Maura Azahra Almaira gadis berusia 18 tahun. Memiliki wajah yang cantik. Tubuh yang tinggi membuat gadis itu begitu sempurna. Azahra menyukai Abang sepupunya yang berjarak usia 19 tahun dengannya. Bagi Zahra, perbedaan usia bukanlah suatu masalah. Daddy dan mommynya juga berjarak usia sangat jauh. Namun mereka begitu sangat bahagia, bahkan Daddynya sangat mencintai mommynya. Karena alasan itu, Azahra dengan setia menunggu pujaan hatinya. Ferdi Alfasyah seorang pria berusia 37 tahun. Di usianya yang sudah 37 tahun Ferdi masih menyandang status belum menikah. Setelah kembali dari tugasnya, Ferdi tidak pernah menyangka bahwa gadis kecil yang dulu sudah tumbuh menjadi gadis yang begitu Cantik. Mampukah gadis cantik itu mendapatkan hatinya yang sudah membeku. Bagaimana kisah cinta beda usia. Apakah Zahara akan merasakan kebahagiaan bersama dengan cinta sejak kecilnya?
View MoreAzahra duduk di kursi tunggu yang ada di pelabuhan. Gadis cantik itu sudah tidak sabar untuk berjumpa dengan pujaan hatinya. Hari ini Ferdi kembali ke Jakarta, setelah menjalankan tugasnya selama 4 tahun di Papua.
Selama 4 tahun Azahra tidak bertemu dengan Ferdi. Azahra begitu sangat merindukan Abang sepupunya tersebut. Tidak sabar Azahra untuk berjumpa dengan pria yang selama ini selalu di nantinya. Berulang kali ia memandang ke arah laut, berharap kapal yang menjadi armada pria itu segera terlihat dari kejauhan.
Azahra memegang dadanya, degup jantungnya begitu sangat kuat . "Belum ketemu aja udah seperti ini deg-degan nya." Azahra berkata di dalam hatinya. Selama 4 tahun ini Azahra tidak pernah bertemu dengan Ferdi. Rasa rindu yang begitu besar, membuat Azahra tidak sabar untuk melihat pria tersebut.
4 tahun yang lalu, Azahra berada di pelabuhan ini mengantarkan pria itu, dan sekarang gadis berwajah cantik itu kembali duduk di sini untuk menjemput pria tersebut. Pelabuhan ini begitu ramai dengan keluarga dari para angkatan laut, yang berkumpul untuk menjemput keluarga mereka masing-masing.
Dirinya begitu sangat gugup dengan telapak tangan yang sudah dingin. Rasa rindu, seakan sudah tidak mampu lagi dibendungnya. Azahra melihat kapal berwarna putih yang masih terlihat kecil oleh pandangannya. Ia berdiri dari duduknya dan mendekat ke arah jembatan pembatas bersama dengan keluarga-keluarga para angkatan laut yang lainnya. "Apa bang Ferdi masih ingat sama Rara," ucap Azahra yang sudah tidak sabar menunggu pria tersebut.
Azahra begitu sangat senang ketika kapal itu semakin dekat dengan pandangannya, hingga kapal itu menepi.
Satu persatu para prajurit keluar dari dalam kapal. Mereka keluar dari dalam kapal dengan sangat gagahnya. Baju seragam berwarna putih menjadi kebanggaan bagi mereka.
Azahra melihat satu persatu prajurit yang keluar tersebut. Namun sosok yang carinya belum terlihat. Azahra memandang sosok tampan yang muncul dari pintu keluar kapal. Dadanya berdegup dengan sangat hebatnya memandang pria tampan bertubuh tinggi tersebut. Rambut pria itu rapi dan memakai kacamata hitam. Wajah pria itu sangat tampan seperti dulu.
"Abang Ferdi," Azahra melambaikan tangannya agar pria itu melihat keberadaannya.
Ferdi memandang ke asal suara yang memanggilnya. Ferdi begitu senang ketika melihat gadis cantik yang memakai jilbab berwarna merah, dan memakai rok berwarna biru dengan bunga-bunga berwarna merah. Gadis itu memiliki tubuh tidak besar dan juga tinggi, tidak seperti waktu ditinggalkannya yang memiliki badan yang besar dan tidak tinggi seperti sekarang.
