Share

16. Ramuan Cinta dari Wanita Licik

Ian duduk dengan nyaman. Mata tajamnya melihat sekeliling dengan cepat. Suasana restoran yang sedikit ramai membuat kepalanya berdenyut. Dia benar-benar tidak suka keramaian.

"Direktur Yan. Ini minumannya!"

Ian mengangkat matanya, menatap mata Yura yang penuh make up dengan perasaan bosan, lalu beralih pada minuman merah yang diletakkannya ke atas meja.

"Setelah ini kau bisa pergi!" Usir Ian terus terang. Tajam dan berat.

Yura tersenyum kikuk, sudut bibirnya berkedut beberapa kali demi mempertahankan senyum palsunya. "Tentu! Setelah minumannya habis," jawabnya centil. Matanya memandang lembut pria beraura dominant di hadapannya ini.

Senyum licik terpampang jelas di wajahnya. Disembunyikan dengan elok di balik gelas kaca yang berisi anggur merah, senada dengan lipsticknya.

"Hmm." Suara singkat itu terdengar sebagai jawaban.

Ian menatap gelas kaca itu dengan malas. Jika bukan karena menghormati pertemuan terakhir yang mere
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status