Share

Bab 3

Penulis: Natasha
Saat menoleh, dia melihat Lisa sedang memakai celemek, di tangannya terdapat sendok sup.

Saat wanita itu melihat Thasia, senyumannya seketika membeku, tapi detik berikutnya dia berkata dengan ramah, "Tamu Bibi, ya? Kebetulan aku membuat supnya cukup banyak, ayo masuk."

Sikapnya sangat lugas seakan-akan dia adalah tuan rumah ini.

Sedangkan Thasia adalah tamu yang datang berkunjung.

Kalau dipikir-pikir, benar juga, gadis itu sebentar lagi akan menjadi tuan rumah di sini.

Thasia mengerutkan keningnya, dia merasa sedikit tidak senang.

Pernikahannya dan Jeremy disiarkan di seluruh kota, Lisa bahkan sempat mengirimkan kartu ucapan selamat, tidak mungkin gadis ini tidak tahu dirinya adalah istri Jeremy.

Saat Lisa melihat Thasia tidak bergerak, dia segera menarik tangannya. "Jangan sungkan, cepatlah masuk."

Saat Lisa mendekat Thasia bisa mencium aroma bunga melati. Dia ingat tahun lalu saat dia berulang tahun, Jeremy pernah memberikannya parfum dengan aroma yang sama persis dengan aroma ini.

Seketika dia merasa tenggorokannya sakit, napas dan langkahnya menjadi berat, sehingga sulit untuk bergerak.

Yasmin yang melihat Thasia tidak bergerak pun mulai berkata, "Thasia, kenapa diam saja? Ada tamu datang kenapa kamu nggak memberinya minum?"

Thasia menatapnya. Dia tahu dirinya tidak pantas bertanya, tapi dia tetap bertanya, "Ibu kenapa dia bisa ada di sini?"

Yasmin berkata, "Lisa baru pulang, tentu saja dia datang mencariku. Kenapa, memangnya dia nggak boleh ke sini? Lagi pula, aku juga sudah meminta izin dari Jeremy, dia saja nggak keberatan, kenapa kamu yang banyak atur?"

"Bukan begitu." Thasia pun menunduk.

"Ternyata kamu yang bernama Thasia. Saat Kak Jeremy menikah aku nggak melihat foto kalian, jadi aku nggak mengenalimu. Jangan marah, ya."

Thasia menatap gadis itu tersenyum dengan cerah.

Haha.

Mana mungkin Jeremy menunjukkan foto pernikahannya dengan orang lain pada wanita yang dicintainya.

Yasmin saat ini berkata lagi.

"Cepat ambilkan minum."

Thasia mengangguk, dia mengambil teh dari samping.

Saat ini, Lisa dan Yasmin sudah mengobrol di sofa, Yasmin bahkan membantu gadis itu melepaskan celemek. Ibu mertuanya saat ini tersenyum dengan ramah, Thasia tidak pernah melihat tersenyum seperti itu.

Thasia menahan rasa sedih di hatinya sambil mengambilkan minum untuk Lisa.

Lisa pun menyentuh gelasnya sebentar.

Thasia tahu airnya panas, dia takut gadis itu akan kepanasan, jadi dia ingin menyuruhnya jangan sentuh dulu. Siapa sangka Lisa malah membuat teh panas itu tumpah sehingga mengenai tangan Thasia ....

"Aduh."

Thasia meringis kesakitan, tapi dia malah mendengar Lisa berteriak, "Ah ...."

Yasmin yang mendengar teriakannya pun menjadi panik. "Ada apa?"

Lisa pun berkata sambil menahan tangisnya, "Nggak apa-apa, Bibi, dia nggak sengaja."

Melihat tangan Lisa terkena air panas sehingga memerah, ekspresi Yasmin pun berubah, dia segera menoleh menatap Thasia.

Sebuah tamparan langsung mendarat di wajah Thasia.

Thasia tidak percaya Yasmin akan memukulnya.

"Apa yang kamu lakukan, tahu nggak Lisa ini seorang musisi, kalau tangannya kenapa-napa, memangnya kamu bisa ganti rugi?" kata Yasmin dengan nada dingin.

Wajah Thasia terasa perih, tapi hatinya terasa lebih sakit. Dia menoleh, menatap mereka berdua, "Dia yang mengambil gelas itu, apa hubungannya denganku?"

