Share

Bab 3

Scarlett segera tiba di apartemennya setelah dia diam-diam meninggalkan hotel tempat dia bermalam bersama pria itu.

Hal pertama yang dilakukan Scarlett setibanya di apartemennya adalah masuk ke kamar mandi dan segera menyalakan keran air.

Air yang keluar dari keran membasahi pakaiannya. Scarlett menjerit dan menangis menyesali tindakan bodohnya. Kalau saja dia tidak pergi ke BAR tadi malam, mungkin kejadian itu tidak akan pernah terjadi.

Kini yang terpikir olehnya hanyalah penyesalan yang tiada habisnya. Dia menyesali betapa bodohnya dia menyerahkan keperawanannya pada pria yang tidak dia kenal hanya karena emosi sesaat.

Saat Arhan, pacarnya selama empat tahun, memintanya, dia selalu menolak dengan alasan ingin menghadiahkannya kepada suaminya. Namun kini dia sendiri yang meminta pria yang bukan suaminya mengambil keperawanannya.

Bukankah dia sangat bodoh?

Scarlett adalah wanita kuat dan cerdas yang mampu memecahkan masalah. Namun jika menyangkut perasaan, Scarlett selalu cengeng dan tidak tahu bagaimana menyelesaikannya. Itu karena dia sendiri tidak pernah mendapat kasih sayang orang tua semasa kecilnya.

Dia tumbuh di bawah belas kasihan paman dan bibinya. Sedangkan ibunya meninggal saat dia masih kecil. Kemudian ayahnya menikah lagi dan meninggalkannya selamanya setelah menikah.

Beruntung paman dan bibinya bersedia merawatnya seperti anak mereka saat itu.

Cinta orangtuanya tak pernah ada pada Scarlett. Oleh karena itu, dia selalu rapuh dalam hal perasaan. Kekecewaan dan penyesalan, itulah yang membanjiri pikiran Scarlett saat ini.

Dia duduk di lantai sambil memeluk lututnya dan berteriak sekuat tenaga! Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk saat ini.

**

Selama tiga jam, air keran mengalir ke seluruh tubuhnya. Namun, Scarlett hanya merasakan penyesalan.

Dia bahkan tertidur di bawah air keran yang mengalir. Namun, di tengah tidurnya, nada dering ponselnya membangunkannya.

Scarlett perlahan membuka matanya dan langsung teringat masalah yang sedang dihadapinya. Saat itulah Scarlett mulai menangis lagi saat pikirannya mulai menyadari apa yang terjadi tadi malam.

Scarlett mengabaikan ponselnya yang terus berdering. Namun ponselnya terus berdering hingga Scarlett mau tidak mau mengangkatnya karena terlalu berisik di telinganya.

Scarlett perlahan keluar dari kamar mandi dalam keadaan basah kuyup. Dia menelan kesedihannya dalam-dalam sebelum menjawab panggilan itu. Dia tidak ingin terlihat lemah di mata siapapun.

Kebetulan itu adalah telepon dari Angel, rekan kerjanya di kantor.

Scarlett segera mengangkat teleponnya, “Halo Angel, ada keperluan apa kamu menelepon?”

Angel di seberang sana langsung menjawab, “Scarlett, kenapa kamu lama sekali mengangkat teleponku? Apa kamu tidak enak badan? Kudengar kamu baru saja putus dengan Arhan? Kamu di mana sekarang? Apa yang kamu lakukan?” Apa kamu baik-baik saja di sana?”

Jelas dari nada suara Angel bahwa dia sangat mengkhawatirkan Scarlett. Dia adalah teman dekat Scarlett yang sudah menganggap Scarlett sebagai adiknya sendiri.

Scarlett menjawab dengan santai, “Aku di apartemenku. Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja di sini.”

“Ah, syukurlah kamu baik-baik saja. Kupikir kamu akan melakukan hal gila seperti bunuh diri. Aku hampir menelepon polisi karena kamu lama sekali menjawab panggilanku!” Kata Angel sambil menghela nafas lega.

