Home / Romansa / CINCIN TAK BERTUAN / Nunu Hampir Saja Mengenaliku

Share

Nunu Hampir Saja Mengenaliku

last update Last Updated: 2021-08-29 15:36:20

Bab 6

Akhirnya sampai juga di rumah Tulang. Tulang adalah sapaan untuk saudara laki-laki dari Mak. Abang atau adiknya, maka dipanggil Tulang. Ya, namanya orang Sumatera Utara, sudah pasti memiliki sapaan khas karena juga memiliki marga dalam suku.

Sepupu perempuan yang sebaya denganku, mengajak untuk pergi ke rumah temannya. Masih capek sebenarnya, tetapi demi dia aku menerima ajakan itu. Bosan juga dengan berbincang pada penghuni rumah.

Kendaraan sepeda motor matic berwarna merah dilaju dengan kencang. Dina seorang gadis yang berprofesi sebagai dokter sangat ramah dan rendah hati. Tak pernah merasa kaya dan sok hebat karena telah menjadi seorang dokter muda cantik. Gadis sepertiku sangat dia hormati. Terlihat dari gerak-gerik bila bersamanya.

Rumah mewah telah di depan mata. Mobil juga banyak yang terparkir di halaman. Sudah pasti bukan mobil biasa. Ada Fortuner, Pajero sport, dan lainnya yang tidak kuhapal dengan nama semua mobil mewah.

Dina berjalan mendahului menuju pintu yang terbuka lebar.

"Assalamualaikum," ucap sepupuku, dengan salam.

Tak lama seseorang datang sembari menjawab salam. Aku terkejut dengan sosok pria yang ada di hadapanku. Dia adalah calon tunangan Naya, sahabatku. Hati bertanya-tanya, kenapa pria itu kutemukan di sini? Aku hanya berpura-pura tidak kenal karena itu tidak penting bagiku.

"Ehh, dokter Dina. Masuk." Pria itu mempersilakan kami.

"Nunu, keknya udah lama aku gak ke mari. Jadi canggung pun," ucap Dina.

"Kamu, sih. Gak mau ke mari lagi," balasnya dengan senyuman mengembang.

"Kemaren aku telepon mau datang. Ehh, gak diangkat. Ya, gak jadi, deh," sahut dokter cantik itu.

"Owh, iya. Kemaren aku ke Rantau Prapat. Berkunjung tempat calon tunangan. Ya, cuma beberapa hari saja. Bosen di sini terus. Sesekali ke kota biar otak fresh," ledeknya, sembari tertawa.

Seorang wanita datang dari dapur membawa tiga gelas teh manis dengan talam.

"Kapan tunangan? Gak bilang-bilang," tukas Dina.

"Nanti kukabari, Bu dokter cantik .... Ehh, ini siapa? Temen?" tanya pria bernama Nunu, dengan melihat ke arahku.

"Owh, ini sepupuku, anak bou. Baru sampai dari Rantau Prapat," jelas Dina.

"Rantau Prapat? Di mananya?" tanyanya heran.

"Mau tau aja, ah. Gak perlu, nanti kamu godain. Secara udah punya tunangan juga kamu," sahut Dina sebelum aku menjawabnya.

Mereka berbicara tentang pekerjaan dan pendidikan lanjutan yang sedang mereka tempuh saat ini. Aku hanya diam dan mendengarkan cerita itu. Jadi kepingin untuk bisa kuliah seperti mereka. Namun, Ayah tidak mampu lagi. Sekarang saatnya memikirkan bagaimana bisa diterima oleh beberapa lamaran yang diberikan.

Enak juga bila kita memilih pekerjaan. Ketika bertemu dengan teman-teman bisa diceritakan apa keseharian yang dilakukan. Tidak seperti aku yang pengangguran. Bisanya hanya raun ke sana ke mari. Segala keperluan masih Ayah yang menanggungnya. Memalukan sekali diriku ini.

Wajah pria itu sesekali mengarah padaku. Tentu saja bingung atas pandangan yang tak biasa terjadi. Meski sering bergabung dengan para cowok dalam kumpulan geng Vespa.

