Share

215. Om Peri

Author: Indy Shinta
last update Last Updated: 2025-06-11 01:56:06

Cheryl ingin menjerit. Mulutnya menganga, tapi tak satu pun suara keluar.

Ia menatap layar ponselnya dengan tatapan nanar, baru sadar bahwa ia tidak pernah minta nomor telepon Fendi.

Bodoh. Bodoh. Bodoh!

“Astaga, Cheryl... kamu tuh kenapa bego banget sih hari ini?!” gerutunya sambil menepuk kening sendiri.

Tanpa pikir panjang, ia buru-buru menelepon ke kantor divisi IT. Mencari tahu tentang si Fendi.

Sekali. Tak diangkat. Dua kali. Sunyi. Tiga kali. Tetap tak ada jawaban.

“Pada budeg apa ya satu kantor? Nggak ada yang denger suara telepon bunyi?!”

Sial.

Dengan tangan yang masih gemetaran, ia membuka aplikasi ojek online. Dia harus sampai kantor secepatnya naik ojek. Tapi aplikasinya malah loading seperti kura-kura pensiun.

“Duh! Mana ini udah mulai jam macet lagi. Mau sampai jam berapa aku sampai kantor kalau naik taksi?” gumamnya sembari menghapus air matanya yang mulai menetes, tangisnya mulai meluncur tanpa bisa ditahan.

“Cheryl?”

Mendengar teguran halus yang memanggil namanya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
May_maya🌸
thorrr.. Cheryl sama Vallen aja deh..biar ga tersakiti terus ..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   222. Bertukar Syarat

    Langkah Cheryl terdengar jelas di lantai marmer lobi Sinar Abadi Group—gedung tinggi berfasad kaca, aroma tajam AC, dan kesunyian profesional yang khas. Sepatu haknya mengetuk irama stabil. Dia tidak melambat saat mendekati meja resepsionis.“Saya ingin bertemu Tuan Sigit.”Perempuan di balik meja menoleh. Seragam rapi, wajah tanpa cela, dan sorot mata prosedural.“Maaf. Dengan siapa dan dari perusahaan apa?”“Cheryl,” jawabnya. Ia hampir menyebut nama Apex, tapi menghentikan diri. “Bukan dari mana-mana. Tapi Tuan Sigit tahu saya.”Resepsionis menatapnya beberapa detik, menilai. Tidak ada nama perusahaan, tidak ada janji temu. Hanya seorang perempuan dengan kepercayaan diri terlalu tinggi dan nada bicara yang terlalu pasti.“Maaf, kami butuh konfirmasi resmi terlebih dahulu,” ujarnya kaku.Cheryl menghela napas, kesabarannya terasa mulai setipis tisu. Jengkel ditahan lama-lama begini. Iapun menarik ponsel dari tasnya dan menekan satu nama.“Selamat pagi, Tuan Sigit,” suaranya pelan,

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   221. Hanya Untuk Sejenak

    Di dalam ruang perawatan Ruby 1107, Bara duduk di kursi kecil di sisi ranjang. Tangannya menggenggam tangan Baby yang dingin dan berkeringat. Baby baru saja terbangun dari mimpi buruk, dan reaksinya jauh lebih buruk dari sekadar panik. Teriakannya tadi memecah keheningan ruangan, seperti seseorang yang diseret kembali ke trauma masa lalu yang kelam. Jeritannya nyaring, terus meracau, dan beberapa kali menendang selimut serta alat bantu medis yang menempel di tubuhnya.“Baby… tenang, ini aku. Kamu aman sekarang,” ucap Bara berulang-ulang, dengan suara serendah mungkin. Tapi perkataannya seperti tak sampai. Tubuh Baby menggigil hebat, tangisnya pecah, dan tangan kirinya mencengkeram lengan baju Bara dengan kekuatan yang hampir tak masuk akal untuk tubuh sekurus itu.Beberapa alat medis mulai berbunyi. Detak jantung naik drastis. Saturasi oksigen menurun. Lampu indikator berkedip cepat.Perawat lain masuk bersama dokter Rama. Bara mundur setapak setelah berhasil melepaskan dirinya da