Scarlett terkekeh, “Ha ha ha, mana mungkin aku bunuh diri. Kamu hanya mengada-ada!”

“He he he, siapa tahu kan? Kebanyakan orang yang putus dengan kekasihnya akan melakukan hal-hal gila dengan menyakiti diri sendiri, atau melakukan hal-hal gila lainnya. Benar kan?” kata Angel lagi.

“Tidak-tidak. Aku bukan salah satu dari orang-orang bodoh itu!”

“Ngomong-ngomong, ada perlu apa kamu meneleponku? Apakah ada sesuatu yang penting?” Scarlett bertanya.

“Aku akan datang ke apartemenmu! Aku akan menceritakan semuanya padamu di sana!” Jawab Angel.

Scarlett buru-buru menjawab, “Tidak, Angel. Untuk saat ini, aku ingin menyendiri dan menjernihkan pikiranku! Jadi kamu tidak perlu datang.”

Angel di ujung telepon mengerutkan kening mendengarnya, “Scarlett, ada hal penting yang ingin kukatakan padamu!”

“Apa itu? Katakan saja di sini!” Scarlett berkata.

Angel berhenti sejenak sebelum berkata, “Hari ini perusahaan memerintahkan semua karyawan di bidang apa pun untuk hadir di perusahaan.”

“Ah, benarkah? Tapi bukankah sekarang hari libur?”

“Aku juga tidak tahu, tapi pada dasarnya perusahaan membuat acara dadakan. Katanya sih untuk menyambut CEO baru perusahaan!” jawab Angel santai.

“CEO baru?” tanya Scarlett bingung.

Angel menjawab, “Ya, CEO baru. CEO baru itu katanya anak dari pemilik perusahaan. Dia baru saja menyelesaikan pendidikannya di Universitas Harvard di Amerika Serikat. Aku juga mendengar rumor bahwa CEO baru kita ini sangat tampan! Aku benar-benar tidak sabar untuk bertemu langsung dengannya dan membuktikan rumor tersebut.”

Scarlett terdiam mendengarnya.

Angel kemudian berkata tanpa mendengar jawaban dari Scarlett, “Jadi, ayo bersiap-siap. Aku akan segera menjemputmu sebentar lagi!”

Scarlett menjawab, “Mmm tidak! Tidak perlu datang Angel. Sepertinya aku tidak akan menghadiri acara tersebut, aku merasa tidak enak badan hari ini! Aku butuh istirahat.”

Angel langsung terdiam mendengar jawaban Scarlett. “Ah, apa kau sudah gila Scarlett tidak mau menghadiri acara sepenting ini?”

“Ya!” Scarlett menjawab dengan santai.

“Coba buka grup obrolan perusahaan. Setiap karyawan dalam posisi apa pun di perusahaan akan dikeluarkan tanpa syarat jika mereka tidak menghadiri acara ini! Apakah kamu sudah membaca peraturannya? Jadi, apa kamu masih berani untuk tidak hadir?” kata Angel memperingatkan.

Mendengar itu, Scarlett sedikit mengerutkan kening dan segera membuka grup obrolan perusahaan. Ia merasa sedikit sesak saat membaca peraturan yang ada.

Setelah membacanya, ia langsung berkata kepada Angel, “Oke, Aku akan berusaha hadir. Kamu tidak perlu khawatir, kamu akan menemui ku nanti di perusahaan.”

“Tidak, aku yang akan menjemputmu!” kata Angel.

“Tidak perlu Angel. Kita ketemu saja di perusahaan nanti. Aku bisa memesan taksi dan langsung ke sana!” Scarlett menjawab.

“Baiklah kalau begitu. Aku akan pergi lebih dulu untuk menunggumu di perusahaan, oke?”

“Ya, sampai bertemu di sana! Aku tutup teleponnya sekarang!” Scarlett menjawab dan segera menutup panggilan itu.

