa. Dia selalu terdengar seperti pria yang tak bisa disentuh.“Maaf mengganggu, Tuan. Tapi ini mendesak. Orangtua Nona Baby datang ke rumah. Mereka ingin bertemu dengan Nona Baby, tapi Nona Baby justru mengunci diri di kamar, menangis sambil menjerit-jerit. Saya tidak bisa menanganinya sendiri. Pak Sofyan juga belum datang.”Sial.Malamnya hancur dalam detik. Bara mendongak, menatap langit-langit kamar hotel yang bagai menekannya. Dia ingin marah, tapi apa gunanya?“Aku bahkan baru mau istirahat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status