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   220. Sama-Sama Krisis

    “Permisi, Sus. Tadi katanya dokter mau bicara sama saya?”Suster mengangguk. “Iya, betul. Silakan masuk, Pak Bara. Dokter Rama, psikiater yang menangani Ibu Baby, sudah menunggu di dalam.”Tanpa banyak tanya, Bara mengikuti langkah suster menuju ruang konsultasi.“Selamat pagi, Dok. Pak Bara sudah datang,” sapa sang suster sopan saat membuka pintu.Di balik meja kerja, seorang pria berseragam putih sedang menatap layar komputer. Begitu mendengar suster memanggilnya, Dokter Rama menoleh dan tersenyum ramah. “Silakan duduk, Pak Bara,” ucapnya sambil mengangguk kecil.Bara segera mengambil tempat di seberang meja. Suster itu lantas menutup pintu dan meninggalkan mereka berdua.Dokter Rama memutar sedikit layar monitornya ke samping, lalu menyandarkan tubuh ke sandaran kursi dengan posisi rileks, namun tetap berwibawa.“Pak Bara,” ujarnya tenang, “terima kasih sudah datang. Saya ingin menyampaikan perkembangan terbaru pasien atas nama Baby, berdasarkan hasil observasi dan analisis rekam m

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   219. Mengundurkan Diri

    Cheryl keluar dari ruangan Sofyan dengan langkah berat. Wajahnya kusut, matanya merah, tapi ia berusaha tetap tegak, biarpun langkahnya nyaris tak menapak lantai. Rasanya… separuh nyawanya tercabut dari dalam tubuhnya. Di lorong, Nina muncul dari arah berlawanan. Ia menghentikan langkah begitu melihat Cheryl. Satu alisnya terangkat, dan tangan kirinya otomatis bersedekap. Bibirnya mengulas senyum kecil yang sulit dibaca, antara puas dan mengolok.Nina memiringkan kepala sedikit. “Kena marah Mas Sofyan? Baru tahu ya,” gumamnya santai, tapi cukup nyaring untuk didengar, “marahnya bisa kayak singa betina mau lahiran. Sabar, ya.”Ia terkekeh pelan, lalu berjalan melewati Cheryl dengan langkah ringan, seolah baru saja menonton drama yang ia tunggu-tunggu.Cheryl tak menoleh. Ia menarik napas panjang, mengangkat dagu, dan terus melangkah keluar dari gedung Apex. Sudah cukup.Ini hari terakhirnya di sini.Kata-kata Sofyan tadi memang menyakitkan, tapi juga penuh kebenaran. “Mas Sofyan benar

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   218. Kamu Seperti Virus

    Cheryl langsung berlutut di depan Sofyan, kedua tangannya menekan lantai untuk menahan tubuhnya yang terasa lemas. Wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca, dan bibirnya bergetar hebat."Mas... aku betul-betul minta maaf! Ini salahku, aku—"Belum sempat Cheryl menyelesaikan kalimatnya, Sofyan sudah meledak."Ya iyalah ini salah kamu! Terus kenapa kalau kamu minta maaf?!" bentaknya, suaranya tajam menusuk. "Apa maaf kamu bisa bikin dokumen ini bersih lagi? Bisa balikin waktu ke satu jam yang lalu?!" serunya sambil menatap Cheryl dengan sorot seperti ingin mencabik-cabik.Cheryl tersentak. Kedua matanya membesar seperti tak percaya. Ia paham Sofyan marah, tapi tidak menyangka akan diserang sekeras ini. Tangisnya tertahan, gemetar, tapi ia tidak menunduk lebih dalam. Ia mencoba tetap menatap pria itu meski tubuhnya menggigil."Cher, kalau Apex hancur hari ini, kamulah penyebabnya! Dan memang… kamu sudah menghancurkannya sejak awal!" Kata-kata itu menghujam seperti belati ke dadanya. Cheryl

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   217. Dokumen Neraka

    Di balik meja kerjanya yang dipenuhi tumpukan berkas dan secangkir kopi yang sudah dingin, Sofyan tampak gelisah. Matanya berkedut, dan kakinya mengetuk-ngetuk lantai tanpa sadar. Ia mengusap wajahnya dengan kasar, menyapu peluh dan frustrasi yang mulai membanjiri pikirannya. Pandangannya sesekali melirik ke arah jam dinding yang seolah berdetak terlalu cepat. Ponselnya bergetar. Nama yang muncul di layar membuat jantungnya memukul dada.Jonathan—Asisten Pribadi Pak Juna.Sofyan menelan ludah. Ia menghela napas panjang, dalam-dalam, seolah mencoba menenangkan badai dalam dadanya. Tangannya bergerak cepat meraih ponsel, dan dengan suara yang dibuat setenang mungkin, ia menjawab, "Halo, Pak Jonathan?"Suara di seberang langsung menyergap, cepat dan setengah mendesak. "Mas Sofyan, gimana nih, kok dokumennya belum datang juga? Pak Juna sebentar lagi mau berangkat ke bandara, loh. Beliau mau ke luar negeri selama dua minggu, dan kalau sudah di sana nggak bisa diganggu sama sekali. You k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status