Home / Romansa / CINTA LELAKI DISABILITAS / Romantisme Dua Sejoli

Share

Romantisme Dua Sejoli

last update Last Updated: 2021-09-10 14:25:21

Gadis Muda itu bangun subuh, ingin memasak sesuatu untuk dibawa ke Rumah Sakit. Ia kebingungan menu apa yang boleh dimakan oleh Bang Fikar. 

"Daripada bingung, lebih baik aku tanyain Ibu Bang Fikar." gumamnya. Lalu mencari kontak Ibu dan mulai menekan panggilan. Dua kali dering langsung diangkat. 

"Assalamualaikum, bagaimana kabar Ibu? Ini Zola mau tanya. Apa jenis makanan yang boleh dimakan Bang Fikar?" Ujar Zola to the point. Takut mengganggu istrahat Ibu. 

"Waalaikumussalam, Alhamdulillah Baik. Ikan Gabus. Diolah jadi apa gitu, biar nggak ketahuan Fikar, soalnya dia nggak suka." Jawab Ibu pelan. 

"Oh, baiklah Bu! Aku cari dulu ikannya." Zola mematikan sambungan telpon. 

Lalu melangkah ke dapur. Zola kebingungan. Dia juga nggak suka Ikan Gabus apalagi megangnya, geli jijik. 

"Ih ... Coba cek kulkas dulu, semoga nggak ada!" lirih Zola pelan. 

Ketika tangan Gadis itu sibuk membongkar semua plastik yang ada dikulkas. Tetapi tidak ditemukan rupa gabus itu. "Ah, tumben Emak nggak nyetok," ucap Zola riang. Jadi dia punya alasan tidak membawa ikan gabus. 

----------------

Di depan cermin gadis itu berkaca memperbaiki hijabnya dengan style gamis modern berwarna coklat dipadukan hijab warna krim muda, menambah kesan elegan pada tampilannya. Tidak lupa tas hitam bertali tipis sebagai pelengkap.

Zola berjalan ke arah motornya yang baru saja dipanaskan! Setelah berpamitan dengan Ibu. Tak lupa rantang untuk membawa makanan. 

Sesampai di Rumah Sakit masih pukul 07 pagi. Ia bergegas masuk sebelum pagar dikunci sebab bukan waktu untuk kunjungan pasien. Tampak Ibu sedang duduk dilantai, zola mencium tangannya takzim lalu meletakkan rantang dihadapannya. 

"Sarapan dulu Bu," ajak Zola mendorong lembut rantang itu ke arah Ibu. 

"Apa isi di dalamnya Nak? Nggak usah repot-repot, kamu datang aja. Kami sudah senang." Sahut Bu Hasnah lembut. 

"Nggak kok Bu. Aku senang malah bisa kasih sesuatu. Ini yang paling atas Nasi, tumis kangkung campur teri pakai cabe rawit, dan ini sambal kentang campur teri," jelas Zola menunjuk deretan rantang.

Bu Hasnah hanya senyum. Mendengarkan penjelasan Zola yang terkesan lucu. 

"Oh ya Bu, boleh aku ke dalam nemani Bang Fikar?" 

Zola bertanya dengan tatapan penuh harap. Seolah memohon izin dari Ibu. 

"Boleh! Tapi gantian dengan bang Jeri ya," sahut Ibu kemudian. 

--------------------

"Assalamualaikum calon imamku! Apa kabar?" Sapa Zola dengan ceria ketika sampai di hadapan Fikar yang masih terjaga. 

Fikar merasakan debaran kebahagiaan menyambut kedatangan Sang Kekasih. Sudut bibirnya tak henti melengkung. 

"Nggak usah senyum begitu, ntar adek meleleh loh," Ujar Gadis manis itu lagi. 

Fikar tersipu malu, tertangkap basah sebab senyum sendiri.

"Abang Bahagia, Adek bisa datang," tukas Fikar tampak Sendu. 

"Jawab dulu dong salam Adek Bang," tegur zola dengan wajah manyun. 

"Waalaikumsalam ..." Jawab Fikar salah tingkah.

"Adek usahain buat datang, biar Abang semangat untuk sembuh." Zola berusaha menghibur dan menyemangati Kekasih hati.

Tiba-tiba datang seorang perawat. 

"Ehem ... Jadi ceritanya pujaan hati sudah berkunjung nih!" 

Mereka berdua hanya menanggapi dengan senyum malu-malu meong. 

----------------

"Abang sudah makan?" tanya Zola. 