“Adek Azahra,” Ferdi memanggil nama gadis tersebut. Ferdi berlari mengejarnya. Pria itu mengembangkan tangannya agar gadis itu memeluknya. Keningnya berkerut ketika gadis itu tidak mau memeluknya, bahkan gadis itu mundur ketika dirinya semakin mendekat.
“Adik," Ferdi mengembangkan tangannya dan meminta agar gadis itu mau datang ke pelukannya. Ferdi begitu merindukan gadis tersebut. "Apa nggak rindu sama abang?" Ferdi masih berharap Azahra mau memeluknya. Pria itu tidak bisa menutupi kerinduannya. Selama berada di Papua, Ferdi begitu merindukan Azahra. Tiga tahun terakhir ini Azahra tidak mau mengirimkannya foto, dengan alasan badan yang besar, kulitnya yang tidak bagus dan alasan lainnya, sehingga dia malu untuk mengirimkan Ferdi foto. Namun saat melihat gadis itu, Ferdi tahu bahwa ternyata gadis itu tidak jujur. Gadis kecil yang dulu bertubuh bulat, sekarang sudah menjelma menjadi seorang bidadari yang sangat cantik, dengan busana yang menutupi tubuhnya.
“Rindu tapi nggak mau peluk,” ucap Azahra yang tersenyum.
“Kenapa gitu,” tanya Ferdi yang masih mengembangkan tangannya.
“Halalkan dulu baru mau dipeluk," ucap Azahra yang membuat dada pria itu berdegup dengan sangat kuat. Azahra hanya tersenyum dan menundukkan kepalanya setelah mengucapkan kalimat tersebut.
“Ya sudahlah kalau nggak mau Abang peluk,” ucap Ferdi yang kemudian menurunkan tangannya. Ferdi begitu malu ketika memandang wajah gadis itu. Jika seandainya gadis itu mau dipeluknya, mungkin rasa rindunya sedikit terobati. Namun sikap Gadis itu membuat dirinya menjadi semakin penasaran dan salah tingkah.
“4 tahun nggak ketemu ternyata Adek Abang makin cantik,” ucapnya memuji Azahra. Ferdi mengingat 4 tahun yang lalu ketika dirinya akan berangkat ke Papua.
****
back to back
"Rara nggak mau Abang pergi," Rara menangis memeluk tubuh tinggi tersebut.
“Nanti begitu tugas Abang selesai Abang akan langsung pulang," janji Ferdi yang juga memeluk tubuh gadis remaja yang berusia 14 tahun.
“Apa Abang perginya lama? kalau abang nggak ada di sini, nanti siapa yang bawa Rara jalan-jalan ke mall. Deddy selalu banyak aturan, bila jalan sama Deddy nggak asik. Nggak dibolehkan makan es krim, nggak boleh ini, nggak boleh itu,” ucap Rara. Rara begitu senang bila tiap minggu bisa jalan-jalan bersama dengan Ferdi, Abang sepupunya itu akan selalu menuruti apa maunya.
“Masa tugas Abang di sana 4 tahun, bila sudah selesai Abang akan langsung pulang ke sini,” ucap Ferdi. Pria itu mengusap kepala gadis tersebut.
Rara saat ini sudah duduk di kelas 2 SMP, namun sikapnya masih sangat manja bila berjumpa dengan Ferdi.
Azahra hanya diam dan menangis. Azahra tidak bisa membayangkan bila dirinya tidak bertemu dengan Abang sepupunya, yang sudah sangat dekat dan selalu bersama dengannya. Bahkan Abang sepupunya itu selalu datang menjemput dan juga mengantarnya ke sekolah. Azhara selalu bangga bila Abangnya yang datang mengantar dan menjemputnya, dia akan memamerkan kepada teman-teman di sekolahnya. Namun dirinya juga begitu sangat kesal, ketika guru-gurunya yang masih gadis sangat senang memandang Abang sepupunya tersebut.
