Share

Bab 11 Dunia yang Kecil

“Nyonya, kita mau kemana?” Alfred sang sopir menyambutnya.

“Kita pergi ke toko perhiasan dahulu.” Susan berpikir sejenak sebelum akhirnya mengakui, “Aku tidak begitu paham harus ke toko perhiasan yang mana. Bawa saja aku ke toko perhiasan terbaik.”

"Baik, Nyonya."

Dalam sekejap mobil itu kemudian berhenti di depan pintu masuk toko perhiasan yang memiliki detail dekorasi yang begitu rumit. Sopir menunggu di luar sementara Susan masuk ke dalam sendirian.

Pegawai toko menyambut wanita berkelas itu dengan hangat. Melihat betapa bimbangnya dia, salah satu pegawai pun datang melayaninya dan berkata, “Kira-kira jenis perhiasan apa yang kau suka? Apa kau membutuhkan bantuanku? ”

Susan dengan cepat menjawab, "Perhiasan apa yang terbaik di sini?"

Jika dia membeli perhiasan untuk dirinya sendiri, dia bahkan tidak akan melirik perhiasan yang harganya di atas empat digit. Namun, Susan memikirkan ancaman Julian pagi tadi. Ia tidak punya pilihan selain memilih sesuatu yang mahal.

"Terbaik?" Mata pegawai itu berbinar, mengharapkan akan adanya transaksi yang mahal. "Tolong beri aku waktu sebentar."

Dengan cepat ia mengeluarkan tiga jenis perhiasan.

Yang pertama adalah perhiasan kalung safir biru.

Pegawai itu mulai memberi penjelasan, “Kalung ini terbuat dari safir biru terbaik, dan diukir oleh master internasional terbaik. Baik pengerjaan dan material perhiasan ini adalah nomor satu di dunia. Harganya $ 1,3 juta.”

“$ 1,3 juta!” Susan langsung terpana dan tidak percaya pada nominal harga yang baru saja ia dengar.

Bagaimana mungkin kalung kecil seperti itu bisa bernilai $ 1,3 juta?

Senyum di wajah pegawai tersebut langsung lenyap. Apakah dia sudah salah menilai dengan daya beli wanita yang berdiri di depannya ini?

“Bagaimana dengan dua perhiasan lainnya?” Susan terus bertanya meskipun dia terkejut dengan harga kalung itu tadi

“Gelang giok Hetian ini seharga $ 1,9 juta. Seluruh rangkaian hiasan kepala emas ini bernilai $ 1,5 juta,” jawab pegawai itu. Dia merasa Susan hanya ingin tahu dengan harga perhiasan itu saja.

"Jika begitu, maka ..."

“Ketiga perhiasan ini adalah yang terbaik di toko kami. Jika kau tidak membelinya, aku harus mengembalikan ketiga perhiasan ini ke tempatnya,” kata si pegawai dingin.

Susan mengerutkan kening.

Dia ingin membeli semuanya tetapi ingin tahu lebih banyak sebelumnya. Namun, sikap pegawai itu membuatnya tidak senang.

Susan hendak mengatakan sesuatu.

Tiba-tiba terdengar suara mengejek. “Oh, bukankah itu Susan? Apakah kau di sini untuk melihat perhiasan juga?"

Ketika Susan menoleh, dia melihat Mandy menggamit lengan Luke. Ia pun menatapnya dengan pandangan merendahkan. Mereka bertemu sekali lagi.

Susan merasa bingung. Perkataan dunia ini kecil' benar-benar sangat menggambarkan situasi mereka secara akurat.

“Hai, Mr. Jenkins dan Miss Ainsley.” Pegawai toko jelas mengenali mereka berdua dan ia memberikan mereka senyuman yang lebar. “Kalian berdua di sini untuk perhiasan pernikahan, bukan? Kami memiliki produk baru yang pasti akan membuat kau senang."

Mandy melihat ke rak etalase. Kalung safir biru itu terlihat bagus.

“Miss Ainsley, kau memiliki selera yang bagus. Kalung ini…”

"Tunggu." Susan mengerutkan kening. “Kalung ini ditawarkan lebih dahulu padaku.”

Meskipun pegawai itu memiliki bersikap buruk, Susan masih perlu membeli beberapa perhiasan karena dia tidak mau repot mengunjungi toko lain. Dia bermaksud membeli ketiga perhiasan itu.

"Kau?" Mandy menatapnya dengan sinis. “Bisakah kau membelinya?”

