Share

Keyra Terkejut

❤️❤️❤️

Aku menunduk karena tidak sanggup melihat tatapan Farid. Dia tidak tahu apa yang kurasakan saat ini. Dia selalu mampu membuatku merasa ketakutan jika menyaksikan perubahan di wajahnya. Jantungku berdetak lebih kencang.

“Siapa teman yang dimaksud Alea?” Begitu pertanyaan yang dia lontarkan kepadaku.

“Teman siapa?” Aku memberikan jawaban sambil tetap menunduk.

“Teman yang meminta nomor ponselmu.”

“Nggak ada.”

“Jangan bohong. Tadi kamu terkejut, dan menyindirku. Lihat aku!” Dia menaikkan suara satu oktaf, kemudian mengangkat wajahku.

“Aku nggak bermaksud menyindirmu, itu kenyataan. Aku dan kamu tahu kalau pernikahan kita terjadi bukan karena cinta.” Aku tiba-tiba tidak bersikap formal lagi kepadanya seperti biasa kalau sedang berada di kantor.

“Jadi, menurut kamu kalau menikah tanpa cinta, kamu bebas memberikan nomor ponsel kamu ke semua orang?” Farid makin mendekatkan wajahnya.

“Bukan aku yang kasih, tapi Alea.”

“Itu artinya kalau kamu dekat dengan orang itu. Siapa dia?” Dia kembali menanyakan siapa yang meminta nomor ponselku. Jika dia tahu itu Kenzo, entah apa yang akan terjadi.

“Nggak! Lepasin! Aku mau keluar dari ruangan ini!” Aku pun mendorong tubuhnya.

Setelah Farid sedikit jauh dariku, aku segera berdiri dan berniat akan meninggalkan ruangan. Namun, saat melewati dirinya, dia berhasil meraih tanganku. “Kamu mau ke mana?” Dia kembali bertanya.

“Aku mau lanjutin kerjaan.” Aku memberikan alasan.

“Lanjutin kerjaan di mana?”

“Ruanganku.”

“Kamu lupa kalau ini ruanganmu?” Entah kenapa aku tiba-tiba berubah menjadi pelupa. 

“Aku ....”

“Kenapa kamu gugup? Jawab pertanyaanku yang tadi! Siapa yang minta nomormu? Apa kamu ingin agar aku membuktikan kalau kamu udah sah menjadi istriku?” Dia menarikku hingga tubuh kami pun sangat rapat.

“Maksud kamu apa?” Aku merasa kalau sikap Farid benar-benar berubah dari biasanya.

Farid berusaha ingin menciumku, aku pun mengelak lalu mendorong tubuhnya, tetapi tidak berhasil. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan agar dia tidak berhasil melakukan niatnya.

“Aku mohon, jangan lakukan ini padaku.” Aku benar-benar takut. 

“Kenapa kamu mengelak? Kamu ingin orang lain yang melakukan ini padamu?”

“Nggak!”

“Kenapa kamu menghalangi niat suamimu?”

“Karena kamu tidak pernah bersikap seperti suamiku! Kamu tidak pernah menganggapku, dan kamu juga sudah mengatakan tidak pernah mengharapkanku. Aku juga tidak pernah memiliki rasa untukmu, aku mencintai orang lain. Aku mencoba bertahan untuk tetap hidup bersamamu hanya karena kebaikan keluargamu.” Aku pun mengatakan apa yang ada dalam pikiranku selama ini.

“Oke, kamu sudah menjelaskan semuanya. Aku pastiin kalau kamu tidak akan pernah jatuh ke tangan lelaki mana pun. Ingat itu!” Aku tidak mengerti apa maksud dari ucapannya.

Farid akhirnya melepaskan diriku dengan kemauannya sendiri. Aku pun beranjak meninggalkan laki-laki itu. Aku tidak pernah menyangka kalau Farid mampu melakukan apa yang terjadi hari ini.

Selama ini, dia tidak pernah peduli kepadaku. Dia memperlakukan diriku layaknya seorang karyawati. Laki-laki itu tidak pernah menunjukkan perhatiannya atau sekadar bersikap manis di depanku, sebab kebiasaannya hanyalah melimpahkan kesalahan kepada wanita yang sudah dinikahi ini.

Aku belum pernah merasakan seperti apa kasih sayang seorang suami. Aku tahu bahwa sekarang, aku belum mampu membuka hati untuk Farid. Namun, jika dia menunjukkan sikap baik, mungkin aku akan luluh dan melupakan masa lalu.

Dalam kenyataan yang aku hadapi tidak seindah harapan. Terbukti hingga saat ini, aku masih tetap mencintai Kenzo, bukan Farid. Mungkin apa yang kurasakan ini salah, mencintai lelaki lain dan mengabaikan suami sendiri.

❤❤❤

Aku kembali memasuki ruangan kerjaku lalu menghempaskan tubuh di kursi. Entah kenapa hati ini masih merasa tidak tenang setelah apa yang terjadi tadi. Farid telah berhasil membuatku mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran selama ini.