“Adek nggak boleh nangis, gak boleh sedih, abang perginya demi tugas. Do’akan Abang pulang dengan selamat.”
****
"Abang," Azahra memanggil Ferdi ketika pria itu yang hanya diam memandang.
Ferdi tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Suara gadis itu menyadarkan dirinya dari lamunan masa lalu. “Abang ambil tas sebentar," Ferdi ingin menetralkan detak jantungnya. Ada rasa yang berbeda saat dirinya memandangi wajah gadis cantik itu. Wajah gadis itu seperti wajah ibunya. “Wajahnya sama seperti ibunya,” ucap Ferdi di dalam hati. Ferdi memandang wajah Azahra secara diam-diam.
“Apa ada yang mau adek beli,” tanya Ferdi ketika mereka akan keluar dari pelabuhan.
Azahra menggelengkan kepalanya.
"Kenapa gak ada yang jemput Abang?" Ferdi bertanya ketika dilihatnya hanya Azahra yang datang ke pelabuhan untuk menjemputnya.
“Kata om Andi dan onty Indah, Abang sudah tua jadi bisa pulang sendiri,” jawab Azahra yang tertawa menutup mulutnya.
“Tega benar ya mereka. Gak rindu sama anak sendiri," Ferdi berucap dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Iya benar. Tapi mereka benar kok,” jawab Azahra.
“Adek jangan ikut-ikutan,” Ferdi berucap dengan memandang wajah Azahra.
Azahra hanya tersenyum.
“Kita pulang pakai apa,” tanya Ferdi.
“Mobil, Abang yang bawa" Azahra mengeluarkan kunci mobil dari dalam saku roknya, dan memberikannya kepada pria tersebut.
****
"Iya habis dari ketemu orang banyak, nggak enak kalau langsung magang cucuk," jawab Andi. Meskipun sangat ingin sekali memegang cucunya, namun Andi menahan diri. Mengingat dirinya yang baru saja pulang dari acara pesta pernikahan."Itu sepertinya ART yang di rumah sudah datang." Indah tersenyum ketika mendengar suara ketukan di pintu."Assalamualaikum Bu," ucap pekerja di rumah Indah, yang datang mengantarkan pakaian yang diminta Indah untuk diantarkan ke rumah sakit."Waalaikumsalam, terima kasih ya bik min." Indah tersenyum mengambil tas yang diberikan oleh bik min."Iya Bu, Mbak Azahra ternyata sudah lahiran ya," ucap bik min yang berdiri di ambang pintu."Iya ya bik min, Alhamdulillah." Azahra tersenyum."Saya mau lihat dulu, sebelum pulang." Bik min kemudian masuk ke dalam kamar. "Yang ini wajahnya mirip sekali sama Mbak Azahra, sedangkan abangnya mirip sama mas Ferdi," komentar bik min itu ketika melihat wajah bayi yang ada di tangan A
"Zavier, jangan ke sana sini." Attar memanggil cucunya yang pergi ke lain arah. Zavier berlari berlawanan arah dengan jalan yang akan dilewatinya."Zikra, kamar mommy Lewat sini." Alisa sedikit mengeraskan suaranya memanggil Zikra yang ikut berlari mengejar Zavier.Attar berlari mengejar Zavier, yang dengan sengaja mengajak bermain.Zavier tertawa ngakak, ketika opa nya berhasil menangkapnya."Dapat." Attar berkata dengan nafas ngos-ngosan. Ia tersenyum ketika berhasil menangkap cucunya. Agar cucunya, tidak berlari kesana kemari, Attar menggendong Zavier yang saat ini tertawa ngakak. Pria itu juga menggendong Zikra yang berhenti di dekat kakinya. "Katanya mau ikut lihat mommy dan adik bayi, tapi kenapa malah lari-lari nggak jelas seperti ini." Walaupun dirinya sedang tidak ingin bermain dengan kedua cucunya, namun pria itu tetap tertawa dan mencium pipi cucunya kiri dan kanan secara bergantian.Alisa yang melihat suaminya yang dikerjain oleh
