Rakha diposisi yang sulit, dia tahu Kezia istrinya, dan dia juga tahu Kezia istri yang baik, meskipun terkadang menyebalkan karena sifatnya yang manja.Tapi dia juga masih menyimpan rasa dengan Nasha.Semua sudah dijelaskan pada Nasha semalam di cafe.“Aku harus bagaimana, Rakha?” tanya Nasha datar.“Aku harus jujur pada Kezia, aku nggak bisa menutupinya lagi.”“Kalau kamu jujur, kamu harus siap dengan semua akibatnya.” ujar Nasha mengingatkan.____Pagi itu Kezia berdiri didepan cermin dengan mata sembab.Rakha sudah pergi ke kantor nya lebih awal. Tidak ingin membangunkan Kezia yang masih pulas tidurnya. Air matanya turun dengan deras, ketika dia bangun dan mendapatkan pesan singkat dari suaminya.“Aku berangkat lebih awal, maaf tidak membangunkan mu. Sekali lagi aku minta maaf, Semalam aku bertemu dengan Nasha. Aku tidak bisa bisa menutupi semuanya lagi. Aku akan bicara jujur semuanya malam ini.” Kezia memejamkan mata, baginya Rakha adalah tempat pulang, tapi sekarang rumah itu s
Nasha adalah sosok wanita yang sederhana, mandiri dan cerdas dan penuh empati. Dia juga tahu bagaimana menenangkan Bima. Mungkin karena perbedaan umur yang sangat jauh diantara mereka.Namun, tidak semua orang menyambut hubungan mereka dengan tangan terbuka. Lina merasa keberatan karena umur Nasha hanya berbeda 5 tahun darinya. Sedangkan Kezia tidak menyetujuinya, karena Nasha adakah orang masa lalu Rakha suaminya. Dan hampir saja perkawinan mereka hancur di tengah jalan.“Mama nggak setuju!” kata Lina suatu malam, saat Bima baru saja pulang.Bima terdiam,”Kenapa, Ma. Apa karena perbedaan usia kami yang cukup jauh?” “Itu salah satunya, kamu juga nggak tahu pasti asal, usulnya, oh iya, satu lagi…. Adik kamu juga pernah bilang kalau perkawinannya hampir hancur karena Nasha.” ujar Lina tegas“ Ma… Itu dulu. Dan semua orang punya masa lalu.” Bima menarik nafas. “ Aku mencintai dia. Bukan masa lalunya.” Lina menunduk diam. Reynaldi, Yang mendengar dari ruang makan hanya berkata singkat.
Nasha memandang tubuh dan penampilannya di cermin ruang ganti. Mengenakan gaun sederhana tapi elegan.Malam itu adalah pesta tahunan perusahaan keluarga.Pesta pertama sejak Bima resmi menggantikan Reynaldi sebagai CEO.Bima putra satu-satunya Reynaldi Setiawan tampil menjadi pemimpin muda yang berwibawa.Sementara Nasya yang dulunya adalah seorang seniman galeri sekarang tiba-tiba jadi pusat perhatian ibu-ibu sosialita, dan para istri petinggi perusahaan.**Diantara keramaian tamu, Nasya berdiri disamping Rakha. Bibir nya tersenyum, sopan, baik tapi senyum yang sulit diartikan.Rakha cepat menyadari pandangan Nasha. Lalu menyalami lebih dulu.“Selamat ya, sekarang kamu sudah jadi istri seorang CEO.” ujarnya. “ Siap-siap”katanya datar.Nasha hanya tersenyum,”Aku hanya belajar dari pengalaman, terutama dari…kamu dan Kezia.Kalimat itu sebenarnya biasa saja, tapi mengandung arti sangat dalam.Rakha terdiam sebentar, matanya mencoba mencari masa lalu, tapi kemudian dia cepat tersadar,