Setelah menutup telepon, Scarlett melihat ke arah ponselnya sambil mengingat kejadian semalam. Namun Scarlett tetap berusaha mengubur dalam-dalam masalah tersebut. Sebab, hari ini ia akan pergi ke kantor untuk bertemu dengan banyak rekan kerjanya. Jika ia terus terlihat sedih seperti ini, maka semua rekan kerjanya akan bertanya-tanya.

Scarlett pun bersiap-siap dan memoleskan sedikit riasan di wajahnya untuk menghilangkan bekas tangisannya. Setelah merasa siap, Scarlett langsung menuju ke perusahaan tempatnya bekerja.

Setibanya di kantor perusahaan, Angel menyapanya dan langsung memberondongnya dengan berbagai pertanyaan. Namun Scarlett hanya menjawab dengan santai seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa pada dirinya.

Scarlett memang pandai menyembunyikan masalahnya.

Namun, raut wajahnya tidak bisa berbohong. Meskipun setiap kata yang diucapkannya terdengar biasa saja, Angel dapat melihat jejak kesedihan di wajah Scarlett.

“Kita lanjutkan pembicaraan kita nanti. Katanya CEO baru akan segera datang, ayo kita bersiap-siap untuk menyambutnya!” ujar Angel sambil berusaha menenangkan pikiran Scarlett.

Scarlett hanya mengangguk dan tersenyum kecil!

Saat itu, semua orang sudah mulai berbaris di bawah panggung untuk menyambut CEO baru. Meninggalkan jalan kosong di tengah, orang-orang mulai berbaris rapi dari pintu hingga ke bawah panggung.

Setelah beberapa saat menunggu, CEO baru pun tiba. Semua orang langsung memasang wajah bahagia.

Tapi tidak dengan Scarlett, dia sama sekali tidak peduli dengan CEO barunya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah penyesalan yang tak ada habisnya.

Sang CEO perlahan memasuki ruang acara dan disambut dengan meriah. Semua pasang mata saat itu tertuju pada sang CEO. Tapi tidak dengan Scarlett. Dia hanya menatap kosong ke lantai dengan ekspresi sedih di wajahnya. Dia tidak bisa melupakan masalah yang menimpanya.

Dalam posisi Scarlett saat ini, dia berdiri di depan yang berarti sang CEO akan melewatinya.

Saat CEO berjalan ke aula penyambutan, dia berhenti tepat ketika dia hendak melewati Scarlett.

Sang CEO hanya menatap Scarlett yang sepertinya tidak menyadari kehadirannya. Oleh karena itu, sang CEO menghentikan langkahnya untuk menatap Scarlett yang terpaku dalam diam.

Sang CEO menyapa sambil melambaikan tangannya di depan wajah Scarlett yang merenung, "Hai, ada apa denganmu Nona? Kenapa terlihat sedih sekali?"

Ketika Scarlett mendengar sapaan dan lambaian tangan di depan wajahnya, dia secara refleks mendongak untuk melihat siapa orang itu.

Namun Scarlett kaget saat melihat wajah pria di depannya. Mata Scarlett memerah, tubuhnya gemetar, dan dengan emosi yang tak terkendali, Scarlett menampar CEO di depannya dengan sangat keras.

plakk...!

“Kamu adalah orang yang tidak bertanggung jawab. Kamu telah menghancurkan hidupku.” Kata Scarlett sambil menunjuk wajah pria itu.

Itu karena CEO baru tersebut rupanya adalah pria yang tidur dengannya sepanjang malam. Jadi, pria inilah yang telah merampas keperawanannya.

Tentu saja Scarlett tidak akan pernah melupakan wajah pria ini. Oleh karena itu, ketika Scarlett melihat wajah CEO baru ini, dia secara refleks marah dan menampar pria tersebut.

Semua orang di ruangan itu langsung merinding ketakutan saat melihat Scarlett menampar CEO baru itu. Sedangkan Scarlett juga tidak menyadari kalau pria yang ditamparnya adalah CEO baru.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status