terima kasih sudah membaca cerita ini :)
Arga mematikan alarmnya yang terus berdering, matanya masih mengantuk namun pria itu langsung beranjak dari tempat tidurnya. Pagi ini ada hal yang harus pria itu lakukan, jadi Arga memilih untuk mandi lebih dulu. Tidak butuh waktu lama, pria itu hanya mengguyur tubuhnya dengan air hangat karena pagi ini sangat dingin. Karena sengaja tidak membawa baju ganti, pria itu kembali menggunakan pakaian kemarin, namun kali ini akan ia tutupi dengan jaket yang ia bawa. Arga melihat pantulan dirinya di depan cermin, memastikan bahwa dirinya sudah tampan. Dengan semprotan minyak wangi, Arga menjadi lebih percaya diri. Sudah pukul delapan pagi, namun tidak terdengar suara Shenna sama sekali. Arga membuka pintu kamarnya, hendak menghampiri Shenna. Penasaran dengan apa yang sedang perempuan itu lakukan, Arga berdiri di depan pintu kamar asisten pribadinya. Mencoba mengetuk-ngetuk pintu itu, sudah lima menit pria itu menunggu, namun perempuan itu belum juga membuka pintu. Tok! Tok! Tok! Arga
"Habis ini mau ke mana pak?" tanya Shenna saat keduanya berjalan keluar dari mall. "Hotel." sahut Arga singkat. Shenna menundukkan wajahnya ke bawah, keinginannya untuk berkeliling di Bali pupus usai mendengar jawaban Arga yang sangat singkat. Keduanya duduk di dalam mobil dalam kondisi hening, tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut Shenna. Perempuan itu merasa ingin merebahkan dirinya yang kurang istirahat, rasanya benar-benar sangat melelahkan. Sampai di hotel, Shenna hendak masuk ke dalam kamarnya sendiri. Namun Arga menarik pergelangan tangan perempuan itu hingga menoleh padanya. "Buat kamu." ujar Arga menyerahkan satu kantong pakaian yang sempat mereka beli. Shenna mengerutkan jidatnya, bertanya-tanya kapan pria itu membeli baju yang sempat Shenna coba tadi. Ia pikir Arga hanya membeli untuk dirinya sendiri, ternyata ada satu pakaian yang ia beli untuk perempuan itu. Shenna masih dalam keadaan mematung, membiarkan tangan Arga tertahan di udara. "Cepet ambil.
Saat sampai di hotel, Shenna buru-buru menghubungi Kevin. Sebelumnya ia sudah menyiapkan kata-kata dengan harapan Kevin tidak marah padanya. Shenna: "Malem sayang." Shenna: "Lagi sibuk, sayang?" Biasanya Kevin akan merespon dengan cepat, Shenna jadi was-was karena sudah lima menit namun kekasihnya belum juga mengirim pesan balasan. Jangankan pesan balasan, di baca saja belum. Shenna masih setia menunggu, matanya terus melirik room chat yang tidak juga kunjung membalas pesan singkatnya. Merasa tubuhnya lengket, Shenna buru-buru mandi. Sembari menunggu balasan Kevin yang membuatnya agak takut. Kevin: "Engga kok, biasa aja." Kevin: *panggilan tak terjawab* Shenna sedang asik membasuh rambutnya yang sangat lengket, salah dirinya sendiri karena bermain air dengan Arga yang tidak mau kalah. Shenna mencium aroma rambutnya sendiri, "Wangi banget." pujinya pada diri sendiri. Shenna lalu mengganti bajunya dengan pakaian tidur, sudah malam, Shenna harus banyak istirahat karena ad
"Pak, staff yang lainnya bakal landing hari ini kan ya?" tanya Shenna saat keduanya sedang duduk menikmati sarapan mereka di hotel. Arga menganggukkan kepalanya pelan, masih setia menyantap makanan serta men-scroll video di salah satu aplikasi di ponselnya. "Kita yang jemput pak?" tanya Shenna lagi, kali ini lebih excited dari sebelumnya. Arga menghentikan kegiatannya, biasanya ia akan kesal setiap kali ada orang yang mengganggu waktu makannya. Namun kali ini berbeda, entah karena apa. Pria itu menatap pada perempuan yang masih menunggu jawaban, matanya terlihat jelas bahwa ada penuh harapan di sana. "Engga." balasnya singkat. Arga lalu kembali menikmati sarapannya, namun ada perasaan aneh dalam dirinya. Shenna bahkan tidak mengeluarkan suara setelah mendengar jawaban singkat Arga. Perlahan pria itu mendongak, menatap perempuan yang memperlihatkan tampilan wajah lesu di depannya. "Kamu kenapa?" tanya Arga pelan. Shenna yang tersadar langsung menggeleng, memberi tanda