Wanita itu pun lalu mengerucutkan bibirnya. “Ah, benar. Kau punya Julian Shaw. Tapi sayangnya, tidak ada satupun kekasih Julian yang bisa bertahan lebih dari seminggu. Atau haruskah aku katakan, apakah kau baru saja dicampakkan olehnya? Semua orang tahu Julian orang yang dermawan. Kau pasti mendapatkan banyak uang sebagai hadiah perpisahan darinya, bukan? Ck, ck, ck, itu uang hasil jerih payahmu. Jika aku jadi kau, aku akan menghabiskannya dengan bijak."

Luke sedikit mengernyit pada wajah masam Mandy yang bukan pemandangan yang menyenangkan. “Mandy, tidak apa-apa. Karena dia datang lebih dahulu, kita akan menunggu giliran kita.”

Hati Mandy terpuruk saat melihat Luke yang terlihat kesal. Wanita itu pun memegang lengan tunangannya dengan mesra dan merengek, “Luke, dia pernah menghinaku sebelumnya dan bahkan membuat Julian menyiramkan secangkir kopi padaku. Aku masih merasa kesal dengan itu!”

Saat dia mengamati wajah cantik Mandy yang polos, kerut wajah kesal Luke pun mereda dan kemudian berkata, “Itu kasus yang berbeda. Jangan terlalu terbawa emosi.”

Secercah kesuraman melintas di mata Mandy. Jelas Luke telah melupakan Susan, tetapi mengapa dia membelanya saat ini?

Mungkinkah…

Tidak, itu tidak mungkin. Dia sudah memverifikasinya di kafe sebelumnya, dan Luke benar-benar telah melupakan Susan.

Jika itu masalahnya, maka Luke pasti benar-benar berpikir bahwa sikap Mandy memang sudah berlebihan. Dia menyukai Luke selama bertahun-tahun dan tidak akan membiarkan Susan menjadi ancaman lagi untuknya. Karena itulah, ia berusaha menghancurkan citra Susan di hati Luke.

Mandy dengan cepat tersenyum. “Luke, hanya saja aku sangat menyukai kalung safir biru ini. Aku merasa kalung ini akan sangat cocok dengan gaun pengantinku. Kau tahu betapa pentingnya pernikahan bagi seorang gadis, bukan? Aku…"

Luke menghela napas dan menatapnya dengan lembut. "Tunggu."

Dia berjalan ke arah Susan dan bertanya dengan tenang, “Miss Shelby, Mandy sangat menyukai kalung biru itu. Apakah kau bersedia melepaskan perhiasan itu?”

Susan mencengkeram tasnya erat-erat dan memandang Luke. "Pernikahanmu…"

“Pernikahan kami akan diadakan bulan depan. Mandy sangat menyukai kalung itu, Miss Shelby. Bisakah kau membantu kami?” Luke memohon dengan sangat sopan.

Perasaan Susan berkecamuk. Mereka pernah saling berjanji satu sama lain dan bersumpah akan terus bersama hingga maut memisahkan mereka. Sekarang dia berdiri di depannya dan mengatakan bahwa dia akan menikah dan dia bukan pengantin wanitanya.

Saat itu juga Susan kehilangan keinginannya untuk memiliki perhiasan itu.

“Miss Shelby?” tanya Luke.

Susan mengerutkan bibirnya dan berkata dengan lembut, “Aku tidak menginginkan kalung itu lagi. Luke... Aku berharap kau bahagia."

Luke terkejut melihat betapa tegasnya perkataan Susan. Pria itu pun mengangguk, "Terima kasih."

Luke pun segera membayar kalung itu dan memberikannya kepada Mandy.

“Sayangku, kau pria yang terbaik!” Mandy tersenyum penuh kemenangan saat dia menjinjitkan kakinya untuk memberikani ciuman di pipi Luke. Gerakan mesra Mandy tiba-tiba membuat pria itu tertegun.

Ia tidak bisa melihat ekspresi Susan ketika matanya mengarah ke bawah tadi. Tubuh kurusnya juga tampak sangat rapuh saat itu.

Tiba-tiba hati Luke terasa perih. Dia tidak tahu mengapa dia tanpa sadar mencuri padang ke arah Susan, dan mengapa hatinya tiba-tiba terasa perih.

“Miss, dua barang lainnya…” Pandangan pegawai toko mengarah pada Susan yang telah kehilangan minat untuk membeli apapun dan hanya ingin meninggalkan toko.

"Aku tidak menginginkannya," katanya lembut, dan kemudian ia membalikkan tubuhnya untuk pergi.

Pegawai toko pun langsung mencibir dan berkata pelan, “Akui saja bahwa kau miskin. Kau tidak perlu berpura-pura sebaliknya. "

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status