Langit senja menyelimuti Kota tua di Eropa. Plovdiv Bulgaria.Saat Nasha berdiri di depan lukisan karyanya yang paling bagus, yang bertema Senja. Suara tepuk tangan menggema di gedung itu.Para pecinta seni dan kurator memberi selamat dan pujian.Namun di balik senyum dan sambutan hangat, hati Nasha kosong. Ia ingin Bima ada disini. Menyaksikan wanita yang dia cintai ada di panggung dunia.Seorang seniman muda alaves dari paris menghampirinya.“Kamu benar-benar luar biasa, aku bisa merasakan emosi dan jiwa dalam setiap sapuan kuasmu.”Nasha tersenyum sopan.”Terima kasih.” “Kamu sendiri, datang kesini dengan siapa? Tidak sendirian, bukan?”Pertanyaan itu membuat Nasha diam sejenak.”Iya suamiku sedang sibuk di Jakarta.” Jakarta Di Ruang kantornya, Bima duduk didepan laptop, Memandangi foto Nasha yang ada di Plovdiv Bulgaria. Yang ia dapat dari internet. Nasha terlihat bahagia dan cantik.Tapi rasa cemburu, rasa ditinggalkan dan trauma pengkhianatan. Menghantui pikirannya.Sampai akhi
Pagi itu rumah terasa lebih dingin dan sepi dari biasanya. Terbawa oleh penghuninya yang saling diam tidak bertegur sapa.Nasha duduk di balkon, memandangi langit yang masih gelap. Sedang Bima berdiri di belakangnya, membawa dua gelas kopi susu. Nasha yang kecewa dengan sikap Bima. Memilih diam, meskipun tetap berusaha baik-baik saja.Bima mendekat perlahan. Berusaha mencari cela, untuk bisa memulai bicara.“Ini kopi susu favorite kamu, kopinya satu sendok kecil, susunya dua sendok, krimer, dan tanpa gula.” ujat Bima berusaha mencairkan suasana, meskipun sulit.iNasha menerima kopi susu itu tanpa banyak bicara. Ekspresi wajahnya masih tetap dingin dan datar.“Nash….” Bima mendekat dan duduk disebelahnya. Menunduk sesaat, mencari topik bicara. “Aku tahu aku salah. Aku terlalu cepat panik, aku gampang di hasut, dan tidak punya prinsip. Maafkan aku Nash…,”“Tapi aku kecewa sama kamu, Bim. Kamu gampang percaya sama orang lain ketimbang sama istri kamu sendiri.” “Maaf kan aku Nash.” uca
Merasa diabaikan, lelah menunggu, ditambah lagi tekanan dari pekerjaan. Membuat Bima akhirnya memutuskan untuk menyusul ke acara eksklusif yang sedang Nasha ikuti. Berharap bisa bertemu dengan istrinya disana.Tapi yang dilihatnya adalah Nasha sedang tertawa dan bercanda dengan pengusaha dari Jepang itu. Sangat akrab. Bahkan terlihat lebih akrab apalagi di mata seorang suami yang sedang lelah menunggu dan kesepian.Tanpa sadar Bima mengepalkan tangannya. Ada perasaan sedih dan marah bercampur aduk di dadanya.“Nasha!” panggilnya ketika acara itu usai.Merasa ada yang memanggil nya,Nasha menoleh kaget.“Bima! Ngapain kamu disini?” Mata Bima melihat dengan tajam, Ekspresinya benar -benar menakutkan.“Akun sabar nunggu kamu.dirumah. tapi apa…kamu malah bercanda tertawa dengan laki-laki.lain diluar.“Nggak kayak gitu Bima. Kamu salah.”Nasha mencoba menjelaskan tapi Bima sudah berjalan pergi.Dari kejauhan Kezia menonton semua itu, dan dia tersenyum miring.Akhirnya hubungan Nasha dan B
Hari itu Nasha datang ke kantor, Reynaldi Grup, tapi bukan sebagai istri CEO, tetapi sebagai dirinya sendiri.Ditangannya ada satu berkas yang dipegang, yang akan menghancurkan satu nama.Penampilannya sangat cantik, langkahnya mantab. Badannya yang tinggi semampai berbalut setelan jas berwarna krem sederhana. Wajahnya tenang, walau dalam dadanya bergejolak.Di lobby beberapa staf membungkuk hormat. Yang paling menarik, Kezia yang juga mempunyai jabatan penting di kantor itu, keluar dari lift dengan wajah pucat ketika melihat kehadiran Nasha.“Ada perlu apa Bu…Nasha?”suara Kezia bergetar.Nasha tersenyum tipis,” Bisa ngobrol sebentar.” Mereka masuk keruangan kecil, meeting room.Disana Nasha meletakan semua bukti-bukti, foto-foto, email, dan transferan bayaran ke editor.Kezia kaget bukan main, dia diam membeku ditempat.“Aku bisa membawamu ke pengadilan.” kata Nasha dingin. “Tapi aku bukan kamu.”Kezia menggigit bibirnya, wajahnya berubah menjadi pucat,sangat ketakutan.Nasha berdir
Reynaldi dan Lina masuk kedalam ruangan bersalin. Suasana di sana menjadi haru dan hangat.“Selamat sayang, kalian sudah berikan kami cucu. Anak yang cantik. Apa kalian sudah ada nama buat bayi perempuan kalian?” tanya Lina tanpa mengalihkan pandangannya pada bayi mungil itu.Bima dan Nasha saling berpandangan, sebelum akhirnya mereka menggeleng secara bersamaan.“Belum Mama.” Lina tersenyum sumringah pandangannya mengarah ke Reynaldi suaminya.Reynaldi mengangkat bahunya tanda tidak tahu.“ Boleh Mama kasih saran sebuah nama?” tanya Lina antusias.Semua mata kompak memandang kearah bayi mungil yang berselimut cantik berwarna merah muda, di dalam box.“Boleh aku kasih nama cucuku ini?” tanya Lina penuh harapan.Bima, Nasha dan Reynaldi saling pandang, sebelum akhirnya..“Iya Mama, silahkan. Siapa nama yang cantik buat bayi kami,Mama?” “Nayara artinya cahaya yang tidak pernah padam” ujar Lina antusia“Bagus Ma. Aku suka. Apa kamu suka,sayang?” tanya Bima kepada Nasha. Sambil sesekal
Keluarga besar Reynaldi Group, menghadiri rapat resmi dan audit internal. Dan hasilnya sangat mengejutkan. Pada dua tahun terakhir terjadi beberapa transaksi besar-besaran. Dengan jumlah milyaran rupiah yang masuk ke beberapa rekening fiktif.Dan hasilnya sebuah nama yang disebut-sebut, yaitu mantan tangan kanan Reynaldi dulu. Yang pernah Reynaldi selamatkan dari kasus korupsi internal perusahaan.Dan berdasarkan hasil audit semua transaksi disebut sebagai aktivitas pencucian uang.“Apa Papa tahu soal ini?” tanya Bima dengan tatapan yang tajam.Reynaldi menunduk.”Budiman pernah aku lindungi dulu, tapi sepertinya, dia terlibat lebih dari yang aku tahu.Suasana perusahaan menjadi kacau. Dan beberapa dewan direksi, mulai meragukan kepemimpinan Bima.Mereka menuntut Bima untuk off lebih dulu, sampai kasus ini selesai diselidiki. Menyarankan Reynaldi mengambil alih semua kepemimpinan perusahaan.Tapi Bima tidak tinggal diam. Dia membentuk satu investigasi khusus. Dan bekerja sama dengan OJ
“Apa benar aku jahat? Apa aku orang jahat?Aku nggak mau ditinggalkan.” Pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya. “Aku bukan monster, kenapa aku ditinggalkan?” . Kezia terus saja memandang kosong keluar jendela jeruji. Hujan turun deras, tapi tidak bisa menyamai derasnya pikirannya. Selama berbulan-bulan dia ditahan karena kasus konspirasi dan sabotase yang menyeret namanya. Tak ada yang datang menjenguk. Bahkan Rakha… Terutama Rakha, yang selalu dirindukan. Kejiwaan nya mulai stabil, meskipun tetap harus mengkonsumsi obat- obatan. Untuk menahan emosi dan menenangkan pikirannya. Halusinasi nya selalu kembali kemasa lalu, masa awal-awal dia bertemu dengan Rakha. Pria yang umurnya terpaut sangat jauh dengannya. Pria yang dulu sangat dia kagumi. Dia ingat betul, kalau laki-laki itu dulu selalu menggenggam tangannya sangat erat. Bahkan saat malam sulit berlalu. Kezia ingat betul, bagaimana mereka membangun rumah dengan penuh mimpi. Meskipun mimpi itu rapuh, karena dipenu
Beberapa bulan setelah Kezia ditahan. Langkah kaki sepasang suami istri itu terdengar berirama di lorong sel. Wajah tua dan lelah menahan rasa sedih, marah dan gagal sebagai orang tua. Dan ternyata harta dan kekuasaan tidak bisa membeli harga diri, nama baik dan kebahagiaan. Rumah sakit di dalam tahanan itu sunyi. Tepatnya ruang kejiwaan khusus untuk para tahanan wanita. Langkah kaki Lina dan Reynaldi semakin pasti menuju ruang isolasi itu.Dibalik kaca tebal Kezia duduk diam, tatapan matanya kosong. Rambutnya berantakan. Tangan kirinya luka, berbalut perban tebal. Karena bekas goresan. Lina menarik nafas dalam, air matanya mengalir deras di pipinya. Reynaldi merangkul punggung istrinya, satu tangannya menggenggam tangan Lina, seakan-akan ingin mentransfer beribu-ribu kekuatan.“Ayokk..kamu kuat, biar bagaimanapun dia anak kita.” ujar Lina sama-sama memberikan kekuatan.Reynaldi tidak menjawab, tatapannya datar. Sebenarnya dalam hatinya ada beribu rasa amarah, ada berjuta rasa gaga
Di dalam ruang kecil rumah sakit jiwa, Kezia duduk menatap dengan tatapan kosong ke jendela. Rambutnya sudah tak serapi dulu, dan sorot matanya hilang tidak ada cahaya. Tapi satu hal tak pernah padam yaitu obsesi. Masih terlihat jelas di matanya“Nayara...” gumamnya sambil menatap koran lama yang diam-diam diberikan salah satu suster yang merasa kasihan pada Kezia, Dan koran itu memuat berita tentang keluarga besar Reynaldi Group. Foto keluarga kecil Bima dan Nasha.Foto itu menunjukkan Bima menggendong Nayara, dan Nasha tertawa sambil masing- masing memegang tangan anak mereka."Aku seharusnya yang ada di sana. Aku... seharusnya yang melahirkan pewaris itu. Kenapa bukan aku.” Bisikan-bisikan di kepalanya makin nyata. Hingga pada akhirnya isi kepalanya penuh. Dan pada suatu malam, Kezia memberontak.Di antara pikiran nya yang linglung. Ia berhasil kabur dibantu oleh seorang pria yang dulu pernah jadi informan bisnis gelapnya. Pria yang masih memiliki dendam terhadap Reynaldi Group.
Nayara tiba-tiba demam tinggi,Nasha panik, Bima langsung membawanya ke rumah sakit. Di ruang UGD. Bima menggenggam tangan kecil Nayara. Saat itu dia bukan lagi seorang CEO, dia adalah seorang ayah. Seorang ayah yang ketakutan kehilangan anaknya.“Jangan tinggalin, Papa…Nak!” suaranya bergetar menahan tangis.Saat itu juga Reynaldi dan Lina datang. Mereka menatap Bima dan Nasha. Tanpa bicara banyak. Mereka tahu apa yang sedang ada dalam perasaan anak-anaknya.Sedangkan Rakha yang datang mengunjungi Kezia ke kantor, tidak menemui istrinya di ruangan. Tanpa banyak kata-kata Rakha masuk dan beristirahat di ruangan Kezia.Dia hampir saja tertidur di sofa. Berniat membuat kejutan untuk mengajak makan siang bersama. tidak memberitahu kedatangan nya pada istrinya. Mata Rakha terus saja fokus pada laci lemari di meja kerja istrinya. Rakha kemudian bangkit, berdiri, lalu berjalan menghampiri meja itu. Membuka lacinya, dan mendapatkan sesuatu disana. Dia menemukan satu flashdisk baru. Cepat di
Kezia mulai sering absen dari kantor. Dia mengikuti program bayi tabung sendiri tanpa Bima. Beberapa rumah sakit didatangi nya, sekedar mencari informasi untuk program bayi tabung. Tanpa sepengetahuan Rakha suaminya.Ia merasa kalau ini satu-satunya cara untuk mendapatkan perhatian semua orang seperti Nasha.Nasha yang diam- diam memperhatikan gerak- gerik Kezia juga mulai curiga, tapi sebenarnya dia tidak mau peduli. Itu urusan rumah tangganya. Selama apa yang Kezia lakukan tidak merugikan nya lagi.Tapi ada satu hal yang menurutnya aneh,Pandangan Kezia pada putrinya Nayara. Kezia memandang bayi cantik itu tidak lagi dengan pandangan kagum, gemas, atau sayang. Tapi pandangannya lebih kearah kebencian yang mengancam keselamatan.Setiap kali mereka berkunjung kerumah Reynaldi, orang tuanya, lalu bertemu dengan Nayara, sikap Kezia berubah.Apalagi kalau Rakha sudah mulai menggendong bayi cantik itu.Kezia mulai terlihat kesal, tatapannya kosong. Menatap jendela. Dia mulai tak mau di
Reynaldi dan Lina masuk kedalam ruangan bersalin. Suasana di sana menjadi haru dan hangat.“Selamat sayang, kalian sudah berikan kami cucu. Anak yang cantik. Apa kalian sudah ada nama buat bayi perempuan kalian?” tanya Lina tanpa mengalihkan pandangannya pada bayi mungil itu.Bima dan Nasha saling berpandangan, sebelum akhirnya mereka menggeleng secara bersamaan.“Belum Mama.” Lina tersenyum sumringah pandangannya mengarah ke Reynaldi suaminya.Reynaldi mengangkat bahunya tanda tidak tahu.“ Boleh Mama kasih saran sebuah nama?” tanya Lina antusias.Semua mata kompak memandang kearah bayi mungil yang berselimut cantik berwarna merah muda, di dalam box.“Boleh aku kasih nama cucuku ini?” tanya Lina penuh harapan.Bima, Nasha dan Reynaldi saling pandang, sebelum akhirnya..“Iya Mama, silahkan. Siapa nama yang cantik buat bayi kami,Mama?” “Nayara artinya cahaya yang tidak pernah padam” ujar Lina antusia“Bagus Ma. Aku suka. Apa kamu suka,sayang?” tanya Bima kepada Nasha. Sambil sesekal
Hari itu Nasha datang ke kantor, Reynaldi Grup, tapi bukan sebagai istri CEO, tetapi sebagai dirinya sendiri.Ditangannya ada satu berkas yang dipegang, yang akan menghancurkan satu nama.Penampilannya sangat cantik, langkahnya mantab. Badannya yang tinggi semampai berbalut setelan jas berwarna krem sederhana. Wajahnya tenang, walau dalam dadanya bergejolak.Di lobby beberapa staf membungkuk hormat. Yang paling menarik, Kezia yang juga mempunyai jabatan penting di kantor itu, keluar dari lift dengan wajah pucat ketika melihat kehadiran Nasha.“Ada perlu apa Bu…Nasha?”suara Kezia bergetar.Nasha tersenyum tipis,” Bisa ngobrol sebentar.” Mereka masuk keruangan kecil, meeting room.Disana Nasha meletakan semua bukti-bukti, foto-foto, email, dan transferan bayaran ke editor.Kezia kaget bukan main, dia diam membeku ditempat.“Aku bisa membawamu ke pengadilan.” kata Nasha dingin. “Tapi aku bukan kamu.”Kezia menggigit bibirnya, wajahnya berubah menjadi pucat,sangat ketakutan.Nasha berdir
Merasa diabaikan, lelah menunggu, ditambah lagi tekanan dari pekerjaan. Membuat Bima akhirnya memutuskan untuk menyusul ke acara eksklusif yang sedang Nasha ikuti. Berharap bisa bertemu dengan istrinya disana.Tapi yang dilihatnya adalah Nasha sedang tertawa dan bercanda dengan pengusaha dari Jepang itu. Sangat akrab. Bahkan terlihat lebih akrab apalagi di mata seorang suami yang sedang lelah menunggu dan kesepian.Tanpa sadar Bima mengepalkan tangannya. Ada perasaan sedih dan marah bercampur aduk di dadanya.“Nasha!” panggilnya ketika acara itu usai.Merasa ada yang memanggil nya,Nasha menoleh kaget.“Bima! Ngapain kamu disini?” Mata Bima melihat dengan tajam, Ekspresinya benar -benar menakutkan.“Akun sabar nunggu kamu.dirumah. tapi apa…kamu malah bercanda tertawa dengan laki-laki.lain diluar.“Nggak kayak gitu Bima. Kamu salah.”Nasha mencoba menjelaskan tapi Bima sudah berjalan pergi.Dari kejauhan Kezia menonton semua itu, dan dia tersenyum miring.Akhirnya hubungan Nasha dan B