Hallo views setiaku. Terimakasih sudah membaca sejauh ini. Tolong tinggalkan like dan komen agar aku lebih bersemangat lagi ya! Love you all!
Max bangun dari tidurnya. Ia melihat ke samping kirinya dan tidak mendapati Grace berbaring disana. Seketika ia pun bangkit lalu berlari keluar kamar dan mencari pelayan untuk menanyakan Grace. Langkahnya terhenti begitu melihat kearah dapur dan melihat Grace sedang memasak disana. "Tuan, apa anda memerlukan sesuatu?" tanya salah satu pelayan yang ada disana. Karena jaraknya cukup dekat, Grace melirik kearah suara itu dan sedikit terkejut mendapati Max yang turun dengan telanjang dada. "Max, apa yang sedang kau lakukan? Pakai bajumu dulu baru turun ke bawah!" seru Grace membuat Max tersadar. Pria itu mengusap wajahnya gusar dan berbalik badan untuk memakai baju. Grace bergeleng kepala lalu menghela nafas. Ia pun kembali memasak melanjutkan hal yang belum terselesaikan. Beberapa menit kemudian, Max turun dari kamar menggunakan kaos dan celana panjang lalu menghampiri Grace. Ia berjalan ke belakang tubuh Grace dan memeluknya begitu saja. Grace sedikit terkejut lalu melirik pada o
Max menatap Olivia lama, Olivia yang ditatap itu sedikit menegang namun tetap menahan diri."Apa yang kau bicarakan?" tanya Max."Apa anda tidak memikirkan nasib Grace kedepannya? Jika Grace mengandung anak anda, bukan kah orang akan menganggap anak itu sebagai anak haram? Dan kalau Grace tidak dinikahi juga, dia bisa saja dianggap sebagai simpanan tuan, bukan sebagai kekasih." Jelas Olivia berani.Max tampak memikirkan perkataan Grace. Pria itu tersenyum miring lalu bangkit dari duduknya."Kau teman yang sangat baik, aku akan memikirkan itu tapi sekarang aku harus fokus dulu pada projek perusahaan. Jika aku menikah disaat seperti ini, bisa bisa para petinggi akan mengatakan hal buruk." Jelas Max.Olivia hanya terdiam sambil mencerna kata kata Max. Tak lama kemudian, Olivia menunduk lalu berpamitan."Saya berkata tanpa memikirkan tuan, mohon maaf. Kalau begitu saya pamit pergi." Ucap Olivia lalu pergi dari ruangan Max.Max menatap kepergian Olivia sambil terkekeh pelan. Ia membalikkan
Tok tok tokOlivia membuka pintu apartemennya dan membelak kaget mendapati Grace yang basah kuyup dengan wajah tidak bisa diartikan."Grace?" Grace tersenyum kecut."Olivia, apa aku boleh tinggal di rumah mu sementara?" tanya Grace.Olivia tersadar sesuatu langsung menyuruh Grace masuk."Apa yang kamu bicarakan, tentu saja boleh, Grace, bahkan untuk selamanya pun tak apa." Balas Olivia.Grace merasa bersyukur masih memiliki orang yang sangat menyayanginya. Ia tak bisa membayangkan hidupnya akan seperti ini ketika sudah ditinggalkan oleh sang ibu.Olivia memberikan baju beserta handuk pada Grace."Mandi lah dulu, Grace, kamu bisa sakit kalau tubuhmu basah." Titah Olivia, Grace mengangguk lalu pergi ke kamar mandi.Olivia berinisiatif membuat makanan hangat untuk Grace. Ia juga membuatkan teh agar Grace mendapatkan kesenangannya kembali.Beberapa menit kemudian, Grace datang dengan pakaian yang diberikan Olivia. Ia duduk dikursi bar dan memperhatikan Olivia memasak."Kamu sudah selesai
Olivia kini sedang menyimak cerita Salma tentang sekertaris baru yang sedang berbuat onar. Kejadian itu sangat menggeparkan kantor karena Grace yang berlari sambil menangis dan Max yang teriak mengejar Grace."Terus kenapa bisa tau kalau tuan Max punya hubungan sama sekertaris baru?" tanya Olivia yang masih bingung."Ih, nona Kintan sendiri yang bilang tau kalau dia itu kekasih barunya tuan Max!" seru Salma.Olivia membelakkan matanya sambil menutup mulut."Gila tu orang!" sahut Olivia."Yakan! Sekarang katanya nona Grace lagi kabur entah kemana, tuan Max lagi tantrum tuh nyari nona Grace." Ucap Salma.Olivia jadi sedikit khawatir. Dirinya lah yang menyembunyikan Grace dan sama sekali tidak ingin membuat Grace kembali pada lelaki sialan itu.Sudah cukup Grace mendapatkan banyak sekali cobaan dalam hidupnya. Dari ayahnya yang sering meminta uang dan ibunya yang meninggal karena penyakit kronis. Grace pasti sudah tidak bisa menerima sed
