Share

BAB 2 AKU MULAI MENYUKAINYA

Dia tak sekedar menggertak. Wataknya  sangat buruk, meskipun selalu bersikap elegan, teman-temannya tahu jika sebenarnya dia berengsek.

Yuki menatapnya dengan wajah bodoh dan tersenyum beberapa kali lalu berkata,

"Kau sangat tampan, kau sangat tampan."

Hatinya yang keras seperti batu, sedikit demi sedikit melemah seperti es. Karena kata dan sifatnya, yang di ucapkan oleh Yuki.

Keinginannya untuk melempar Yuki, gadis pengganggu yang aneh ini, perlahan-lahan menghilang.

"Kau, mabuk lepaskan aku."

Yuki tetap memeluk erat pinggang pria itu, dan merebahkan tubuhnya di dada pria yang bidang itu.

Yuki menyipitkan matanya, mengerutkan bibir merahnya yang halus dan berkata.

"Tidurlah dengan ku... Tidurlah dengan ku! aku ingin tidur dengan artis, tidur bersama..."

"Anak ini, dimana wali-mu? harusnya mereka menjagamu baik-baik mu! aku peringatkan padamu, kalau kau terus menerus menempel padaku, aku tidak segan-segan melakukan apapun! selagi aku masih bisa berpikir rasional, cepatlah pergi!"

Suara napasnya, semakin panas mungkin karena Yuki terlalu memeluknya terlalu erat.

Mungkin karena tubuh gadis itu memancing hasratnya, mungkin juga karena nada suaranya yang lembut membangkitkan rasa sebagai pria untuk menaklukan.

Tenggorokannya mulai kering, kontrol dirinya terbilang sangat baik. Setelah sekian lama di goda oleh Yuki dia masih bisa mempertahankan sikap pria terhormat.

"Haha, aku... Ujian masuk perguruan tinggi sudah berakhir. Akhirnya aku melewatinya, aku bebas! mari bersulang." 

Ucap Yuki, sambil memamerkan gigi putihnya dan tersenyum bodoh. Ia berbicara dengan mabuk, dan mengangkat tangannya untuk membuat gerakan bersulang.

Tangannya menampar wajahnya sendiri, alisnya berkerut kemudian tubuhnya tergelincir ke bawah.

"Hei, ada apa dengan mu?"

Dia memegang tubuh Yuki, yang lemas dan melihat wajahnya.

"Eh, gadis ini apa ia tertidur?"

Ucap pria itu dengan kebingungan, harus di apakan gadis itu.

Yuki tertidur di pelukan pria asing, pria yang muda, kuat, normal. Dia memeganginya dan melihat sekelilingnya untuk melihat apa ada orang yang mengenalnya, di kejauhan tampak sekelompok siswa yang sedang mabuk.

"Karena kau sangat ingin tidur dengan ku, maka aku akan membawa mu pergi sesuai keinginan mu."

Dia tersenyum licik, dan  wajahnya penuh dengan niat jahat. Ia memegang wanita itu seperti binantang, lalu menghilang dari keramaian.

Ia menggendong Yuki, ke kamar presidential suite. Ia tidak bisa menahan tawanya.

Astaga, apa yang dia lakukan? ia baru saja kembali ke tanah air dan berusaha menghindar dari kecurigaan, tapi sekarang, malah ia membawa pulang seorang gadis yang masih bersekolah. Jika tertangkap oleh media, situasi akan kembali gempar.

Dia meletakkan Yuki di atas kasur, dan menyingkirkan rambut dari wajah Yuki, ia melihat Yuki tertidur dengan sangat nyenyak.  Bibirnya yang lembut, bulu mata panjangnya seperti tirai, ia tertidur seperti bayi.

Ia membungkuk dan mengendus, dan berkata

"Gadis, ini sangatlah tidak memperhatikan kebersihan diri."

Dia menggendong Yuki, yang sangatlah ringan baginya. Dan terlihat seperti anak-anak di hadapan baginya yang mempunyai tinggi 180 cm.

"Memeluk gadis ini, seperti memeluk kucing." ucap pria itu.

Suhu airnya pas, dia melepaskan pakaian Yuki di sofa kamar mandi. Selapis demi selapis, dalam prosesnya, napasnya menjadi panas dan berat.

"Hanya seorang gadis kecil, bagaimana bisa membuat ku beraksi seperti ini, benar-benar memalukan." ia berbicara pada dirinya sendiri berusaha menenangkan pernapasannya.

Tapi ini semua tidak berguna, begitu melihat tubuhnya yang seputih salju. Ia kehilangan seluruh kontrol dirinya.

Dia kecil, namun mengesankan. Pinggangnya sangat ramping tetapi tubuh Yuki memanglah sangat seksi, membuat dirinya langsung bergairah, dia berwajah seperti malaikat, namun bertubuh iblis.

