Share

8. Apa itu Pacarmu?

Author: BEEHAPPY
last update Last Updated: 2023-06-22 18:36:55

Wanita licik itu terkejut dan kesal, tetapi akhirnya mengalah dan pergi dengan wajah yang merah padam, sementara situasi kembali berubah seperti semua.

"Maaf sudah menyebabkan kekacauan," kata Ian sambil berdiri tegap namun tetap sopan.

"Tidak apa-apa. Apa itu pacarmu?" tanya Jessica tanpa basa basi. Mendengar itu Sonia dan Karen segera pamit undur diri. Mereka sama sekali tidak tertarik mendengar percakapan itu.

"Tidak, dia rekan kerja." Matanya masih menempel pada Karen yang masuk ke Coffee station.

Bagaimana dia bisa kencan. Ibunya saja sering marah karena dia lebih mementingkan pekerjaannya. Ibunya pernah mengomeli dan menyuruhnya menikahi pekerjaannya karena tidak mau kencan buta.

"Hah... Kau ini, lain kali jangan diam saja!" Jessica berbicara santai setelah mengehembuskan napas kasar. "Sudahlah," lanjutnya pergi menyusul Karen dan Sonia. Jessica terlalu lelah untuk mencampuri urusan teman lamanya itu.

Ian bangkit dan pergi keluar dengan tangan yang di masukan ke dalam Saku. "Lagi pula dia tadi sangat bersemangat, aku tidak perlu mengganggunya," pikirnya.

***

Di hari libur bekerja Karen memutuskan keluar rumah dan singgah di kafe kopi sederhana di dekat rumahnya. Suasana tenang dan hijau berhasil menghilangkan kejenuhannya hari itu.

Mengingat kejadian waktu lalu membuat Karen sedikit malu. Jessica mengomelinya karena menuduh Ian mengabaikan kekasihnya di depan banyak orang, padahal itu tuduhan yang tidak pantas.

"Tolong matcha latte, satu!" pesannya untuk minuman takeaway.

Pegawai pria tersebut tampak terkejut melihat kecantikan Karen. Orang yang tidak mengenalnya pasti mengira dia remaja berumur 19 tahun, padahal dia sudah berumur 24 tahun.

Karen hanya tersenyum melihat tingkah kaku pegawai itu, dia segera duduk dan menunggu pesanannya. Sesekali matanya memeriksa keadaan kafe yang tenang, suara pengunjung yang sibuk dengan urusan pekerjaan membuat suasana nyaman bagi pengunjung lain.

Mendengar namanya di panggil, Karen berjalan menuju caffe station dan mengambil minuman miliknya. Saat hendak pergi dia segera berbalik saat namanya di panggil.

"Maaf tapi pesanan Anda tertukar dengan Tuan ini," ucap Pria itu sopan.

Karen kembali dan melihat siapa yang di maksud. Dia sedikit terkejut melihat Ian berdiri menghadapnya. Aura mengintimidasinya sangat kuat meski ekspresi pria itu sedatar halaman rumahnya.

"Ah... Maafkan saya. Ini!" ucap Karen memasang senyum ramah biasa, namun orang yang melihatnya entah kenapa selalu mendapat kehangatan batin.

Ian mengambil kopi itu dan memberikan kopi Karen yang juga ada di tangannya. Setelah itu mereka keluar bersama-sama. Rasa canggung menguasai diri Karen, membuat waktu singkat terasa begitu lama.

"Kalau begitu saya permisi!"

Belum sempat pergi lagi-lagi Karen terhenti oleh suara berat Ian. "Maaf untuk kejadian beberapa hari lalu, jika tidak keberatan ayo makan bersama!"

"Ah...." Karen tampak bingung. Kenapa dia yang meminta maaf padahal wanita itu yang salah. "Tidak apa-apa, saya baik-baik saja," tolaknya halus. Wajah ramahnya tetap di balas datar oleh Ian.

"Kalau begitu biar saya antar."

"Tidak perlu, rumah saya dekat!"

"Kalau begitu!" ucapnya seraya menganguk singkat. Belum sempat dia pergi jauh. Karen berlari dan mencicit kecil.

"Em. Sebenarnya saya juga harus meminta maaf." Karen berhenti di hadapan Ian yang tinggi menjulang. Matanya terangkat untuk menatap mata dingin bersudut tajam itu.

