Semua terasa seperti mimpi bagi Reyhan.
Awalnya Reyhan memilih untuk tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Hingga kemudian Katrina mengulangi kalimatnya untuk yang ke dua kali. Memperjelas sekaligus menikam hatinya lebih dalam lagi.
Dan akhirnya, mata bening itu kembali berkaca-kaca. Hati itu kembali patah untuk yang kesekian kalinya.
"Selamat ya, kalau begitu." ucap Reyhan lirih. Dia tersenyum getir. Susah payah Reyhan mengerjapkan matanya sambil menengadahkan wajahnya ke atas. Sekuat tenaga menahan sesak di dadanya. Jiwa kelelakiannya menolak untuk meneteskan air mata di hadapan banyak orang. Hingga setelahnya air mata itupun hilang. Bersamaan dengan harapan yang telah dia jaga selama ini.
Dulu rasanya seperti air h
Silahkan jejaknya...
Waktu sudah menunjukkan pukul 00.30 WIB dini hari saat Marsedez Bens milik Hardin terparkir di pinggir terminal di kawasan Blok M. Hardin merapatkan sweater hitamnya dan mengenakan kupluknya untuk menutupi kepalanya dari rintik-rintik gerimis yang turun satu-satu. Angin berhembus dingin menerpa tubuh laki laki itu. Kepalanya yang diperban terlihat basah terkena cipratan air yang mulai menetes dan membasahi kupluknya. Hardin berjalan susah payah menerjang gerimis malam itu. Tubuhnya benar-benar tidak bisa di ajak berkompromi. Ditambah dengan kondisi cuaca yang dibilang cukup buruk. Membuat Hardin sempat kelimpungan. Hardin sudah mencari Reyhan ke daerah Pondok Indah tempat yang pernah dia datangi bersama Reyhan beberapa waktu lalu. Dan dia mendapat info dari salah satu rekan Reyhan disana yang bernama Nindra bahwa
Hardin berjalan cepat mengikuti langkah kaki Reyhan yang keluar dari taman itu, ketika segerombol anak-anak punk memasuki area tersebut dari arah yang berlawanan. Dari penglihatannya Hardin bisa menebak ada sekitar delapan sampai sepuluh orang dan mereka terlihat mabuk, karena beberapa dari mereka ada yang memegang botol minuman. "Mobil lo parkir dimana?" tanya Reyhan begitu mereka sudah keluar dari taman. "Di pinggir jalan, trotoar terminal," Reyhan berjalan ke arah yang ditunjuk Hardin dan mendapati Marcedez Bens itu terparkir di sana. "Kunci mobil?" Reyhan meminta kunci mobil Hardin. Hardin dengan cepat merogoh saku sweaternya dan melempar kunci itu ke arah Reyhan yang lan
"Kalau begitu aku balik aja deh ke kontrakan. Inikan acara keluarga, nggak perlu juga kayaknya aku ikut," jelas Reyhan. Dia tidak mau terlibat dalam situasi apapun yang didalamnya menyangkut masalah Katrina. Nyeri di hatinya seolah kembali menganga. Reyhan belum siap. Dia masih membutuhkan waktu untuk memulihkan sakit dihatinya yang masih sangat basah. Meski kenyataannya sekuat apapun Reyhan mengelak, toh dia dan Katrina pada akhirnya akan menjadi satu keluarga. Dan hal ini tidak bisa dia pungkiri. "Kan sudah Opah bilang, kamu ini sudah kami anggap keluarga terhitung kamu bertunangan dengan Anggia," suara Opah terdengar dari arah belakang tempat Reyhan berdiri. Membuat Reyhan terkejut. "Tuh dengerin Kak. Ayo, mau cari alesan apalagi?" timpa