Shenna sudah hampir tidak waras, pikirannya melayang mencari tahu ke mana Arga akan membawanya pergi. Pikiran negatif membuat perempuan itu jadi was-was sendiri, wajah Arga terlihat tidak bersahabat. Entah ada pikiran lain yang membuat pria itu jadi dingin seperti ini. Shenna baru bisa bernafas lega setelah duduk di dalam cafe mewah dengan pemandangan hijau di sekitarnya. Dengan segelas ice taro latte, matanya menatap pria yang kini duduk di depannya dengan tatapan tak bisa di baca. "Ngapain kita ke sini, pak?" tanya Shenna akhirnya angkat bicara. Arga terdiam selama beberapa detik, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan yang di lontarkan perempuan itu. "Pengen aja." balasnya begitu saja. Shenna mengerutkan kening, agak tidak percaya dengan jawaban yang ia dengar kali ini. Bagaimana bisa seorang Arga dengan wajah datarnya tadi, tiba-tiba mengetuk pintu kamarnya dan mengajak perempuan itu kebut-kebutan di jalan, hanya untuk mampir ke cafe ini. Tidak begitu peduli dengan al
Sejak tadi Shenna terus mondar-mandir di depan Arga, mereka sudah ada di bandara, menunggu kedatangan temannya yang lain. Sudah sepuluh menit, namun tanda-tanda kedatangan teman-temannya belum juga muncul. Arga yang melihat Shenna langsung menegurnya, "Bisa duduk manis aja ga? pusing saya liat kamu mondar-mandir terus" ketusnya dengan menyilangkan kaki kanannya di atas paha. Tidak menghiraukan keluhan Arga, perempuan itu langsung tersenyum usai melihat perempuan dengan hoodie pink datang. Shenna melambaikan tangannya saat melihat Indy dan kawan-kawan baru keluar. Perempuan itu langsung berlari menghampiri temannya yang lain. Meninggalkan Arga yang sejak tadi diam saja, pria itu melangkah dengan pelan menghampiri para karyawannya. Shenna memeluk Indy lebih dulu, "Haii mbak" sapanya penuh antusias. "Duhh padahal baru dua hari, tapi gua udah kangen banget sama lo Shen" ujarnya sambil menepuk punggung perempuan itu. "Selamat sore pak" ujar Mbak Indy menyapa Arga saat pria itu
Shenna bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan dokumen file-file penting yang pastinya di butuhkan oleh Arga. Perempuan itu mengambil baju formalnya untuk ia gunakan di pertemuan hari pertama. Meeting akan di lakukan di cafe modern yang memiliki private room. Shenna harus memperlihatkan bahwa dirinya juga berperan penting dalam kegiatan ini. Ia tidak boleh memakai pakaian sembarangan, karena penampilan juga harus memiliki nilai yang pantas. Dengan polesan natural di wajahnya, Shenna menambahkan lipstik lebih berwarna dari biasanya. Kini ia terlihat sangat cantik. Sebelum memulai meeting dengan klien, semua team harus berkumpul untuk mendiskusikan beberapa hal penting. Perempuan itu mengambil tas kerjanya, memakai heels yang tidak terlalu tingga lalu keluar dari kamarnya. Ia menghampiri kamar bosnya lebih dulu, mengetuk pintu dan memastikan bahwa bosnya masih ada di sana. Tok Tok Tok "Pak, udah bangun?" panggil Shenna dari luar. Namun tidak mendapat jawaban dari pria itu
Saat ini Arga dan para staffnya sedang menikmati malam di sebuah club besar yang ramai di kunjungi orang-orang. Mereka duduk di sofa melingkar sambil merayakan keberhasilan mereka hari ini. Semuanya mengangkat gelas bersama, "Cheers!!" teriaknya bersamaan. Shenna tersenyum, ia senang karena semuanya berjalan sesuai harapan. Arga bahkan tidak bisa menghentikan raut wajah kegembiraan di dalam dirinya. Mengikuti alunan musik dengan pengaruh alkohol, Indy berdiri hendak mencari tempat agar dapat menggerakkan tubuhnya. Diikuti dua temannya yang lain, kecuali Shenna dan Arga yang masih betah duduk di tempat mereka masing-masing. Shenna menatap Indy dari kejauhan, memastikan wanita itu tetap dalam pengawasan yang aman. Shenna sengaja hanya minum sedikit, alasannya karena ia tidap pernah minum alkohol sebelumnya. Hanya karena tidak ingin membuat teman-temannya kecewa, perempuan itu datang untuk ikut merayakan keberhasilan mereka. Arga kembali membawa sebotol alkohol, menuangkan sed