"Maaf, karena tidak sopan dan marah-marah saat di kafe!" Lanjutnya dengan penuh kerendahan dan kesadaran.

Bibir Ian terangkat sedikit. Pemandangan itu membuat Karen memalingkan matanya beberapa kali.

"Itu cukup menghibur, lain kali saya ingin melihatnya lagi!"

Karen membeku dalam pikirannya sendiri, sibuk mendefisinisikam arti perkataan itu. Sementara Ian sudah masuk mobil dan melambai kecil kearahnya.

Beberapa detik kemudian dia tersadar dan berjalan kembali ke rumah. "Aku tidak paham!" pikirnya. Setelah itu dia tidak membiarkan hal itu menguasai isi otaknya yang sudah cukup tenang akhir-akhir ini.

***

"Huh.... Ayo Karen," batinnya menyoraki dirinya yang tengah berdiri di depan pintu hitam ruangan Ian. Sudah beberapa kali dia mengantarkan kopi ke tempat itu, tetapi jantungnya terus berpacu cepat di luar kendalinya.

"Ah Hallo, apa Anda ingin mengantar kopi?" seorang pria tampan tersenyum tipis padanya. Poni rapi di dahinya terlihat cocok untuk senyum tipis itu.

"Benar."

"Direktur Yan ada di ruang rapat, mari ikut saya!"

Karen ingin berhenti dan mengatakan, 'bisa tidak kau saja yang menghantarkan ini?'. Tapi dia memutuskan untuk melakukan kewajibannya sampai tuntas.

Kaki panjang pria itu membuat Karen berjalan dengan cepat. Menyadari itu pria di hadapannya berjalan dengan sedikit lebih lambat.

"Saya Suhan, Sekretaris Direktur Yan," jelasnya ramah.

"Saya Karen."

Sekretaris? Karen mengingat ada Sisil sebagai sekretaris 2. Itu artinya Suhan adalah sekretaris 1, dan Karen yakin orang ini sangat dekat dengan Ian.

Mereka tiba di depan ruang yang sedikit terbuka. Suhan berbalik badan dengan senyum tipisnya. "Rapatnya baru selesai. Dia ada di dalam, silahkan masuk!"

Karen masuk dan menoleh ke belakang, pintunya sudah ditutup rapat dan Suhan tidak mengikutinya ke dalam. Matanya beralih kembali ke depan dan melihat Ian duduk di kursi tengah dengan meja panjang di hadapannya.

Entah kenapa kali ini jantungnya tampak normal dan tenang. Kaca-kaca besar membuat penerangan alami dan ruangan itu terasa memiliki sisi yang tidak terbatas.

"Selamat siang, ini kopinya."

Karen meletakan kopi itu sedikit jauh dari dokumen-dokumen Ian. Memastikan kopinya sudah berdiri tegak dan tidak mengganggu.

"Bagaimana hari ini?" tanya Ian menatap Karen tanpa ekspresi. Tangannya menarik kopi espresso kesukaan mendekat.

Karen balas menatap dengan alis berkerut. "Hari ini?"

"Apa kau baik-baik saja?"

"Ah. Saya baik," jawabnya sopan. Karen kebingungan, entah apa yang membuat orang di hadapannya menanyakan itu. Biasanya mereka tidak pernah bercakap-cakap seperti ini.

Karen memberanikan diri bertanya, "Apa ada yang salah?"

Ian masih menatap lekat-lekat matanya, itu membuat Karen penuh tanya. 'Apa ada sesuatu di wajahku?'

"Tidak ada!"

"Mm? Kau sakit?" tanya Karen sambil memiringkan kepalanya. Menatap apakah manusia tanpa ekspresi di hadapannya akan memasang mimik wajah lain jika sakit.

"Tidak apa-apa, terima kasih kopinya," ucap Ian sedikit tersenyum. Sangat tipis dan tak terlihat di mata Karen. Karen segera pamit keluar sambil menggelangkan kepalanya pelan.

Keesokan harinya Karen bekerja seperti biasa, menggunakan seragam yang sama, tapi tentu bukan seragam kemarin, karena Jessica memberinya 3 setel baju seragam.

Beberapa kali saat senggang dia pergi ke toilet dan merapikan rambutnya. Meski rambutnya tidak mudah berantakan, tapi dia hanya berusaha tetap tapi.