"Sejak Olivia lembur, dia tidak memberi kabar lagi padaku padahal ini sudah larut malam. Kemana ya dia?" gumam Grace didepan meja makan. Ia sudah memasak makan malam untuk dirinya dan Olivia karena hari sebelumnya Olivia memberi kabar bahwa dirinya akan pulang malam ini. Tapi jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam namun Olivia tak juga datang. "Huh, aku jadi mengkhawatirkannya." Ucap Grace kini bangkit dari duduknya. "Aku harus menghampirinya!" lanjutnya. Grace segera bersiap dengan pakaian yang tertutup agar tidak dikenali oleh orang di kantor. Kantor Max biasa tutup pukul sepuluh malam, maka Grace masih punya waktu sampai kantor itu tutup. . "Selamat datang nona, saat ini kantor tidak bisa menerima bantuan apapun, apa ada kepentingan lain anda datang kemari?" tanya salah satu karyawan yang berada dimeja depan pintu masuk. Grace mendekati wanita itu dengan sedikit hati hati. "Ah, saya kemari untuk menemui teman saya. Namanya Olivia, apa dia masih ada di kantor?" tanya Gra
Grace terduduk diujung ranjang. Ia memperhatikan keseluruh ruangan, disana tertata sekali dengan rapih pajangan-pajangan mahal.Sebenarnya sejak pertama ia datang ke rumah ini, dia sudah bisa menyadari kalau Max sangat menyukai seni. Dari lukisan hingga patung semua terpanjang di meja.Ceklek.Max membuka pintu kamarnya dengan membawa sebuah nampan berisikan makanan. Pria itu tersenyum manis sambil berjalan mendekati Grace."Makanlah sayangku, kamu pasti butuh banyak nutrisi." Max terduduk disamping Grace dan mulai mengaduk bubur yang ia bawa.Grace memperhatikan pergerakan Max. "Apa kamu tau aku alergi ayam?"Max menghentikan pergerakannya lalu melirik kearah Grace."Kalau begitu ada yang kamu inginkan selain ini?" tanya Max dengan serius.Grace mengangguk semangat. Ini adalah saat yang tepat untuk dirinya membebaskan Olivia dari tuduhan palsu."Temanku, Olivia. Kamu yang menjerumuskannya ke penjara kan?"Max terdiam sebentar. Ia kemudian menyimpan nampan berisi bubur lalu menggengga
Grace sudah berdandan rapih untuk segera bertemu dengan Olivia, sahabat terbaiknya. Mereka sudah cukup dekat untuk dikatakan sahabat, makanya Grace sangat menyayangi Olivia sebegitunya.Gadis itu beranjak dari powder roomnya dan menarik knok pintu, namun aktivitasnya terhenti ketika knok itu tidak bisa dibuka."Ke kunci? Kayaknya aku nggak pegang kunci deh." Gumam Grace.Grace memukul pintu dengan cukup keras untuk meminta pertolongan pada orang yang ada diluar. "Ada orang? Aku kekunci didalam!" teriak Grace.Hening, tak ada yang menyaut.Grace menjauhkan diri lalu meraih ponselnya, ia mengetik nomor Max dan mencoba untuk menghubunginya."Hallo? Ada apa Grace?" tutur Max dari telepon."Max, aku terkunci di kamar, bisakah kamu menyuruh orang diluar untuk membukanya?" jelas Grace.Max terdengar sedang tertawa pelan membuat Grace mengerutkan dahinya. "Aku yang menyuruh mereka untuk menguncimu, karena kamu tidak boleh kemana-mana lagi, Grace."Grace membelakkan mata tak menyangka. Ia tau
Pintu terbuka, menampilkan Max yang baru saja pulang dari kantornya. Max mengedarkan pandangan untuk mencari Grace, dan pandangan itu terhenti begitu melihat Grace yang sedang terduduk disofa yang ada di kamarnya.Pria itu sedikit terkekeh. Grace sudah dipastikan akan marah padanya, maka dari itu Max membawakan banyak sekali makanan untuk Grace agar gadis itu bisa memaafkan Max dengan sepenuh hati."Grace, aku pulang."Tidak ada jawaban. Grace yang duduk memunggungi itu masih saja terdiam membuat Max merasa curiga."Grace, apa kamu marah padaku?"Masih tidak ada jawaban.Bukan hal biasa jika Max gampang emosi. Ia menghentakkan kakinya berjalan mendekati Grace dan memegang pundak gadis itu."Aku memanggilmu! Kena--"Max membelakkan matanya terkejut bukan main. Terlihat darah mengalir ditangan kiri Grace dengan Grace yang sudah tidak sadarkan diri."PELAYAN!".Max terduduk diam didepan pintu operasi. Walaupun Grace hanya mengalami luka ringan, tapi pendarahan yang keluar dari tangan Gr