"Tapi--, sepertinya aku pernah bertemu dengan sepupumu ini, Din," kata Nunu, sembari mengerutkan keningnya.

Ucapannya membuat jantung berdegup kencang. Padahal sudah berusaha untuk tidak mengenalku dengan alasan dia adalah calon tunangan sahabatku sendiri.

Tidak mengapa bila aku dan pria itu saling mengenal. Lagian tidak bakalan mungkin kalau ada rasa. Toh, dia sudah punya wanita idaman. Hanya saja Naya paling tidak suka bila aku atau siapa pun dekat dengan kekasihnya, dia akan marah.

Pernah waktu itu, aku berbicara dengan pacarnya, padahal bercerita tentang pekerjaan yang aku cari. Tidak ada canda di sana, apalagi membicarakan hal yang spesial, tetapi sudah membuat Naya cemburu buta. Sejak saat itu, mulai menjaga jarak dengan pria yang dekat dengan Naya.

Hubunganku dengan Naya pernah retak dan susah untuk diperbaiki. Hampir enam bulan tidak ada saling komunikasi atau berbicara meski sebatas melalui ponsel. Semua demi kebaikan, agar tidak terjadi kesalahpahaman meskipun telah menjelaskannya pada wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter juga.

Jujur saja, bagiku sahabat itu seperti saudara sendiri. Apalagi mengerti dengan keadaan yang ada dalam diri ini. Namun, bila sudah menyangkut perasaan, dia susah untuk mengerti terutama tentang kedekatan dengan calon tunangannya.

"Aku, keknya, kenal. Tapi di mana, ya? Benar-benar lupa, deh," ucap pria itu, mencoba mengingat siapa aku dan di mana pernah bertemu.

"Jawab, dong, Zeyn. Nggak apa-apa, kok," sahut Dina.

"Aku nggak kenal. Maaf, ya, Bang," elakku, seraya merapikan dudukku.

Pria itu hanya mengangguk sembari memberikan senyum termanis yang dia miliki. Dina dan Nunu kembali membahas permasalahan mereka. Mulai dari cerita pekerjaan hingga tentang pendidikan yang sedang mereka geluti saat ini.

Memang enak jadi anak orang kaya, bisa kuliah dan tentunya bisa cerdas. Walaupun begitu, tidak pernah memaksa dan mengharapkan Ayah. Bagiku membahagiakan orang tua lebih baik dari pada berada di pendidikan yang lebih tinggi, tetapi melupakan perjuangan kedua orang tua.

Mencintai kedua orang tua itu lebih berarti dalam kehidupan. Terutama membahagiakannya.

Hari hampir Maghrib, Dina berpamitan pada Nunu untuk pulang. Kunci sepeda motor yang dipegangnya, dimasukkan ke lubang. Kami berlalu pergi meninggalkan rumah mewah itu.

Sibuhuan masih banyak ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan. Sawah terbentang luas, pepohonan yang masih saja menjadi salah satu mata pencaharian di daerah itu. Terlihat asri dan nyaman dipandang mata. Hanya saja gedung agak sedikit berubah. Perubahan itu sebenarnya tidak begitu terlalu banyak, karena masyarakat asli pribumi. Itulah kenapa aku suka berada di Sibuhuan. Cara berbicara masyarakatnya pun lembut, masih ada sopan santun dan tata krama dalam berbicara dan sikap.

Terdengar suara azan berkumandang dari sebuah masjid yang tak begitu jauh. Seperti biasa, aku bersegera ke kamar mandi membersihkan badan sekaligus berwudu. Pasang niat sambil menyiram air ke wajah. Segar dan hati terasa nyaman.

***

Rumah sudah disapu, dapur juga sudah beres. Nantulang--istrinya Tulang--telah menyiapkan sarapan pagi. Teh manis dan segala sesuatunya sudah terhidang rapi di atas meja makan. Nantulang sangat baik. Beruntung sekali keluarga terdekatku bisa menikahinya. Berharap, semoga beliau tidak pernah berubah.

Beliau mau membantu keluargaku. Saat Ayah butuh bantuan keuangan, dia turut membantu tanpa berpikir panjang, termasuk jumlahnya.

"Harta adalah titipan Allah," ucapnya kala itu. Sungguh berhati mulia. Mungkin itulah sebabnya mengapa rezekinya lancar dan terus bertambah.

Ayah kelihatan bahagia sekali. Tampak dari raut wajahnya ketika kupandangi dari pintu dapur. Sepertinya sedang menikmati rasa kekeluargaan bersama adik Mak. Bersama keluarga Tulang memang nyaman. Tak pernah sekali pun berkata kasar atau menyinggung perasaan.

Mereka benar-benar orang baik. Tanpa berharap dibalas dengan embel-embel pujian. Itu membuat aku dan Ayah betah di rumah itu. Meski pun tanpa ada Mak bersama kami. Sepeninggal Almarhumah, tidak ada perubahan bagi keluarganya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINCIN TAK BERTUAN   Ada Apa Gerangan?

    Bab 61Sebelum dibuka, aku duduk di sofa. Dengan berlahan membuka kertas kado. Dirobek dan perekatnya diambil agar secepatnya bisa melihat isinya. Gladis juga sibuk membantuku. Aku jadi tersenyum melihat kelakuan putri kami yang mulai aktif-aktifnya bergerak.Mata yang tadinya memandang biasa saja, kini membulat sempurna karena tidak percaya dengan apa yang dilihat. Apakah aku bermimpi? Dari mana Jafra tahu kalau pandangan mataku tadinya ke arah benda ini?"Gimana, Sayang? Kamu suka?" tanya Jafra memegang benda ini."Mas, ini terlalu mahal untukku. Aku nggak enak.""Jangankan benda semahal ini, hatiku saja akan Mas berikan padamu. Bahkan bila kau kehilangan bagian dari tubuhmu, Mas rela memberikannya. Karena apa? Mas sangat mencintaimu, Zeyn.""Tapi, Mas ...."Aku salut dengan cintanya melebihi cintanya Arul sewaktu masih hidup bersamaku."Selamat sore," ucap seseorang dari luar. Kami kedatangan tamu sore ini.

  • CINCIN TAK BERTUAN   Hadiah Dari Jafra Tak Bisa Kutolak

    Bab 60Aku diam dan tak ingin lagi bicara. Terlebih karena awal pernikahanku sudah ada wanita lain selain aku. Apa ini memang sudah nasibku? Ya, Allah ... jangan beri aku ujian yang kesekian kalinya. Aku memohon pada-Mu, ya, Allah.Gladis yang mulai bosan di dalam showroom, mengajakku keluar. Sementara Jafra masih ragu dengan pilihanku."Sayang, tunggu, dong. Kok, pergi?""Pilih aja sendiri, Mas. Lagian Gladis udah bosen di sini. Aku keluar aja, ya." Terlihat kalau aku mulai akrab dengan sapaan mas dan kata aku, bukan saya lagi.Hati yang sudah menaruh rasa cemburu, rasanya pengin pulang saja dan berdiam di rumah. Abang dan adik sama saja. Tidak bisa dengan satu wanita. Heran aku."Zeyn, kasi aja sama Husna. Setelah itu kamu masuk lagi, ya. Mas mau kamu yang milih," imbuhnya sembari memegang pundakku.Aku berlalu keluar ruangan dan memberikan putriku pada Husna. Kembali menemui Jafra sesuai permintaan suamiku."Ze

  • CINCIN TAK BERTUAN   Pernikahanku Berjalan Dengan Lancar

    Bab 59"Apa? Jangan suka buat orang penasaran," ucapku.Papa dan mama mertuaku tertawa pelan melihat mimik wajahku setelah mengucapkan kalimat itu. Jafra juga menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Aku jadi malu karena merasa bertingkah seperti anak kecil."Santai, dong, Sayang," ucap Jafra dengan menyapa sayang. Astaga. Apa dia tidak segan pada orangtuanya dengan kata sayang? Apalagi belum resmi menjadi suamiku."Sayang? Huss! Sembarangan Anda," marahku, kupalingkan wajahku ke arah Gladis yang masih makan disuapi Husna dan Titin secara bergantian."Ha-ha-ha-ha, okelah, Bu Zeyn yang saya hormati. Begini, saya nggak mau mendengar kalau Ibu berteman dengan orang yang tidak dikenal sama sekali. Dan saya nggak mau Anda terus terlarut dalam kejadian yang telah menimpa rumah tangga Ibu. Hati-hatilah pada siapa pun. Terutama saudara sendiri, Bu.""Biasa aja, nggak usah panggil Ibu," sahutku, lalu memandang ke langit-langit restoran dengan menaik

  • CINCIN TAK BERTUAN   Seseorang Melamarku

    Bab 58"A-apa lagi? Jangan nakut-nakuti, ya?""Saat ini Naya ingin menghancurkan bisnis Arul yang sekarang dikelola oleh papa mertuamu. Kamu tahu atas nama siapa semua wisma dan hotel milik Arul?""Ya, atas nama papanya lah.""Ha-ha-ha-ha, Zeyn ... Zeyn ... polos bener kamu." Dia tertawa sambil menutupi mulutnya."Nggak usah sok akrab!""Ya, udah. Aku pergi aja. Dan aku nggak akan temui dan kasi tau apa pun rahasia jahat mereka ke kamu.""Aduuuh, apaan, sih? Aneh!""Ok. Ya, atas nama kamulah. Ih!""Parah Anda. Saya nggak percaya kalau masalah nama. Oya, kenapa ... Naya dan Dina menyarankan Meta untuk meminta pertanggungjawaban pada Arul. Kan dia tau siapa yang menghamilinya.""Gini, awalnya Meta menolak saran Naya. Tapi tidak ada satu pun laki-laki yang dia kencani menanggungjawabinya. Terpaksa dia datang pada Arul. Nah, saat Meta meninggal, anak ada pada kamu kan? Dina dan Naya tepuk tangan, Zeyn. M

  • CINCIN TAK BERTUAN   Rul, Tega Sekali Mereka Menyakiti Aku

    Bab 57Di hari yang sama, aku ke kamar Husna dan Titin untuk menanyakan perihal tentang isi chat dari Dina."Husna, Titin, saya mau bicara sesuatu. Ayo, ke depan TV," ucapku dengan pelan agar mereka tidak tersinggung.Setelah mereka duduk di atas karpet, aku bertanya, "Kalian jawab dengan jujur, ya. Siapa yang menyampaikan pada Dina kalau saya dan Naya berkelahi di pasar?"Husna dan Titin saling pandang dan sama-sama menceritakan kening. Aku tidak tahu apakah mereka pura-pura heran atau memang tidak tahu."Maksudnya, Bu?" Husna masih mengernyitkan keningnya."Baca," ucapku, sembari memberikan ponselku pada mereka untuk menunjukkan isi chat dari Dina."Lho, kok, Bu Dina tau?" Titin kembali heran. "Apa kau yang ngasi tau, Na?""Mana ada, Tin. Sumpah mati aku, iya. Paling haram samaku nyampein cerita apa pun tentang Bu Zeyn. Nggak ada untungnya samaku, Tin."Aku percaya dengan omongan Husna. Lalu siapa? Nah, aku yakin ini p

  • CINCIN TAK BERTUAN   Biadabnya Naya dan Dina (2)

    Bab 56Sebuah benda berbahan dasar tanah liat yang ada di dekatku kulemparkan. Emosiku semakin memuncak karena ucapannya. Tidak seharusnya dia mengatakan itu pada sahabatnya. Sudah menyakiti, ditambah lagi akan berbuat kasar."Wadawwww ...."Benda itu mengenai kepalanya. Lalu kuseret dia ke luar rumah. Najis kalau wanita yang tidak berakhlak dan jauh dari sopan santun masuk ke rumahku.Kujambak rambutnya dengan kencang dan berkata, "Sekali lagi kau datang padaku dengan niat buruk, kubunuh kau! Paham!""Lepaskan! SAKIT, ZEYN! LEPAAAS!" teriaknya sembari memegang tanganku agar terlepas dari rambutnya."Nggak akan kulepas sebelum kau iyakan permintaanku!""I-iya, iya!""Jawab yang tulus biadab!""Iyaaa!"Barulah kulepaskan jambakanku. Kudorong dia ke luar pagar, lalu kututup kembali pagarnya. Saat berbalik arah, dia malah berteriak seperti orang gila. Anak orang tajir dan punya pendidikan tinggi, bisa-bisanya s

  • CINCIN TAK BERTUAN   Biadabnya Naya dan Dina (1)

    Bab 55 [Ya, ini aku. D I N A.][Kaget?] 'Sepupu tidak berakhlak!' makiku dalam hati. Aku mengabaikan chat Dina dengan tidak membalasnya. Masih ada duka dalam hatiku, tapi Dina setega itu padaku. Bukannya ikutan bersedih, malah mengucapkan selamat dan memberikan react ketawa. Dokter gila! [Zeyn, balas, dong.][Owh, aku tau kalau kamu lagi nangis, ya.][Cup-cup-cup-cup.][Mirip dengan bayi yang bukan anakmu.][Ahhaaayy.] [Nggak pantes!] Celaan demi celaan terus dilontarkan Dina melalui pesan singkat. Aku memblokir nomor itu dengan terpaksa. Biar saja Dina bingung dengan keegoisannya. Aku tidak menyangka kalau Dina setega itu. Bukankah selama ini dia baik-baik saja padaku? Ponsel Arul yang ditinggalkannya, kini untukku. Sayangnya, aku tidak tahu kode membuka kunci kedua ponsel ini. Aku tidak pernah menyentuh barang-barang miliknya. Termasuk ponsel. Di keheningan, aku teringat dengan suaranya y

  • CINCIN TAK BERTUAN   Dukaku Teramat Dalam

    Bab 54Wanita ini selalu saja mengganggu konsentrasiku dalam segala hal. Cocoknya, orang seperti ini dimusnahkan dari permukaan bumi. Agar tidak ada lagi yang terluka selain aku. Dia bagaikan racun bagiku dan rumah tanggaku. Dia adalah sahabat dekat yang tega merampas kebahagiaanku bersama suami. Siapa lagi kalau bukan Naya. Anak orang tajir, miskin hati."Ya, ini aku, Zeyn. A-aku banyak salah sama kamu," akunya."Ngapain kau ke mari! Haa?!" bentakku di depan jenazah Arul."Ma-maafkan aku. Siksa saja aku, Zeyn. Siksa.""Aku bukan manusia laknat seperti kau! Aku masih punya hati nurani. Tau kau!""Zeyn, sudah berapa kali kubilang, maafkan aku. Ini memang salahku. Tapi, semua ini karena harta. Ya, aku nggak mau kau merasakan nikmatnya dunia. Aku nggak ingin kekayaan yang kau miliki melebihi yang dimiliki ayahku. Ka-karena, akulah yang selama ini di atasmu, Zeyn." Dia tertunduk dan meneteskan air mata."Nggak usah menyesal

  • CINCIN TAK BERTUAN   Arul ....

    Bab 53"Aduh kenapa? Halaaaahhhh, basa-basi!"Arul pergi ke arah mobilnya, lalu membawa dua kotak kecil. Dia memberikannya pada Gladis dan aku. Kubuka kotak untuk Gladis, isinya ada seperangkat perhiasan. Gelang tangan, anting, cincin, dan kalung. Setelah itu, kotak untukku juga kubuka, isinya sama juga bentuknya. Aku memakainya. Kalau urusan perhiasan mahal, istri mana yang menolak? Pertengkaran hebat pun bisa aman."Zeyn, maaf, ya. Cuma itu yang bisa aku berikan saat ini ke kalian berdua. Tadinya aku bingung mau ngasi apa. Kalau ngajak kamu, pasti kamu bawaannya marah terus. Males berantem sama perempuan yang mudah emosian, kek, kamu.""Apaan, sih? Kek, aku tukang marah aja. Gini-gini aku punya sisi lembut, lho." Aku memiringkan bibirku. Sambil bersungut-sungut."Ya udah, aku ngalah. Kan kata orang di pasar, yang waras ngalah. Ha-ha-ha," ledek Arul memancing tawa.Entah sudah berapa lama candaan seperti ini hilang. Aku juga tidak tahu kapa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status