Share

Jangan Menungguku

Zahwa pamit membersihkan diri. Sedangkan Arsan sudah dari tadi mandi dan ganti baju. Zahwa sekarang sudah lebih segar. Dia keluar dari kamarnya sudah wangi. Harum bau sabun mandi tercium di indra penciuman Arsan. Hatinya begitu bergetar hanya mencium aroma sabun mandi Zahwa saja. Ah, begitulah kalau jatuh cinta. Selalu melakukan hal gila.

“Mas, kau besok harus berangkat pagi banget ‘kan? Kenapa tidak istirahat?” tanya Zahwa sambil mengambilkan makan untuknya.

“Terima kasih, Za. Tidak apa-apa. Dari pada di rumah malah bosan. Aku main sama Keano saja.” Mereka sudah selesai makan malam. Keano pamit ke kamarnya. Anak laki-laki itu selalu pengertian jika terkait dengan Arsan dan juga mamanya. Dia akan memberikan ruang untuk keduanya. Keano berharap jika Arsan menjadi ayahnya saja. Sebab terlihat laki-laki itu sangat baik terhadap dirinya dan juga mamanya.

“Mas, hati-hati di tempat yang baru, ya?” Arsan tersenyum. Ternyata Zahra mengkhawatirkan dirinya.

“Kau mengkhawatirkan aku?” tanya Arsan.

“Hufff, tentu saja.” Arsan menyangga dagunya. Dia memandang intens ke arah wajah Zahwa.

“Za, permintaanku masih berlaku. Kau tidak mau jika kita merajut rumah tangga? Aku membutuhkanmu, Za. Untuk semuanya.” Zahra menunduk. Dia tidak tahu harus jawab apa? Harus menolak tapi nyatanya dia sendiri juga menyayangi Arsan. Mau menerima, dia memiliki trauma yang dia sendiri tidak dapat mengatasinya.

“Ah, Mas. Kita sudah pernah membahasnya. Aku sedang tidak ingin berumah tangga saat ini. Aku ....” Tawa kecut Arsan terdengar. Dia meraih jemari Zahra dan mengatikan dengan miliknya.

“It’s okay. I understand your sadness. Aku akan menunggu hingga kau siap.” Zahwa memandangnya sangat lekat. Terbuat dari apa lelaki ini. Dia bahkan tidak pernah menyerah. Zahwa sudah membuatnya menunggu selama sebelas tahun sejak pertemuan mereka. Tapi lelaki itu tidak menyerah juga.

“Jangan menungguku lagi, Mas. Kau berhak memiliki wanita mana pun yang segaris denganmu. Jangan pernah menungguku. Karena aku sendiri tidak yakin kapan? Jangan membuat aku merasa bersalah.” Arsan menarik tangan Zahwa yang tadi digenggam jemarinya. Dia memeluk tubuh Zahwa dengan erat. Tubuhnya terasa bergetar. Arsan sendiri sudah menduga, bahwa Zahwa ketakutan dengan makhluk yang bernama lelaki karena pengalaman pahitnya itu.

“Aku hanya ingin kamu. Kalau kamu tidak bisa, maka aku tidak memaksa. Jangan merasa terbebani. Tapi ijinkan aku untuk tetap menyayangi kalian.” Arsan membisikkan kata itu tepat ditelinganya. Zahwa merasa meneduh. Ingin rasanya dia menerima lelaki berparas tampan itu. Tapi rasa takut lebih mendominasi.

Malam semakin menjelang. Arsan pamit pulang. satu kecupan mendarat di kening wanita itu. Zahwa tidak menolaknya. Entah perasaan apa ini? Semua terasa sangat menyakitkan. Mereka saling cinta tapi luput untuk bersama. Zahwa masuk ke dalam rumah dengan gontai. Ternyata diam-diam Keano belum tidur. Dia bersedakap di pintu tengah sambil melihat ke arah ibunya.

“Kenapa mama tidak mau menikah dengan Om Arsan? Bukankah dia baik, Ma? Mau mencari laki-laki di mana lagi?” Nevan membuat Zahwa melonjak karena kaget.

“Kamu belum tidur? Dengarkan, Key. Menikah itu tidak hanya dibutuhkan baik dan bertanggung jawab saja. lebih dari pada itu. Kau belum mengerti.” Keano membuang wajahnya ke samping dia melepaskan tangannya yang bersedekap kemudian berjalan mendekat ke arah ibunya. Dia bersandar di dinding dan mengalihkan tangannya ke saku. Kakinya menapak di tembok.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Dutch Duck Dz
kena baca byk lagi baru fhm
goodnovel comment avatar
Maria Christiane
sayang bila hanya baca sekilas, bagaimana bisa cerita ke teman karya tulis ini bila tidak diizinkan melanjutkan, maaf ya
goodnovel comment avatar
Maria Christiane
apakah tidak boleh dibaca lanjut novel ini?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status