Azahra masuk ke dalam kamar mandi. Ia menyandarkan punggungnya di daun pintu yang sudah tertutup rapat. "Bagaimana ini, Rara malu." Azahra menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Jantung Rara serasa mau lepas." Azahra memegang dadanya berdegup dengan sangat hebatnya. Azahra mengusap keringat yang menempel di pelipis keningnya.
"Buka bagian baju aja sudah gemeteran gimana buka celana." Wajah Gadis itu begitu amat merah ketika membayangkan apa yang akan dilakukannya.
"Mungkin hanya Rara satu-satunya pengantin baru yang buka baju suami terlebih dahulu." Azahra begitu malu ketika membayangkan hal tersebut.
"Azahra bukankah niat awal kamu mau menikah dengan Ferdi itu karena kamu ingin melakukan semuanya untuknya mengganti pakaiannya, menyuapinya dan mengurus semua kebutuhan dia. Tapi mengapa sekarang kamu ketakutan seperti ini?” Hati kecilnya bertanya sendiri kepada dirinya.
“Rara harus bisa.” Azahra kemudian mengambil air di
"Kenapa nggak jadi mandi,” Ferdi bertanya Ketika istrinya datang mendekatinya."Abang, tolong bukakan resleting baju Rara," Azahra duduk di tepi tempat tidur dengan memberikan punggungnya ke arah suaminya."Tadi ditawarin, tapi nggak mau." Ucap Ferdi tersenyum.Azahra hanya diam mendengar ucapan suaminya.Azahra merebahkan tubuhnya di samping suaminya, agar suaminya tidak kesulitan membuka resleting bajunya.Ferdi menurunkan resleting yang menempel di belakang punggung istrinya. Perlahan-lahan resleting itu semakin turun ke bawah hingga punggung putih milik istrinya menjadi pemandangan indah yang menyejukkan matanya. Ferdi menelan salivanya ketika melihat kulit putih milik istrinya. "Baru lihat punggung saja sudah seperti ini," ucapnya di dalam hati."Pria itu mengusap kulit punggung istrinya.Azahra begitu kaged ketika suaminya menyentuh kulitnya. Ia membuka matanya dengan sangat lebar dan dengan cepat beranjak dari tempat tidu
Ferdi terbangun dan memandang tangan istrinya yang berada di atas perutnya. Istrinya tertidur dengan posisi miring dan menyembunyikan wajah cantik itu di lengannya. Saat ini pria itu tidak bisa melihat wajah cantik istrinya, rambut panjang milik istrinya menutupi wajah cantik tersebut.Ferdi merapikan rambut istrinya. Pria itu tersenyum memandang wajah cantik istrinya. "Pasangan hidup itu lucu, unik dan tidak bisa ditebak oleh siapapun. Aku tidak pernah menduga bawa Azahra akan menjadi istri ku. Sewaktu Azahra masih bayi aku sudah suka menggendongnya dan mengatakan dia adalah calon istri ku. Aku selalu bermain bersama dengannya. Aku juga selalu mengantar jemputnya ke sekolah bila sedang berada di Jakarta. Aku tidak menyangka begitu kembali ke sini aku sudah menjadi pemiliknya. Padahal dia sangat cantik, masih muda dan pintar. Tapi kenapa mau dengan aku yang usianya imbang dengan usia mommynya." Ferdi berkata ketika menatap wajah istrinya.Ferdi memandang pe
"Abang Rara pakai jilbab dulu." Azahra memandang suaminya. Azahra begitu sangat takut bila suaminya selalu meminta dirinya untuk mencium seperti ini. Dirinya sangat mencemaskan bila nanti suaminya menginginkan hal yang lebih. Meskipun sekarang dirinya sudah halal dengan suaminya namun kondisi suaminya tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut."Iya mana tahu nanti ada lagi yang datang," jawab Ferdi."Untung aja tadi Abang pasang jilbab Rara kalau nggak, Rara malu." Azahra tersenyum."Iya ini rambutnya nggak boleh dilihat sama yang lain terkecuali Abang.""Abang sudah jadi suami Rara, jadi boleh lihat rambut Rara." azzahra berkata dengan sangat polos."Iya boleh lihat rambutnya, juga lihat itunya." Ferdi memandang ke arah dada istrinya."Rara sudah punya feeling seperti ini, kenapa sih gak bisa sabar sedikit. Sudah tau kondisi sedang seperti ini." Azahra mengomel di dalam hatinya. "Abang ini gak sabaran sekali ya. Sudah dibi
Azahra beranjak dari sajadah yang saat ini dijadikannya untuk tikar shalatnya. Ia duduk di tepi tempat tidur dan tersenyum memandang wajah tampan suaminya yang saat ini memakai peci berwarna hitam. Diambilnya tangan suaminya dan diciumnya punggung tangan tersebut. Azahra kemudian mendekatkan keningnya dengan bibir suaminya.Ferdi tersenyum dan mencium kening istrinya. "Nanti ya Sayang kalau Abang sudah sehat kita shalat berjamaah,” ucapnya yang menatap wajah istrinya.“Iya,” Azahra mencium bibir suaminya. "Rara buka sarungnya dulu,” ucap Azahra membukakan sarung yang dipakai oleh suaminya dan juga peci."Apa ada pengen sesuatu,” tanya Azahra ketika dirinya sudah selesai merapikan perlengkapan shalatnya bersama dengan suaminya."Udah kenyang,” jawab Ferdi. Pria itu menepuk tempat tidur disampingnya.Azahra tersenyum dan kemudian naik ke atas tempat tidur. Ia berbaring di samping suaminya dan meletakkan
"Permisi Pak, ada pak Andri,” ucap wanita yang menjadi sekretaris Attar."Suruh masuk," perintah Attar.Pria itu masuk ke dalam ruangan milik Attar. Wajah pria itu tampak pucat dengan keringat yang menempel di pelipis keningnya. Pria berusia 55 tahun itu duduk di depan kursi milik Attar."Maafkan saya." Kalimat yang meluncur dari bibir pria tersebut.Attar hanya diam ketika mendengar apa yang diucapkan oleh pria tersebut."Saya sudah mengatakan kepada Rico untuk mendapatkan jabatan itu dengan jujur. Saya sudah memberitahu dia, untuk harus bekerja lebih rajin dan menunjukkan kinerja dan kemampuannya. Namun ternyata keponakan saya itu tidak melakukan hal tersebut. Selama ini saya tidak pernah mengetahui bahwa ternyata Riko memiliki sifat yang tidak baik di luar sana. Adik saya selalu menutupi sifat anaknya. Ketika dia mengetahui suara terbanyak didapat oleh keponakan pak Attar, dia begitu sangat emosi dan melakukan hal itu. Jujur saya tid
"Apa abang mau gosok gigi, kalau mau Rara ambil. Nanti Rara yang bantu gosok giginya?" tanya Azahra."Boleh jawab Ferdi." Pria itu merasa sangat tidak nyaman bila tidak menyikat giginya setelah bangun tidur."Tunggu sebentar ya." Azahra mengambilkan segelas air untuk suaminya berkumur-kumur. Ia juga mengambil wadah untuk menampung air selesai kumur-kumur tersebut."Biar Rara aja yang Sikat gigi Abang," ucap Azahra."Nggak usah Abang bisa sikat gigi sendiri." Ferdi mengambil sikat gigi di tangan istrinya."Bila sakit kasih tahu Rara, Rara bantu sikat giginya," ucap Azahra.Ferdi tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Azahra sangat malu menatap wajah suaminya setelah melakukan Pekerjaannya.Setelah suaminya selesai menyikat gigi, Azahra meletakkan alat untuk sikat gigi Suaminya ke dalam kamar mandi. Ia kembali ke tempat tidur suaminya dengan membawa kain yang sudah disiapkannya untuk membersihkan wajah suaminya. "Cuci muka
"Abang Rara mau ke kamar mandi," Azahra mencoba memberi alasan."Adek jangan lari, adek sengaja ingin lari dari Abang?" tanya Ferdi. Saat ini pria itu sudah mengunci tubuh istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur.Azahra begitu bingung melihat sikap suaminya seperti ini. Saat ini dirinya sudah tidak bisa lari lagi karena suaminya sudah bisa berjalan."Abang nggak boleh buru-buru." Azahra memandang wajah suaminya. Saat ini posisinya sudah begitu sangat dekat dengan suaminya. Bahkan suaminya sudah mengunci tubuhnya."Adek, kalau suami minta tapi nggak mau, nggak boleh loh," ucap Ferdi"Ini bukan lari, Rara gak mau Abang tambah sakit," jawab Azahra. Ia sangat berharap suaminya mau memahami apa maksud dan tujuannya."Adek, Abang bisa, abang kuat. Jadi adek jangan cemas." Ferdi tersenyum. Ia berusaha untuk meyakinkan istrinya. Setelah mendengar dokter Ryan memberinya kata semangat, m
Azahra duduk di di taman rumah sakit bersama dengan suaminya. Saat ini kondisi suaminya sudah berangsur-angsur membaik dan sudah bisa berjalan keluar dari kamarnya."Kalau biasa di dalam kamar, gitu lihat keluar aja seperti ini udah enak sekali ya bang," ucap Azahra tersenyum memandang wajah suaminya."Iya, bosan ya dikamar terus," jawab Ferdi."Rara senang lihat Abang yang sudah semakin membaik." Azahra memegang tangan suaminya dan mencium punggung tangan suaminya."Iya dek, ini karena sudah mulai melakukan olahraga rutin," Ferdi tersenyum."Abang, jangan cerita itu di tempat ini."Ferdi tersenyum dan mengusap kepala istrinya. "Makasih ya sayang, sudah mau menemani Abang di sini." Ferdi menatap wajah istrinya."Iya, Rara akan selalu temani Abang seperti ini." Azahra tersenyum."Abang, Rara mau beli roti, Abang mau apa?""Abang makan Rara aja.""Ih suka gitu deh kalau di tanya."Ferdi tertawa."Ayo c