Waktu menunjukkan pukul 19.50 WIB ketika keluarga Hardin sampai di kediaman Ustadz Maulana.Mang Fu'ad, Kang Rudy, Nini dan Bibi Atiqah langsung menyambut kedatangan mereka dan menerima seserahan yang dibawa oleh pihak keluarga laki-laki.Mereka di persilahkan duduk di ruang tengah yang terlihat rapi dengan gelaran tikar dan karpet di lantainya. Terlihat beberapa piring berisi makanan ringan yang di tata apik di tengah-tengah gelaran karpet itu. Keluarga Hardin duduk di lantai beralaskan karpet dengan membentuk lingkaran."Maaf kalau keadaannya seperti ini, harus duduk di lantai, Nak Hardin." ucap Nini.Hardin tersenyum semanis mungkin, "Tidak apa-apa Umi," jawabnya sumringah. Meski dalam ha
Hari-hari berlalu. Daun-daun cinta Reyhan perlahan berguguran satu per satu. Hijaunya memudar menjadi kecoklatan. Tak lagi segar melainkan kering. Hingga saatnya tiba, daun-daun itu beterbangan dan pergi. Terbawa angin tanpa pernah kembali.Ranting kering itu kini sendirian lagi. Dia hanya berharap bahwa hadirnya hujan dapat memunculkan daun-daun cintanya yang baru. Entah nama siapa yang akan terukit di sana, Reyhan belum bisa memastikan. Hatinya terlalu lelah untuk kembali berharap. Dia takut kecewa lagi. Dia takut ditinggalkan lagi. Terlebih, dia takut kesepian lagi.Meski nyatanya, kesepian itu memang sudah menjelma menjadi bayangan dalam hidupnya.Dan Reyhan sedang berusaha untuk menepis kesepiannya, dengan memperbanyak melakukan aktifitas yang dapat me
Hari ini harusnya Hardin sudah di pingit dan tidak diperbolehkan kemana-mana, tapi berkat bantuan Anggia, Hardin bisa kabur dari rumah Opah dan Omah di podomoro untuk suatu urusan.Sudah hampir dua minggu belakangan Hardin dan Reyhan tidak saling berkomunikasi.Hardin sibuk dengan urusannya di Jakarta, sedang Reyhan di Bandung. Hal itu membuat hubungan mereka semakin jauh.Hari ini Hardin berencana menemui Reyhan di kantor. Hardin merasa masih ada hal yang mengganjal dihatinya yang membuatnya merasa tidak nyaman. Dan hal ini harus dia bicarakan dengan Reyhan. Setidaknya Hardin ingin memastikan bahwa laki-laki itu sudah benar-benar mengikhlaskan Katrina menikah dengannya. Itu saja."Besok gue menikah," ucap Hardin saat dirinya dan Reyhan sudah duduk di dalam sebuah Restorant sunda yang letaknya tidak jauh dari kantor.
Pagi ini pelataran parkir masjid Agung Bandung terlihat penuh oleh mobil-mobil mewah. Di bagian depan Masjid terlihat beberapa petugas keamanan sedang berjaga-jaga. Mereka memeriksa setiap kendaraan yang masuk ke dalam area tersebut. Acara Ijab kabul itu akan dilangsungkan pukul 08.00 WIB nanti. Katrina sudah siap dengan gaun putihnya yang terlihat sederhana hal yang berbanding terbalik mengingat bahwa dia akan bersanding dengan salah satu pemilik perusahaan besar di Indonesia. Katrina tidak ingin terlihat berlebihan. Karena sikap berlebihan itu jelas dilarang dalam Islam. Katrina duduk di sisi kanan arah penghulu di temani oleh Kak Zaenab, Bibi Atiqah dan Nini.
Rumah Opah dan Omah sudah terlihat sepi sejak sore tadi. Kini tinggal pelayan-pelayan di rumah itu yang terlihat sibuk membenahi sebagian rumah besar yang kondisinya terlihat sangat berantakan, sebab tamu-tamu yang berkunjung ke kediaman Hardin siang tadi cukup banyak. Reyhan masih terlihat berada di sana duduk di ruang tengah bersama Anggia sambil menonton Tv. Sebenarnya Reyhan sudah ingin kabur dari rumah itu sejak siang tadi. Hanya saja Anggia terus menahannya di sana. Membuatnya tidak bisa berkutik. Reyhan sempat melirik ke arah kamar utama, kamar yang sudah dihias sedemikian rupa oleh pihak Keluarga untuk ditempati oleh pasangan pengantin baru. Hardin dan Katrina.