"Bagaimana mungkin, ada gadis seperti ini, apa yang harus aku lakukan?" Ia menunduk dan melihat dirinya sendiri, dan menghela nafas.

Ia menggendong Yuki kembali, dengan jari yang gemetaran. Dia meletakkannya di air hangat, Yuki menutup matanya dan bersenandung.

"Mmm..."

Suaranya seperti kicauan burung, hatinya meleleh mendengarnya. Jika Yuki membuka matanya dan melihatnya, Yuki pasti akan menertawakannya.

Pria itu, hanya memandikannya. Dia tidak melakukan hal tak senonoh pada Yuki, walau nafsu birahinya telah naik ke ubun-ubun.

Sebenarnya, pria itu sangat ingin menyentuh tubuh Yuki. Akhirnya ia tidak bisa menahan diri, ia menciumnya.

"Mmm..." Yuki menggumamkan sesuatu.

Pria itu tidak mungkin bisa berhenti, ia malah memperdalam ciumannya, terus mencium Yuki sampai ia hampir tak bisa mengkontrol diri.

Dia memekik keras dan, memutuskan untuk tidak menyiksa dirinya sendiri lebih jauh lagi. Untuk apa dirinya menggoda mentalnya yang hampir pecah di toilet, seperti ini.

"Bukankah, ini sama saja menyiksa diriku sendiri."

Ia memeluk Yuki, yang sudah basah kuyup itu dan tidur bersama.

Di pagi hari, tidak banyak pejalan kaki di jalan. Hanya terlihat beberapa penjual makanan, Yuki berlari kebingungan selama 20 menit, setelah ia berlari melewati tiga blok, akhirnya ia memperlambat langkah kakinya. Terasa sangat hampa.

Tiba-tiba, air matanya mengalir ia menundukkan kepalanya, berjalan sambil menangis.

"Berakhir lah sudah, semuanya sudah berakhir! tadi malam masa muda dan kesucianku semuanya hancur." sambil menangis, Yuki berbicara sendiri di jalan.

Setelah mabuk, kita akan bertindak sembarangan. Ternyata kalimat itu benar, Yuki tidak seharusnya mabuk-mabukan dengan temannya, apalagi untuk merayakan ujian masuk perguruan tinggi.

Hasilnya ia mabuk, dengan mudah setelah mabuk akhirnya ia juga tidak tahu apa-apa.

Tadi malam, apa yang terjadi semalaman. Yuki sama sekali tidak bisa mengingatnya.

"Betapa sialnya aku, berhubungan dengan seseorang yang tak bisa ku ingat, setidaknya aku bisa mengingatnya sedikit." Yuki memukul kepalanya dan berjalan dan berlinang air mata.

Yuki kehilangan keperawanannya, ia bahkan tidak pernah berciuman. Tapi tiba-tiba ia melakukan hubungan dengan orang yang tak ia tak kenal, yang telah menghancurkan masa remajanya.

"Aaaaaaaa..." Yuki meraung, sekali lagi di jalan.

Yuki, mengembara sebentar di jalan. Ia masih tak tahu ke mana dia harus pergi ke mana, jadi ia kembali ke rumahnya dengan langkah berat. 

Seperti seorang pencuri, ia mencongkel jendela diam-diam, karena takut ketahuan ayahnya.

"Kamu, masih tahu pulang? bisa-bisanya semalam kamu tak pulang. " suara itu membuat Yuki ketakutan. Hingga hampir jatuh, ia memegang pintu dan melihat orang di hadapannya, dengan jelas.

Ia menggertak kan giginya,  dan memutar matanya.

"Aulia, kenapa berteriak? kau tidak takut mengganggu ayah beristirahat?" ucap Yuki, yang ternyata itu adalah adiknya bukan ayahnya.

"Ayah, sudah pergi kerja hari ini jadwal shift paginya. Apa kau pura-pura tidak tahu?"

"Benarkah, ayah sifh pagi?"

"Ya, pukul 05.30 dia sudah berangkat!"

"Hahahaha... Kau seharusnya bilang dari tadi bahwa ayah sedang sift pagi. Jadi aku tidak perlu takut." ucap Yuki, sambil membelai adiknya yang sedang makan. Seperti sedang membelai kucing.

Kemudian Yuki, berjalan ke kamarnya.

"Berhenti, Yuki aku bilang berhenti kataku." seru Aulia.

"Kau ingin mati, aku kakak mu, apa kau tidak tahu cara nemangil yang benar pada kakak mu? cari mati?"

Aulia tidak mendengarkan perkataan kakaknya, ia memelototi Yuki.

"Katakanlah padaku, di mana kau tidur semalaman."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status