"Nggak selera makan Dek, dari kemarin nggak lapar," sahut Fikar dengan ekspresi lemas. 

Matanya tidak sedikit beralih dari wanita yang sangat dia cintai. Ada rasa takut kehilangan, namun melihat kenyataan dari sikap Zola tidak ada perubahan, membuat lelaki itu sedikit tenang. 

"Kalau Adek suapin, Abang mau makan nggak? Adek bawa tumis kangkung pedas campur ikan teri. Boleh nggak ya?" tanya Zola dengan alis sedikit terangkat. Wanita itu berpikir resikonya. 

"Wah enak tu. Mau Dek, kalau dikit nggak apa-apa asal jangan ketahuan," Antusias Fikar. 

Zola tertawa pelan. Meskipun sedang sakit Bang Fikar tetap ngeyelan, sedikit sepertinya nggak masalah. Itulah yang dipikirkan gadis muda itu berlalu keluar ruangan. 

Setibanya Zola. 

"Ayo Bang, makan Adek suapin!" Kata Zola dengan tangan membuka kotak nasi milik Bu Hasnah. Lalu menyuapi Fikar. 

Walaupun kesulitan menelan makanan, demi menghargai usaha Sang Kekasih. Fikar tetap mengunyah perlahan. Setelah  empat suapan, ia sudah kenyang. 

Makanan tersebut banyak berlebih, hingga dihabiskan oleh Zola. Romantis bukan! Namun sayang belum resmi aja. 

Begitu banyak hal-hal manis lain yang dilakukan Zola, seperti memijat kepala, memotong kuku Fikar dan sebagainya. Tidak akan habis jika diceritakan. Ketika dua sejoli dimabuk cinta, dunia serasa milik berdua. 

Sakit bukan halangan untuk memberi semangat satu sama lain. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Bab 22 Si Manusia Jorok

    Rintik Hujan membasahi Kampung Bukit Lawas. Beberapa orang memilih untuk menarik selimut kembali karena pagi yang gelap dan cuaca yang tidak mendukung tidak memungkinkan mereka ke Kebun. Begitu juga Fikar! Dia tertidur sangat nyenyak hingga matahari mulai meuncul di sela pentilasi udara kamarnya.Semalaman, dia kelelahan menanti kabar Zola, yang mendiaminya sejak kejadian Video itu tersebar luas di jaringan sosial.Fikar mengisik mata, menatap sekitarnya yang sepi. Hanya rintik hujan yang menghiasi siang dengan cuaca dingin, tapi matahari tetap bersinar. Kata Orang Kampung itu hujan panas berarti membawa penyakit bagi yang terkena rintikannya yang tidak terlalu deras."Ah, Kesiangan. Begadang tapi tidak membuangkan hasil!" Dia mendengkus sebal. Lelaki itu beringsut ke pinggir kasur. Dia ingin membuat air menggunakan tempat yang tersedia di kamarnya. Kondisi tubuh besar dan kaki sakit, membuatnya kesulitan jika harus menempuh kamar mandi yang cukup jauh dari kamarnya. Sakit membuat F

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Bab 21 Keadaan Beby

    Di rumah mewah Perumahan Cendana. Seorang Wanita paruh baya dengan rahang mengeras dan wajah tegang menatap lekat gadis muda di hadapannya.Plak! Plak! Dua kali tamparan keras mendarat di pipi Gadis manis itu. Yang berhasil membuat Pipinya memerah bekasnya."Apa maksudnya ini, Beby?" teriak Bu Mawar, Ibunya Beby Annisa.Sungguh perbuatan Putrinya sudah melampaui batas. Seakan mencoreng nama baiknya sebagai Perempuan pekerja terhormat. Wanita itu melampiaskan amarah yang membelenggu terhadap putrinya dan juga ia merasa gagal sebagai orang tua. Semua fasilitas lengkap dia penuhi, apalagi kurangnya!Bukannya takut. Beby malah berbalik menatap ibunya sinis dengan senyum meremehkan. Apakah Ibu tidak sadar? Dia kurang kasih sayang dan perhatian selama ini."Kenapa kau berlagak seperti pela*cur murahan. Ibu malu Beby! Malu punya anak nggak punya harga diri kayak kamu!" bentak Bu mawar lagi.Dia terlalu gemas melihat Beby yang besikap pongah.Mawar menggeletukkan gigi, menahan geram. Namun,