Ferdi berada di ruangan persalinan istrinya. Mendengar rintihan istrinya yang kesakitan, membuat dirinya sungguh tidak tega. Berulang kali, ia mencoba menenangkan Azahra."Bang sakit." Azahra menangis."Iya dek, ditahan sayang, sakitnya." Ferdi mengusap keringat yang menempel di pelipis kening Azahra."Ini sakit bener bang." Azahra meremas tangan suaminya. Keringat bercucuran di pelipis keningnya ketika harus menahan rasa sakit yang seperti ini.Ferdi hanya diam, ia tidak tahu harus berkata apa. Dipeluknya Azahra dan di ciumannya kening milik Azahra, berulang-ulang kali. Melihat Azahra yang menangis menahan rasa sakit, sungguh membuat dirinya sangat tidak tega. "Adek harus kuat. Ingat anak-anak, demi Abang dan anak-anak kita sayang." Ferdi meneteskan air matanya. Awalnya dirinya yakin, bahwa persalinan kedua Azahra, akan membuat dirinya lebih tenang, namun ternyata tetap saja membuat dirinya cemas dan gugup seperti ini. Baju kemeja yang dipakainya kini su
Ferdi turun dari dalam mobil dan berlari masuk ke rumahnya.Zikra dan Zavier yang sedang asik-asiknya bermain, menjerit memanggil Daddy nya. Mereka tidak menyangka, bahwa Daddy nya akan pulang di jam seperti ini. Kedua anak itu meninggalkan mainannya dan berlari mengejar Ferdi."Dad, sudah pulang?" Zavier memeluk kakinya di sebelah kanan."Dad gendong." Zikra memeluk kakinya sebelah kiri."Iya sayang, Abang main ya sama Zikra."Ferdi mencium pipi putranya."Kakak jangan berantem ya sama abang mainnya, yang akur ya nak, Daddy mau ke kamar dulu." Ferdi mencium pipi Zikra kiri dan kanan. Ia kemudian pergi meninggalkan kedua anaknya.Ferdi melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia berlari menaiki anak tangga. Saat ini dirinya sangat mencemaskan istrinya. Ia ingin melihat kondisi istrinya secara langsung."Dek." Ferdi berkata ketika membuka pintu kamarnya. Ia masuk kedalam kamar dan melihat Azahra yang sedang berbaring di atas
Hari ini suasana di dalam kamar ini sangatlah berbeda. Tidak ada suara teriakan anak-anaknya. Tidak ada suara tangis dan tertawa kedua anaknya.Ferdi memandang Azahra yang saat ini duduk diatas tempat tidur sambil memandang ponselnya. Wajah istrinya tampak tersenyum sendiri ketika melihat layar di ponsel tersebut."Hai, mommy lagi apa?" Ferdi duduk di samping istrinya dan memberikan susu coklat di tangannya."Ini lihat video Zikra sama Zavier," jawab Azahra dengan tersenyum.Ferdi mengambil ponsel dari tangan istrinya. Pria itu melihat video yang saat ini sedang ditonton oleh Azahra."Padahal baru satu hari, anak-anak pergi ikut opa, Om, nenek serta Atuk nya ke Singapura. Tapi kenapa rasanya sudah sepi sekali ya dek." Ferdi memandang layar ponsel istrinya."Iya bang, biasanya ada yang gangguin Rara kalau lagi tidur. Tapi hari ini Rara tidur enggak ada yang gangguin, gitu bangun langsung terkejut cariin Zavier dan juga Zikra. Rara baru ingat
"Assalamualaikum." Ferdi membuka pintu dan berdiri di ambang pintu."Waalaikumsalam." Jawab Azahra. Yang berbaring di atas tempat tidur. Azahra hanya tersenyum tanpa menyambut suaminya seperti biasa.Pria itu hanya berdiri di ambang pintu sambil mengembangkan tangannya. Ferdi sudah sangat memahami seperti apa tingkah lucu kedua anaknya, bila melihat dirinya pulang seperti ini. Ferdi tertawa ketika kedua anaknya berlari dan mengejarnya. Kedua anak itu berhamburan ke dalam pelukannya. "Anak-anak Dedi lagi apa ini." Ferdi menggendong kedua anaknya di tangannya yang kiri dan juga kanan. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang hanya berbaring di atas tempat tidur sambil menjaga kedua anaknya bermain."Main Lobot." Jawab Zavier."Atu juga," ucap Zikra."Ini anak gadis gak mau kalah." Ferdi mencium pipi bulat gadis kecil yang berambut pendek dan berponi tersebut.Ferdi juga mencium pipi bulat Zavier berulang-ulang kali."Anak