Saat kembali ke caffe station Sonia menyodorkan dua kopi atas nama Ian Shambara. "Dua?" Bisanya hanya satu espresso tetapi sekarang ada satu Americano.

"Mungkin ada tamu!" Sonia menjawab sambil mengangkat bahunya yang kecil, dia kembali membuat pesanan lainnya.

Karen melap tangannya dan keluar bersama pesanan di tangannya. Saat sampai di depan pintu hitam itu seperti biasa dia memenekan bel seperti biasa.

Suara pintu terbuka, saat dia ingin membuka pintu itu, seseorang sudah membukanya dengan wajah penuh senyuman, pria dengan kemeja putih berlapis rompi hitam seukuran dengan bentuk badan tegapnya.

"Hallo?" sapanya ramah dengan senyuman lebar. Senyum itu membuat matanya menjadi berbentuk sabit.

BEEHAPPY

Holaaa~~~ Sebucin apa Ian Shambara kalau nanti jatuh cinta ya? BTW, makasih banyak sudah baca sampai BAB 8, see u next chapter~~~

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   52. EPILOG 2

    Suatu hari di saat matahari sudah mulai menghilangkan keganasan suhunya, Ian dan seorang anak kecil tengah berjalan santai di tepi laut.Pasir putih dan lembab kadang menempel di telapak kaki mungil anak kecil tersebut. Ian yang melihat itu segera tersenyum dan berjongkok."Kyle. Kemari!" panggilnya pada Anak laki-laki tersebut.Kyle yang awalnya asik berlarian segera berbalik dan berlari cepat ke arah Ian."Papa ada kerang di sana!" teriak Anak umur 5 tahun tersebut.Ian menggosok-gosokkan rambut Kyle lembut. "Mau ambil dan berikan ke mama?" tanyanya sembari melipat celana Kyle agar tidak basah."AMBIL...." Kyle segera mengambil kerang putih di pantai dengan cepat.Wajah tembem dan putihnya terlihat menyatu dengan warna pasir. Matanya yang hitam pekat menatap kerang yang tidak berawak tersebut dengan rasa penasaran. Tetapi dia segera kembali dan memegang tangan ayahnya."Kyle rindu mama!"Ian tertawa. "Kau yang menangis minta keluar dan sekarang sudah rindu mama.""Kyle tidak akan kel

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   51. EPILOG 1

    Karen merasakan telapak tangannya dibanjiri oleh keringat, bukan karena takut tetapi karena malam ini adalah malam pertama pernikahan mereka. Bahkan saat berjalan menuju kamar hotel kakinya tidak berhenti bergetar.Sementara itu Ian masih menggenggam tangannya dengan erat, membimbing jalan menuju ruangan besar yang sudah ada di depan matanya saat ini.Saat melihat ruangan yang cantik itu sungguh membuatnya merasa akan segera meledak dan jatuh ke lantai, tetapi saat dia tidak fokus Ian segera mengangkat seluruh badanya di depan dada kokoh tersebut."Kau sangat gugup ha?" Ian melihat ke atas di mana dia mengangkat Karen lebih tinggi dari biasanya.Wajah Karen sepenuhnya memerah, wajah tampan Ian yang tengah mengangkat badannya saat ini benar-benar diluar nalar. Sangat-sangat tampan bak pangeran dari kerajaan fantasy."Ian... kita lakukan lain kali saja en. Aku pikir aku akan gila-- Aaa?" Karen merosot sampai ke pinggang Ian."Aku akan berhati-hati!" Ian menatap mata Karen dalam. Menungg

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   50. Terima Kasih Takdir [END]

    Sore hari di rumah Ian yang sunyi. Ruang besarnya terasa kosong bahkan saat dua manusia berlawanan jenis tengah duduk berseberangan. Sementara seorang pria duduk di kamarnya sambil menghadap cctv yang menyoroti kedua lawan jenis tersebut.Dia melihat kedua orang tersebut berbicara meski dia tidak bisa mendengarnya. Hatinya tidak bisa tenang, dia benar-benar fokus untuk siap mengirim kematian jika pria di ruangan sana berani maju selangkah.Dia sangat menghormati keputusan Karen. Senyum di wajah gadis itu saat ini membuatnya sadar jika gadis itu membuatnya semakin terinspirasi untuk lebih kuat dan kuat.Di ruang lain. Karen dan Jones duduk berseberangan. Sebuah meja kaca hitam memisahkan mereka.Karen merasakan jantungnya berdetak kencang, bukan karena dia masih mencintai Jones ataupun takut padanya, tetapi karena keberaniannya saat ini membuatnya seolah-olah bisa menyeberangi lautan seorang diri.Jones mengamati tampilan Karen yang hangat, tetapi mata gadis itu tampak layu, syal yang t

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   49. Akhirnya Tersenyum Lagi

    Ian dan Karen sama-sama mempersiapkan beberapa keperluan untuk pindah ke Negara tempat perusahaan cabang Shambara berada. Jadwal penerbangan tinggal 2 hari lagi, tidak terlalu mendadak sehingga Karen masih dapat meyakinkan diri untuk pergi."Karen, Ibuku sebentar lagi sampai. Aku pergi dulu ya!" ucap Ian segera mengecup dahi Karen dan pergi.Karen hanya melambai di depan pintu mengantarkan Ian. Tepat saat Ian pergi sebuah mobil putih yang Karen tau masuk ke halaman rumahnya.Dia menaikkan bibirnya beberapa kali, memastikan senyumnya lebih baik dan terlihat tulus."Karen! Ayo masuk." Nyonya Abel dengan cepat membawa Karen ke meja makan. Dia mengeluarkan semua makanan yang dia bawa dari rumah."Berat badanmu turun lagi! Ck ck ck, kau harus banyak makan!" Nyonya Abel memberikan semangkuk nasi ke hadapan Karen.Karen melihat nasi putih dan hangat itu dengan tatapan tidak berselera. Tetapi setelah beberapa menit dia akhirnya mengambil sendok dan nasi."Karen. Ayo keluar!" Tanpa persetujuan

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   48. Berlari Sejauh Mungkin

    Karen merasa badannya akan remuk jika Ian tidak melonggarkan pelukannya. Dia mengambil napas dalam agar badannya dapat membesar untuk menciptakan sedikit ruang.Matanya memerah, namun air matanya tampak kering dan tertahan, hidungnya memancarkan asam yang membuat Karen mengigit bibir lebih kuat."Ian...." Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi hatinya semakin berat dan berat, hanya nama Ian yang akhirnya keluar dari bibir kecilnya."Apa ini perbuatan Jones?" Ian bertanya dengan suara rendah, setenang apapun dia berusaha mengontrol suaranya agar tidak menyakiti Karen, dia pasti akan membuat Karen mengeluarkan reaksi jujur dari tubuhnya.Mendengar nama itu. Tubuh Karen yang awalnya lemah kembali bergetar, kesadarannya menipis sementara tangannya menggenggam baju Ian dengan sangat kuat.Di balik pikirannya yang kacau, dia masih memperhatikan perilaku Ian. Tidak ingin pria ini pergi dan melakukan sesuatu yang tidak diharapkan.Ian merasakan rahangnya menjadi keras, bahkan tanpa Karen mengadu

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   47. Di balik syal putih Karen

    "Karen! Aku akan pergi, jangan lakukan oke?"Karen membuka mata dan melihat jelas jika Jones sedang menangis. Melihat pria itu menangis dan pergi membuat Karen merasa dapat sedikit bernapas lega. Dia segera turun dan mengunci pintu kamar, masuk ke bathubnya dan memendam seluruh badannya.'Aku memang seharusnya tidak dilahirkan, maaf Ibu... seharusnya aku tidak mengatakan ini, seharusnya bukan aku yang jadi anakmu, dengan begitu aku tidak perlu membuat janji yang tidak bisa aku tepati!'***Ian memutar balik arah mobilnya tepat saat Karen menutup telpon, dia tidak tahu kenapa, yang pasti dia harus memastikan jika Karen baik-baik saja.Kewaspadaannya meningkat tepat saat matanya dengan jelas melihat gerbang dan pintu depan rumah Karen yang terbuka lebar. Dia segera masuk ke halamam dan memarkir mobil.Dia masuk ke rumah dengan harapan tidak ada hal buruk yang terjadi. Rumah itu tampak sunyi dan sofanya sedikit berantakan, Ian menggelngkan kepalanya sembari berjalan cepat menuju kamar Ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status