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Masalah Baru

    Di dalam kelas IT C2"Teknologi bisa menaklukkan siapapun, membuat seseorang berambisi menciptakan sebuah karya ...." papar Seorang Dosen mengenakan kemeja Coklat itu di depan para Mahasiswa Jurusan IT.Sebut saja Namanya Dosen Narto yang dengan semangat 45 menjelaskan materi perkuliahan. Sorot mata tertuju padanya, kecuali satu Mahasiswa, Lelaki muda berkaca mata lensa itu sibuk pada pikirannya sendiri. Dia menatap kosong!"Jeri! Jeri!" Suara keras dan lantang sang Dosen tak mampu menarik perhatian Pemuda itu. Dia menatap sekilas lalu meneruskan lamunannya.Siapa yang tahu tentang masalahnya? Ya, Dia tengah memikirkan tahap menghentikan langkah penyebaran video asusila Adiknya."Jeri!" teriak Pak Dosen. Lagi, suara itu hanya angin lalu baginya yang sibuk dengan diri sendiri.Posisi duduk Jeri persis di pojok ruangan. Seseorang segera menyikut sikunya cukup keras. Ya, Dia teman yang duduk di sebelah Jeri."Apaan sih?" teriak Jeri kaget.Belum sempat temannya menjawab, tiba-tiba s

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Bab 19 Mantan Terindah

    Langkah gadis itu terburu-buru. Semakin dekat ke tempat meletakkan motor maticnya. Mata Zola menyipit, menyadari gantungan di dekat jok, ada sebuah bingkisan. Dia yakin itu dari Fikar, yang sengaja digantung tanpa sepengetahuan dirinya.Segurat senyum terlukis dibibir Zola, sembari membelakangi Bu Hasnah, Jeri dan Fikar. Bergegas dia menaiki kendaraan tersebut berharap agar segera hilang dari sana secepat mungkin. Sebelum melajukan motor, gadis itu menyempatkan diri tersenyum menghadap ke arah keluarga itu. Hanya Bu Hasnah yang membalas senyuman itu, sedangkan kedua putranya ... Entahlah. Wajah datar."Saudara kandung sama aja! dasar menyebalkan," desis gadis itu mengendarai roda dua membelah jalanan.Selepas kepergian Zola."Ayo masuk! ngapain pada berdiri di situ," kata Bu Hasnah berlalu.Kedua putranya hanya diam dengan wajah datar seperti sebelum

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Bab 18 Menikah?

    "Eh, Dek. Kapan nyampai? Kok nggak kasih tahu," tanya Fikar pelongo saat menyadari pemilik rasa tersenyum manis di depannya."Sebenarnya A----- " ucapan Zola terpotong oleh kedatangan seseorang.Tiba-tiba Jeri datang dengan aura dingin bak kulkas berjalan. "Eh, anak ingusan datang!" serunya menatap Zola yang saat itu menggunakan jilbab marun dengan pakaian gamis modern."Bang," tegur Fikar.Ekspresi yang ditujukan sang Adik membuat dia tak mampu menahan tawa geli."Pas kamu tidur. Dia chat melulu, berisik! ya, Abang suruh datanglah. Jangan OMDO doang," celoteh Jeri tanpa rasa bersalah sambil memasang wajah tampan kebanggaannya.Telinga Fikar terasa panas atas perkataan Abangnya yang berlalu sesuka hati tanpa pamit menuju arah dapur. Zola tercengang, "Ada ya manusia seperti itu? Sumpah nyebelin tingkat kabupaten," jerit gadis itu dalam

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Bab 17 Kedatangan Zola

    Ukuran badan Fikar yang proposinal sebab mantan anggota Damkar, sulit untuk diangkat ke atas, walaupun tak terlalu jurang, tetap saja mereka kesulitan evakuasi. Lima orang tak cukup untuk membantu memapahnya, butuh beberapa orang lagi. Posisi jatuhnya di tepi jalan sehingga bagi yang kenal bakal berhenti dan ikut turun tangan.Tubuh Fikar dibarikan kemudian di atas motor becak yang sudah terlebih dulu ditarik ke atas, dan kondisi tak rusak parah. Jeri melajukan kendaraan roda tiga itu menuju rumah, jarak yang dekat tidak memakan waktu lama.Tubuh Fikar segera diangkat ke kamarnya, dan dibantu menyandarkan pada pinggir tempat tidur. Kamar redup dan sedikit berantakan adalah tempat ternyaman untuknya.Sejak dipindahkan, ringisan yang keluar dari bibir Fikar tak kunjung berhenti. Semua menatapnya kasihan! Lelaki itu benci tatapan iba yang disuguhkan padanya. Daripada emosi, dia memilih membuang wajah ke arah lai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status