Aku kembali memikirkan apa yang telah kukucapkan di depan Farid tadi. Aku baru menyadari kalau ungkapan itu seharusnya tidak keluar dari bibir ini. Bagaimana mungkin aku Setega itu mengatakan kepadanya kalau aku mencintai orang lain?

Tindakan itu tidak benar. Aku tak seharusnya mengatakan kebenaran kepada laki-laki yang telah membawaku keluar dari perjodohan dengan Rama, duda yang ingin menikahiku kala itu. Bagamana ini? Apa yang akan Farid pikirkan?

Kenapa aku harus memikirkan perasaannya? Bukankah selama ini, dia selalu menyakiti hati dan pikiranku? Sudah sepantasnya dia mendapatkan balasan atas apa yang dia lakukan.

Aku tidak percaya kalau Farid merasa sedih setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Laki-laki seperti dia tidak pantas bersedih hanyak karena ucapan seorang wanita yang tidak pernah dia harapkan.

Aku masih saja memikirkan perasaan Farid, sedangkan dia tidak pernah bersikap lembut kepadaku. Ini tidak adil. Aku tidak yakin kalau hubungan kami akan bertahan lama. Aku tidak sanggup hidup dalam kepalsuan.

Beep! Beep!

Tiba-tiba terdengar nada pesan masuk dari ponselku yang ada di meja. Aku pun meraih benda pipih tersebut, lalu mengusap layar. Ada pesan dari nomor yang belum tersimpan. Entah kenapa hati ini merasa tidak keruan.

[Akhirnya aku mendapatkan nomor ponselmu, Key. Ini aku, pria yang selalu menunggumu.] Begitu isi pesan masuk yang ada di ponselku.

[Maaf, Anda siapa?] Aku ingin tahu siapa pemilik pengirim pesan itu.

[Pria yang baru bertemu denganmu.]

[Maaf, mungkin Anda salah orang.]

[Ini aku, Key. Kenzo.] Hatiku berdebar setelah membaca nama yang ada dalam pesan masuk tersebut.

Aku seharusnya bahagia menerima pesan dari laki-laki yang masih sangat kucintai hingga saat ini. Namun, entah kenapa perasaanku tidak memberikan respons itu. Aku justru takut dan bingung jika Farid mengetahui hal ini.

[Kenapa tadi kamu bersikap seolah-olah tidak mengenalku? Apa benar kalau kamu sudah melupakan diriku?] Pertanyaan yang diberikan Kenzo membuat hati ini bingung.

[Aku ….]

[Kenapa, Key?]

[Aku membencimu.] Aku pun berhasil menuliskan apa yang selama ini menyakiti hatiku.

Tiba-tiba ada panggilan masuk di ponselku, terdapat nomor Kenzo di layar. Bagaimana ini?Apakah aku harus mengangkat telepon darinya? Apakah aku harus mengabaikan status sebagai seorang istri dari laki-laki lain?

Akan tetapi, bagiku ini bukan kesalahan. Sudah sewajarnya aku bahagia karena bertemu kembali dengan laki-laki yang tidak mampu keluar dari pikiranku. Walaupun aku sudah resmi menjadi istrinya Farid, tetapi pria itu selalu menunjukkan sikap kasarnya.

Sementara Kenzo tidak pernah menyakitiku, walaupun kenyataan dia pergi meninggalkanku. Mungkin aku yang merasa ditinggalkan, sudah jelas kalau kami tidak memiliki ikatan yang istimewa kala itu. Kami hanya sahabat yang saling peduli satu sama lain.

“Halo.” Aku pun akhirnya menjawab panggilan dari Kenzo.

“Halo, Key. Aku merindukanmu.” Dadaku berdebar mendengar kalimat yang Kenzo ucapkan.

“Aku membencimu.” Entah kenapa aku kembali mengeluarkan dua kata itu.

“Kenapa kamu membenciku? Padahal, aku ingin bercerita banyak padamu.”

“Kenapa kamu baru menghubungiku sekarang setelah bertahun-tahun menghilang?” Aku ingin tahu jawaban Kenzo.

“Aku minta maaf.”

“Untuk apa kamu sekarang menghubungiku?”

“Aku ingin menyampaikan susuatu yang sangat penting yang belum sempat aku utarakan dulu, Key.”

“Kalau memang penting, kenapa baru sekarang?”

Tiba-tiba terdengar suara dering telepon dari meja kerjaku. Aku dapat memastikan kalau itu pasti Farid. Hanya dia yang selalu menghubungiku melalui telepon itu di kantor ini. Aku tidak berminat mengangkatnya.

“Sepertinya ada suara telepon, Key.” Ternyata Kenzo juga mendengar suara telepon tersebut.

“Iya. Aku lagi malas ngangkat telepon.”

“Apa karena kamu sedang ngobrol denganku?” tanya Kenzo kepadaku.

“Keyra!” Tiba-tiba Farid sudah berada di ruanganku. Aku tidak menyadari keberadaan laki-laki itu.

================

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status