Ferdi yang duduk di kursi kerjanya, hanya diam ketika ruangannya dibuat berantakan oleh kedua anaknya. Kedua anaknya berlari kesana-kemari sambil berteriak-teriak dan saling kejar mengejar sambil mengelilingiruangannya yang berukuran besar.Bukan hanya sekedar berlari saja, kedua anak itu terkadang berkelahi merebutkan mainan dan berakhir dengan menangis bagi yang kalah. Ferdi sudah sangat terbiasa dengan kondisi seperti ini. Bila istri dan anak-anaknya datang ke kantornya, maka ruangannya akan menjadi berantakan, suara jeritan anak-anaknya, suara menangis dan suara tertawa, memenuhi ruangannya. Namun semua ini membuat dirinya bahagia ketika mendengar suara tangis, suara ketawa dan juga jeritan kedua anaknya."Dad, Piel at," Zikra mengadu kepada Daddy nya."Oh sayang Daddy, anak gadis main boneka, bukan robot." Ferdi mengusap air mata yang mengalir di pipi bulat gadis kecil yang bermata lebar, dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam dan bes
Ferdi baru saja kembali dari shalat subuh di masjid. Pria itu masuk kedalam kamarnya dan melihat istrinya yang duduk di atas sajadah sambil membaca Alquran. "Sudah sholat ternyata." Ferdi tersenyum. Ia melihat kedua anaknya yang tidak ada di dalam kamar. Dengan cepat ia membuka kain sarung, peci serta baju Koko yang dipakainya. Hingga yang tersisa celana pendek.Begitu mendengar Azahra menyudahi membaca Al Quran Nya, pria itu diam-diam mengangkat tubuh istrinya."Abang mau apa?" Azahra terkejut ketika melihat suaminya yang sudah tidak berpakaian dan hanya memakai celana pendek saja."Kenapa nggak ngasih tahu dek." Ferdi tersenyum dan mendaratkan tubuh istrinya di atas tempat tidur."Kasih tahu apa?" tanya Azahra yang tidak memahami maksud suaminya."Kalau sudah selesai." Ferdi tersenyum dan membuka mukenah yang dipakai istrinya."Abang ini mau apa?" Azahra membesarkan matanya."Mau apalagi, subuh ini penuh berkah sayang. Anak-anak sud
Berulang kali Azahra memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ini adalah kuliah terakhirnya dan dirinya sudah sangat tidak sabar menunggu dosen menutup perkuliahannya. Saat ini yang terbayang dipandangnya hanyalah kedua anaknya. Tingkah lucu Zavier dan Zikra selalu dirindukannya, meskipun hanya meninggalkan kedua anaknya sebentar saja."Alhamdulillah akhirnya selesai juga." Azahra tersenyum lebar ketika dosennya sudah mengakhiri perkuliahannya."Pasti sudah nggak sabar pengen ketemu Zavier dan juga Zikra," ucap Dewi yang duduk di samping Azahra"Iya dong, itu anak-anak sudah pada pintar-pintar semua. Setiap hari ada aja kepandaian barunya." Azahra tersenyum menceritakan kedua anaknya."Sudah pinter apa aja Zikra dan juga Zavier?" tanya Dewi. Dewi tidak pernah bosan-bosannya ingin mengetahui perkembangan kedua bayi yang begitu sangat menggemaskan tersebut."Zavier dan juga Zikra itu sudah pandai jalan sekarang. Ke mana-mana nggak mau l
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments