Share

2 - Bahasa Cinta

Kalau bicara tentang cinta, gue layaknya bocah ingusan dilepas sendirian negeri antah berantah. Kemana dan bagaimana gue harus mencari cinta? Tanyakan saja sekalian bagaimana alam semesta tercipta, gue sama butanya. Kepada siapa gue harus mencari jawab?

Ah bodoh sekali! Ayahanda dan ibunda tentu paham tentang cinta. Mereka pelaut kawakan yang telah mengarungi lautan rumah tangga bertahun-tahun, dengan bapak sebagai kapitan gagahnya dan ibu mualim-nya. Bahkan saking cintanya, dua tahun lalu mereka sempat merapat ke dermaga pengadilan agama, tempat orang-orang baris-berbaris untuk pecah kongsi. 

Ibu menggugat cerai bapak. 

Kala sidang dibuka dan Majelis Hakim berkata, “Bla..bla… [Nama ibu] sebagai  penggugat MELAWAN [Nama bapak] sebagai tergugat…,” gue merasa pengadilan ini berubah menjadi ring tinju. 

Ibu menangis tersedu-sedu. Berulang kali ia mengusap matanya yang basah. Kalau orang luar melihat pasti mereka akan memicingkan mata, mencibir, menghakimi bapak, suaminya pasti main dengan perempuan muda. Ia mengkhianati istrinya. Kasihan.  

Pengadilan tak serta merta mengabulkan sebuah gugatan. Masih ada sesi mediasi yang berupaya untuk merujukkan rumah tangga yang retak. 

Di depan seorang mediator, ibu menyampaikan alasan ia ingin bercerai, ia merasa sebagai seorang istri sudah tidak dicintai lagi oleh suaminya. Bapak cemberut dan berkata, “Kau sudah gila!” Ibu makin meraung dikatai gila. “Laki-laki tak bertanggung jawab tak bisa menghargai istri!” balas ibu sesenggukan. 

Ego bapak makin terinjak. Ia merasa difitnah. “Aku telah memberikanmu segalanya untuk membahagiakanmu, kau yang tak pernah merasa cukup!” 

Ibu menjawab, “Saya akui dia memang bekerja keras, tapi saya juga bekerja keras, tak pernah kau menghargai aku. Kau terlalu sibuk, selalu sibuk dan sibuk lagi supaya bisa berduaan dengan sekretarismu.” 

“Lihat kan pak, perempuan ini gila. Dia mengarang-ngarang akan perselingkuhan yang tak pernah ada. Silahkan cek hape saya, kalau ada bukti chat yang tak pantas antara saya dengan wanita lain, saya akan kabulkan gugatan cerai istri saya.”

“Pintar kau mengubur bukti. Tapi aku ada bukti foto kau makan siang dengannya!”

“Lah itu kan masalah kerjaan, kami harus buru-buru ke tempat klien. Untuk mempersingkat waktu kami makan bersama.”

“Alasan!”  

“Aku bangunkan kau rumah impian kita, aku belikan kau mobil, aku bawa kau dan anak kita liburan bersama ke tempat-tempat yang indah, aku belikan kau perhiasan. Inikah balasannya? Kau gugat aku cerai!? Dasar istri tak tahu terima kasih!”

“Kau yang tak tahu berterimakasih, aku memasak untukmu, mengurus rumah, mengurus anakmu, tak pernah kau bilang terima kasih, tak pernah menghargai. Kamu pulang, makan, terus tidur begitu saja. Kalau ngomong bicaramu cuma hemmm… hemmm…. Bilang sayang saja tak pernah. Cintamu sudah luntur! Main gila saja sana kau dengan sekretarismu!” 

Sang mediator tiba-tiba berdiri dari kursinya. Matanya memandang tajam ke ibu lalu ke bapak. Kemudian dia keluar dari mejanya, mendekati ibu dan melakukan sesuatu yang menggemparkan rimba persilatan. “Plak!” Ia menampar pipi ibu. Semua orang tercengang. Why? Jangan-jangan dia seorang misoginis, kaum patrialis pembenci kaum hawa. 

Kapitan gagah itu langsung berdiri, tak terima mualimnya diperlakukan seperti itu. Ia langsung mencengkram kerah sang mediator dan mengangkatnya, sampai kepalanya hampir masuk ke dalam lubang leher kemejanya. 

“Suami tolol! Tak berguna!” maki sang mediator, lalu menampar bapak juga. “Plak!” Rimba persilatan makin goncang. Ibu tak terima suaminya dikata-katai dan ditampar dengan sengit ia berkata, “Jangan ngomong sembarangan ke suami saya ya! Dia laki-laki yang baik, bapak keliru!” 

Kalimat itu langsung membuat semuanya terdiam dan hening.

“Kalau dia laki-laki yang baik, kenapa Anda minta cerai?” tanya sang mediator. Di saat itu tingkap-tingkap langit terbuka, menurunkan hidayah. Bapak dan ibu seperti tersambar petir dan tersadar. Ternyata mereka masih saling mencintai, yang mereka butuhkan hanyalah musuh bersama.  

Sang mediator tersenyum dan menenangkan bapak, “Saya hanya sedang menguji kalian. Bisa tolong lepaskan kerah saya?” Keduanya bingung. “Duduk, duduk, mari kita bicara dengan kepala dingin.” Ketiganya kembali ke kursi masing-masing. 

“Saya melihat permasalahannya. Bahasa cinta kalian yang berbeda. Bapak ini bahasa cintanya adalah action. Itu cara dia menunjukkan cinta kepada pasangannya. Tapi ibu bahasa cintanya adalah afirmasi, ingin mendengar kata-kata penghargaan. Sehingga meskipun bapak menunjukkan cintanya sebesar gunung, rasa cinta itu tak tersampaikan. Saran saya, bapak mulailah mengungkapkan cinta dengan cara yang dimengerti oleh istri bapak. Berikan dia pujian, akui hasil kerjanya, puji kecantikan dia, gunakanlah kata-kata. Dalam perihal istri bapak words are louder than action. Paham?”

Akhirnya bapak dan ibu tak jadi bercerai. Keduanya malah semakin lengket. Kadang keromantisan mereka terasa menjijikkan, membuat gue menggelinjang. Apalagi saat bapak mengucapkan kata-kata cinta ke ibu, gue merinding, seperti saat sepatu gue menginjak tai kucing. Gue tes cara bapak merayu, brrrrr… bulu kuduk gue berdiri. Tapi mungkin itukah cinta?

Baiklah gue akan mencoba meminta nasihat dari mereka. Daripada gue belajar dari film drama Korea atau sinetron FTV yang penuh daya halu menyesatkan. Lebih baik dari kedua orang tuaku, pelaku kehidupan yang nyata. Pastilah gue akan lebih sukses. Maka pergilah gue ke mereka untuk mendapatkan petunjuk. Akan tetapi gue segera tersadar, bahwa gue telah melakukan kesalahan sangat fatal. 

“Pacaran? Tidak ada kata pacaran sampai kamu lulus kuliah!” kata nyokap gue tegas. Statement itu pun didukung oleh bokap. Ternyata mereka penganut education first, love one hundredth lah (Pendidikan yang terutama, cinta urusan belakangan).  Bahkan ibu gue sudah memberikan kode peace. Bukan maksudnya mengajak berdamai, karena ujung dua jarinya itu ia dekatkan ke matanya, lalu ia arahkan balik ke mata gue. Yang artinya, ibunda akan mengawasimu.  

Wah, ini alamat jalan belakang. Bagaimana gue bisa mendapatkan kontrak eksklusif, kalau gue gak boleh pacaran untuk memahami intrik-intrik cinta? Kepada siapa lagi gue akan meminta nasihat cinta? 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status