Share

3. THE PAST ABOUT YOU (II)

PLAK!

Satu tamparan keras mendarat di pipi seorang wanita bernama Katrina. Setelah dia baru saja menyampaikan maksud dan niatnya untuk menjadi seorang muallaf kepada sang Ibunda tercinta.

"Bunda?" Katrina bergumam lirih. Dia memegangi pipinya yang memanas. Tamparan itu sangat kuat. Bahkan kini dia mengecap rasa asin darah di sudut bibirnya. Katrina mulai menangis.

"Jadi ini balasan kamu, Trina?" Arini mendesis tajam diiringi sorot mata penuh amarah sebelum dia kembali melanjutkan kata-katanya.

"Jadi ini balasan kamu setelah Bunda mati-matian selama ini mengurus kamu sejak kecil? Bunda kerja pontang panting, banting tulang, mencari uang ke sana kemari, semuanya demi kamu, Trina! Supaya kamu bisa makan, bisa sekolah, bisa mendapat fasilitas layak untuk menunjang kebutuhan hidup kamu! Dan perlu kamu tahu, Bunda melakukan semua itu sendirian, Trina! SEN-DI-RIAN! Tapi apa balasannya sekarang? Dengan seenak jidat kamu bilang ingin pindah agama? Kamu mau jadi anak durhaka?" Arini berhasil mengungkapkan seluruh kekesalannya pada anak semata wayangnya yang dia anggap tidak tahu diri itu. Arini sangat kecewa pada Katrina. Hingga akhirnya air mata yang sedari tadi menggenang di kelopak matanya pun tumpah tanpa mampu lagi dia tahan.

"Bukankah itu hak setiap manusia berakal yang sudah baligh untuk bisa memilih keyakinan apa yang sesuai dengan hati kecilnya? Trina sudah memilih Islam sebagai tujuan hidup Trina. Sebagai pedoman hidup Katrina. Tolong, Bunda hargai keputusan, Trina," Katrina membalas tatapan Arini dengan tatapan yang sulit diartikan.

Katrina hanya merasa lelah.

Lelah dengan kehidupannya sendiri.

Lelah dengan sikap egois sang Bunda.

Tapi semenjak dia mengenal Islam dan mulai mempelajarinya, Katrina merasa semangatnya untuk hidup seperti muncul kembali. Padahal sebelumnya, dia sudah sangat putus asa.

"Trina bosan hidup di sini, kesepian, sendirian, karena selama ini Bunda selalu sibuk bekerja. Sementara Bunda sendiri selalu bersikap over protektif terhadap Trina. Hidup Trina seperti di penjara selama ini. Mau pergi kemana-mana saja susah. Mau ke sini di larang, ke situ di larang! Lalu apa salah jika sekarang Trina ingin memilih kehidupan Trina sendiri? Memilih agama Trina sendiri?" lanjut Katrina lagi. Dia hanya ingin Arini tahu apa yang telah dia rasakan selama ini.

Katrina marah pada Arini yang egois. Dia kecewa pada Arini yang tak pernah mau berterus terang tentang masalah apapun yang menyangkut kehidupan mereka, bahkan sampai pada masalah siapa sebenarnya Ayah kandung Katrina sendiri pun, hingga saat ini Katrina tidak pernah tahu. Karena setiap kali dia bertanya tentang siapa Ayahnya, Arini hanya diam seribu bahasa. Lalu jika Katrina terus menerus menanyakan hal yang sama dari waktu ke waktu, Arini justru marah dan memaki-maki Katrina dengan kalimat-kalimat sumpah serapah yang seharusnya tidak diucapkan seorang Ibu kepada anaknya. Oleh sebab itu, Katrina tidak pernah lagi berniat untuk bertanya atau pun membahas tentang Ayahnya kepada Arini.

Katrina hanya malas berdebat.

Tapi kali ini, Katrina sudah habis kesabaran. Dia sudah lelah diperlakukan seperti seorang tawanan di rumahnya sendiri. Dia ingin mencari kebebasannya sendiri. Memilih kehidupannya sendiri. Dan memilih agamanya sendiri, sesuai dengan apa yang dia yakini sebelumnya.

"Jangan bilang, kamu melakukan ini semua lagi-lagi karena Reyhan? Laki-laki rendah itu? Si pengamen jalanan itu?" Kalimat Arini kali ini terdengar begitu menyakitkan dan menusuk di telinga Katrina.

"Kak Reyhan tidak seburuk yang Bunda pikirkan! Dia laki-laki baik yang justru telah membuat hidup Katrina berubah. Semenjak mengenal dia, hidup Katrina jadi lebih berwarna, bahkan Katrina bisa merasakan hidup yang benar-benar hidup saat Katrina sedang bersama Kak Reyhan. Dia itu malaikat penyelamat dalam hidup Katrina yang penuh dengan kebohongan!"

PLAK!

Arini kembali melayangkan satu tamparan hebatnya di pipi Katrina. Dia benar-benar sudah naik pitam. Amarahnya sudah berada di puncak teratas.

"KALAU MEMANG BEGITU KENYATAANNYA, SEKARANG JUGA KAMU PERGI DARI RUMAH INI! SANA, CARI MALAIKATMU ITU! TAPI INGAT PESANKU, SETELAH KAMU MELANGKAHKAN KAKIMU KELUAR DARI RUMAH INI, MAKA SEJAK ITU JUGA PINTU RUMAH INI AKAN TERTUTUP SELAMANYA UNTUKMU!"

Katrina tercenung mendengar serentetan kalimat yang baru saja keluar dari mulut sang Ibunda.

Satu kalimat sarat makna yang cukup membuat Katrina mengerti hingga setelahnya, tanpa basa-basi lagi malam itu juga Katrina mengemasi sebagian barang-barangnya.

Dia benar-benar pergi.

Bahkan tanpa Arini mencegah kepergiannya.

Katrina sempat menoleh sekali lagi ke arah rumahnya sebelum dia benar-benar melangkah lebih jauh.

Rumah yang sudah dia tinggali selama kurang lebih lima tahun sejak sang Bunda memboyongnya pindah dari Jakarta ke Surabaya, hanya demi satu hal.

Yaitu, memisahkan dirinya dengan Reyhan.

Ya, Reyhan. Satu-satunya laki-laki yang begitu dia cintai selama ini. Reyhan kekasihnya semasa SMA.

Reyhan cinta pertamanya.

Maafkan aku Kak, aku harus pergi.

Aku tidak bisa menunggumu lebih lama lagi...

Gumam batin Katrina.

Katrina melanjutkan langkahnya setelah dia berhasil menyeka air matanya yang tak kunjung mau berhenti.

Tekadnya untuk menjadi seorang muallaf sudah bulat. Bahkan Katrina sudah mulai tertarik pada Islam sejak Tuhan mempertemukannya dengan Reyhan. Hingga setelah perpisahan mereka sekitar lima tahun yang lalu, Katrina semakin tertarik pada Islam. Gadis itu berniat untuk mempelajarinya sendiri. Hanya saja, niatnya itu belum mampu terealisasikan sampai sekarang, karena ketakutannya pada sang Bunda.

Dan kini, Katrina mungkin masih perlu menahan keinginannya itu sampai dia berhasil mencari informasi tentang keluarga besar Arini di Bandung.

Dari sepengetahuannya, keluarga Arini di Bandung adalah sebuah keluarga Islam yang taat. Bahkan Kakek Katrina sendiri adalah seorang Ustadz yang cukup terpandang di sana.

Lantas, yang menjadi pertanyaan besar dalam benak Katrina saat ini adalah, hal apa yang sampai membuat sang Ibunda murtad?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status