Yasmin pun memelototinya. "Kamu berani menyahut. Seseorang, kurung dia!"

Setelah itu muncul dua orang pembantu, mereka hendak menangkap Thasia.

Wajah Thasia seketika memucat, dia tahu apa yang ingin mereka lakukan, seketika dia pun melawan. "Lepaskan aku!"

Namun, tenaganya terlalu kecil, dia segera diseret oleh pembantu ke dalam ruangan yang gelap.

Begitu Thasia masuk, keadaan di dalam sangat gelap. Dia sempat memukul pintu yang dikunci, lalu terduduk dilantai dengan lemas.

Seketika dia merasa seluruh tenaganya terkuras, tubuhnya mulai bergetar, kedua tangannya memeluk kepala, dia berusaha untuk bertahan di tengah kegelapan itu.

Di ruang tengah, ponsel Thasia terus berdering.

Yasmin saat ini sedang mengurusi luka Lisa. Saat mendengar suara deringan, dia melihat nama Jeremy tertera di atasnya, dia pun segera mengangkat. "Halo, Jeremy."

Di telepon Jeremy berkata dengan terkejut, "Ibu?"

Yasmin berkata, "Ya."

Jeremy terdiam sebentar, tatapannya sedikit menegang. "Di mana Thasia?"

"Di rumah."

Jeremy juga tidak terlalu memikirkannya. "Suruh dia ambilkan dokumenku di laci ruang kerja."

Setelah telepon ditutup, perhatian Lisa sudah fokus pada panggilan itu, dia pun berkata dengan bersemangat, "Bibi, telepon dari Jeremy, ya?"

"Ya." Yasmin berkata, "Dia menyuruh Thasia mengantarkan dokumen. Justru karena dia menjadi sekretarisnya, jadi sekarang malah jadi istrinya."

Seketika tatapan Yasmin jatuh pada Lisa, dia menarik tangannya sambil tersenyum. "Lisa, kalau waktu itu kamu nggak ke luar negeri, Jeremy sudah pasti menikah denganmu, bukan dengan Thasia. Kalau kamu yang menjadi menantuku, kalian pasti sudah punya anak, nggak seperti wanita mandul itu!"

"Bagaimana kalau kamu yang antar dokumen Jeremy."

"Memangnya nggak apa-apa kalau aku yang antar?" tanya Lisa.

"Tentu saja nggak masalah, Jeremy sudah lama nggak bertemu denganmu, dia pasti sangat senang." Yasmin berkata lagi, "Aku bahkan berharap kamu bisa memberiku cucu!"

Lisa pun berkata dengan wajah memerah, "Bibi, jangan berkata seperti ini. Kalau begitu aku antar dokumennya dulu."

Perkataan Yasmin memberikan harapan pada Lisa.

Kakek yang memilih Thasia untuk menikah dengan Jeremy, pernikahan mereka tidak berdasarkan cinta, bahkan setelah bertahun-tahun masih belum punya anak.

Mungkin saja selama ini Jeremy masih menunggunya.

Lisa segera memakai kacamata hitam dan maskernya, lalu naik ke mobil van, melaju meninggalkan rumah Keluarga Okson.

Dia ingin memberikan kejutan pada Jeremy, jadi dia menyuruh orang kantor diam saja.

Jeremy masih menunggu di kantornya. Begitu melihat jam, rapatnya akan segera dimulai, tapi Thasia masih belum datang.

Hingga dia mendengar suara pintu dibuka.

Wajah Jeremy seketika terlihat kesal, dia memutarkan kursinya, tanpa menoleh dia berkata, "Kamu nggak tahu sekarang sudah jam berapa?"

Pihak lawan tidak menjawab.

Jeremy merasa bingung. Saat menoleh, dia malah melihat Lisa berdiri di pintu.

"Jeremy."

Suara Lisa sedikit bergetar, mungkin karena terlalu bersemangat. Pria yang selalu dia rindukan berada di depannya, dia merasa semua ini seperti mimpi.

Jeremy juga terkejut, dia segera mengalihkan tatapannya. "Kenapa kamu yang ke sini?"

Lisa berkata, "Aku hari ini pergi melihat bibi."

Jeremy mengerutkan keningnya, dia berkata dengan datar, "Siapa yang mengizinkanmu ke sana?"

Mendengar ini Lisa pun tersenyum dengan canggung, hatinya merasa sedikit sakit, seakan-akan dia tidak seharusnya ke sana.

Lisa berusaha menenangkan dirinya, dia menunduk sambil berkata, "Begitu kembali tentu saja aku harus pergi menemui Bibi. Aku ke sini untuk mengantarkan barangmu."

Dia dengan hati-hati menguji sikap pria itu, mengeluarkan dokumen dari tasnya.

Jeremy meliriknya sebentar. Dokumen itu seharusnya berada di tangan Thasia, sekarang malah berada di tangan gadis ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Bety Marques
bagus dan Jeremy perlu instrospeksi diri
goodnovel comment avatar
Maita Fitria
ih bener atuh
goodnovel comment avatar
Mahreta Ita
ah dasar Lisa perempuan yg nggak bnr,SDH tau Jeremy punya istri malah mau jadi duri dlm pernikahan jeremiy
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 590

    "Oke."Tatapan Kent mengikuti sosok Thasia yang berlalu.Thasia mengendarai sepedanya keluar, dia menuju ke pusat kota.Jaraknya tidak terlalu jauh.Jeremy telah memberinya sebuah vila dengan harga yang sangat mahal.Saat ini jalanan cukup ramai, dia sedang menunggu di lampu merah.Setelah lampu berwarna hijau, dia mendorong sepedanya, tiba-tiba ada orang berkata, "Biar aku bantu."Thasia menoleh ke belakang, dia melihat seorang pria muda sedang mendorong belakang sepedanya.Sepertinya pria itu menyadari Thasia sedang hamil, jadi kesulitan mengendarai sepeda.Hari ini Thasia berpakaian dengan santai. Rambutnya dikepang, memakai sebuah topi dan gaun yang lebar, perutnya sedikit menonjol.Selain ibu hamil yang akan berpakaian seperti ini, yang lainnya tidak mungkin.Thasia merasa dirinya tidak selemah itu, tapi dia juga tidak ingin menolak kebaikannya, jadi dia berkata, "Terima kasih."Dia segera sampai ke seberang, orang itu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.Thasia lanjut meng

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 589

    Sabrina kira dirinya sedang bermimpi, dia merasa kesal, padahal sebelumnya dia melihat mereka saling mencintai, kenapa sekarang malah bercerai. "Apa yang terjadi? Jeremy itu, dasar pria berengsek, dia cepat sekali berubahnya. Nggak bisa, pokoknya aku harus memberinya pelajaran!"Thasia sudah menerima kenyataan ini. "Nggak perlu, ada baiknya kami bercerai, sekarang aku sudah punya rumah dan uang, aku sudah menjadi janda kaya, meski aku nggak bekerja seumur hidup, aku nggak akan mati kelaparan, kamu seharusnya mengucapkan selama padaku.""Keenakan wanita murahan itu!" Sabrina memosisikan dirinya seperti Thasia, mana mungkin dia terima."Biarkan saja." Thasia berkata, "Kamu nggak perlu mengurusi masalah ini, semua sudah berlalu.""Aku mengerti, hanya saja aku khawatir kamu akan merasa sedih, aku ingin bertanya apakah perlu aku temani, tapi kamu nggak menjawab panggilanku, aku juga nggak tahu kamu ada di mana. Membuatku khawatir saja." Sabrina benar-benar khawatir padanya, tapi juga tahu s

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 588

    Matanya menatap ke arah Kent lagi, pria itu menatapnya dengan tatapan seperti biasa.Bagi Kent hal itu sudah biasa.Thasia akhirnya mengerti, pria ini tumbuh besar di lingkungan yang kejam dan selalu bersembunyi.Seperti katanya, Kent memang hidup di dunia yang gelap, tanpa adanya cahaya.Meski begitu Thasia tetap merasa terkejut, dia tidak mengerti padahal sama-sama manusia, kenapa mereka bisa hidup dengan cara yang sangat berbeda."Kenapa kamu memberikan darahmu padaku?" Thasia ingin menolak. "Aku nanti juga akan siuman kalau pingsan, kamu nggak perlu melukai dirimu, nggak baik bagi tubuhmu, aku nggak mau kamu bertindak seperti ini."Kent tersenyum santai, mungkin hal ini hal paling santai yang pernah dia lakukan. "Nggak masalah, hanya mengeluarkan sedikit darah saja, nggak akan mengancam nyawa.""Nggak boleh bilang begitu, lain kali nggak boleh lagi!" Thasia menentangnya dengan tegas. "Saat kamu bersamaku maka kamu juga harus dihargai, bukan barang untuk dikorbankan, kamu juga nggak

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 587

    Kent ingin menghindari, jelas dia tidak ingin Thasia menyentuhnya.Saat ini Thasia merasa lebih curiga, dia bertanya, "Kenapa kamu berdarah?"Padahal Kent sudah terluka cukup lama, meski luka di tubuhnya masih belum sembuh total, tidak seharusnya masih meneteskan darah.Kecuali lukanya bertambah lagi.Kent menarik lengan bajunya, tapi beberapa tetes darah itu tidak bisa ditutupi dengan mudah.Pria itu tersenyum, lalu mencari alasan. "Tadi saat memasak nggak sengaja terluka, bukan masalah besar."Alasan itu tidak bisa mengelabui Thasia."Kamu sudah terbiasa melakukan pembedahan, mana mungkin bisa terluka saat memasak. Kamu nggak akan bisa membohongiku!" Thasia mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak percaya pada penjelasannya ini. "Luka ini sepertinya bukan muncul saat kamu memasak tadi, kenapa kamu bisa terluka?"Kent terdiam.Pria itu tidak mau bilang, Thasia tetap punya mata untuk melihat, dia menarik tangan Kent, ternyata di pergelangan tangannya ada luka yang diperban dengan k

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 586

    "Ini pertama kalinya aku masak."Thasia mengangkat alisnya. "Nggak masalah, aku ingin mencicipi masakanmu, mungkin saja kamu berbakat."Setengah jam kemudian Kent baru berjalan keluar dari dapur.Tidak ada aroma gosong, berarti Kent tidak membuat dapurnya terbakar.Namun, ketika Kent meletakkan masakannya di atas meja, Thasia merasa sangat terkejut.Thasia menatap Kent dengan tatapan ketakutan.Kent pikir Thasia tidak tahu masakan apa ini, jadi dia menjelaskan dengan tenang, "Ini hati ayam, ini ampela ayam ... kedua hal itu termasuk organ dalamnya, ini badan ayam, ini bagian pahanya, ada banyak daging tapi nggak eneg ...."Setelah mendengar penjelasan Kent, dia seakan-akan mendengarkan penjelasan bagian tubuh.Bisa dibayangkan saat Kent memasak, dia membedah ayam itu, begitu melihatnya selera makan Thasia pun menghilang.Sebaliknya malah membuatnya ingin muntah.Melihat Thasia masih belum mulai makan, Kent bertanya, "Kenapa? Kelihatannya nggak enak? Padahal aku sudah berusaha membuatny

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 585

    Tatapan Kent menjadi rumit, kalau Thasia tahu apa yang telah dirinya lakukan, wanita ini pasti tidak akan berkata seperti itu.Kent saja tidak berani menyentuh tangan Thasia, apalagi melakukan hal jahat padanya.Kent tidak menolak lagi, dia membiarkan Thasia menyentuh tangannya.Mereka berdua terdiam cukup lama, warna darah di gelang mutiara yang dipakai Thasia menjadi lebih pekat, hal ini terlihat oleh wanita itu, dia pun bertanya, "Apakah mutiara di gelang ini bisa berubah warna?"Tatapan Kent menjadi lebih gelap. "Benarkah?"Thasia memosisikan gelang itu di bawah sinar matahari, memang benar warna merahnya jadi lebih pekat. "Aku kira karena ini gelang lama, jadi warnanya bisa lebih gelap, tapi sekarang warna merahnya jadi lebih pekat. Gelang ini biasanya kamu yang pakai, 'kan? Kamu nggak sadar?"Kent tanpa sadar mengelus pergelangan tangannya, tertawa sambil berkata, "Mungkin ini barang palsu, aku nggak tahu, aku nggak pernah tes."Thasia menatap Kent. "Kalau palsu mungkinkah kamu m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status