Pagi ini Shenna sudah bersiap untuk berangkat kerja, ia bangun lebih pagi dari hari biasanya karena sekarang dia sudah pindah jabatan menjadi asisten bos.
Desas-desus yang Shenna dengar membuatnya merasa ngeri, apalagi jika ia terlambat dan bos datang lebih cepat. Tamat sudah riwayat Shenna jika itu terjadi, karena dia sudah pasti akan di pecat hari itu juga.
Shenna harus sudah berada di kantor sebelum bosnya datang, perempuan dengan setelah kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam itu mengambil tas kerjanya.
Sebelum pergi Shenna kembali melihat penampilannya di depan cermin, tersenyum manis lalu berbisik pelan, "Sempurna"
Shenna lalu keluar dari apartemennya, melangkah dengan santai dengan senyuman manis yang tak pernah pudar dari wajahnya. Tidak salah orang-orang memanggilnya sebagai anak yang ceria, dan sangat ramah.
Ponsel yang ada dalam genggamannya bergetar pelan, membuat perempuan itu membuka pesan tersebut.
Kevin: "Good morning sayang"
Kevin: "Hari pertama jadi asisten bos. Semangat ya sayangku"
Kevin: "I love you"
Shenna tidak pernah tidak tersenyum setiap kali membaca pesan dari orang yang dia cintai, Kevin masih selalu manis seperti dulu.
Shenna: "Morning juga, sayang"
Shenna: "Aku harus berangkat sekarang, nanti aku kabarin lagi ya"
Shenna: "Love you too"
Shenna menutup ponselnya, lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
*
Shenna memarkirkan mobilnya di parkiran kantor yang sangat luas, masuk ke dalam kantor besar yang sudah ramai oleh karyawanan.
"Selamat pagi mbak" sapa Shenna pada Indy, perempuan yang menjadi sekretaris bos perusahaan ini.
"Hai Shen" balas perempuan itu dengan senyuman ramah.
"Gua denger lo jadi asisten pribadi bos mulai hari ini, ya?" tanya Indy, kabar itu cukup membuat heboh satu perusahaan pasalnya ini pertama kalinya bos mereka membutuhkan asisten pribadi.
Shenna membulatkan mata, tidak menyangka kabar itu tersebar luas. "Semua orang udah tahu, lagi rame juga di bahas sama karyawan lainnya" ujar Indy lagi, perempuan yang lebih muda dari Indy itu hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Pantas saja saat masuk ke dalam kantor itu, semua pandangan tertuju padanya. Shenna hampir saja overthinking, mengira dirinya membuat masalah baru.
"Semangat ya, gua harap lo bakal betah" ucap Indy sebelum akhirnya melangkahkan kakinya lebih dulu, meninggalkan Shenna yang masih terdiam.
Shenna membuka kenop pintu ruangan yang bertuliskan "CEO Room" sebelum itu ia menghela nafasnya kasar, menyemangati dirinya sendiri sebelum memulai pekerjaan yang baru.
"Terus, gua harus ngapain di sini?" tanya Shenna pada dirinya sendiri.
Perempuan itu sedikit bingung dengan kehadirannya di sini, dia buka office girl yang bertugas membersihkan ruangan ini. Lagi pula ruangan besar ini sudah sangat bersih, jadi kegiatan apa yang harus dia lakukan selagi menunggu kedatangan bosnya itu.
Shenna yang terlalu asik bergutit pada pikirannya sendiri, tersentak ketika mendengar suara langkah kaki masuk ke dalam ruangan.
"Ngapain kamu di sana" terdengar suara berat seorang pria yang menanyai kehadirannya.
Shenna terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba itu, "Eh, anu-" perempuan itu tidak tahu harus menjawab apa, kalimatnya terbata-bata sehingga pria bernama Arga itu kembali melangkahkan kakinya.
Arga duduk di meja kerjanya, sedangkan Shenna ia biarkan tetap berdiri. Sudah hampir lima belas menit, kaki Shenna terasa pegal karena terus berdiri tanpa melakukan apapun. Perempuan itu merutuki diri sendiri karena menggunakan heels untuk bekerja, mulai besok dia akan menggunakan sepatu saja.
"Saya ga bayar kamu buat jadi pajangan di sini" kata Arga dengan angkuh.
Shenna hanya bisa celingak-celinguk sendiri, ia tidak tahu apa yang harus di kerjakan sebagai seorang asisten. Katanya dia harus menuruti perintah atasannya, namun pria yang menjadi bosnya ini tidak memerintahkan apapun padanya.
"Maaf pak" sahut Shenna menundukkan kepalanya.
"Coba mundur lima langkah" suruh Arga, perempuan itu terlihat bingung namun tetap menuruti perintah pria itu.
Shenna melangkahkan kakinya mundur sesuai perintah Arga, hampir saja ia terbentur dengan meja yang ada di belakangnya.
"Sudah pak" ujar Shenna pelan.
"Kamu liat vas bunga yang ada di atas meja?" tanya Arga.
Tentu saja Shenna melihatnya, pertanyaan bodoh macam apa yang sedang Arga tanyakan padanya. Bahkan anak kecil juga tahu bahwa di atas meja itu ada vas bunga.
"Iya Pak" ujar Shenna, namun sejatinya di dalam hati perempuan itu sedang merutuki bosnya yang sungguh sangat menyebalkan itu.
"Geserkan vas itu agak ke kanan" suruhnya dengan santai.
Shenna mengikuti intrupsi Arga dengan baik, perempuan itu menggeser vas bunga itu ke kanan. "Sudah pak" jawabnya dengan sopan.
"Terlalu ke kanan, geser ke kiri" suruh pria itu lagi.
Shenna kembali menggeser vas bunga itu sesuai perintah, "Kanan" ujar Arga membuat Shenna menggeser vas itu lagi.
"Kurang bagus posisinya, agak ke belakang sedikit gesernya" suruhnya lagi.
Hanya karena sebuah benda bernama vas bunga saja, Shenna menghabiskan sepuluh menit untuk terus menggeser vas bunga seperti yang bosnya minta.
"Oke sip!" ujarnya menghentikan kegiatan Shenna.
Perempuan itu melihat ke arah vas bunga itu, sepertinya vas bunga itu kembali ke letak semula. Kenapa dia harus menghabiskan waktunya hanya untuk ini.
Arga kembali fokus pada pekerjaannya, membiarkan Shenna yang menganggur tidak tahu harus apa. Jika di suruh memilih, maka sudah pasti Shenna ingin bekerja seperti dulu lagi. Jobdesk yang sudah ditentukan membuatnya lebih cepat bekerja, daripada harus seperti ini.
"Bapak ada perlu apa lagi, biar saya ambilkan" tanya Shenna, berharap agar dirinya bisa keluar dari sini.
"Tidak usah, saya tidak butuh bantuan kamu" sahut Arga datar.
Jika bukan pria di depannya ini adalah seorang bos, maka sudah bisa di pastikan bahwa Shenna akan memulai pertengkaran sejak tadi. Ingin sekali rasanya ia memukul wajah sombong itu sekarang juga, namun ia harus sadar dengan statusnya.
Tok.. Tok.. Tok...
Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan, Shenna bersiap untuk melangkahkan kakinya untuk membuka pintu. Namun dengan cepat, suara Arga membuatnya mengernyitkan dahi.
"Mau ke mana kamu?" tanya Arga dengan nada beratnya.
"Saya mau buka pintu, Pak" sahutnya ragu-ragu.
"Kamu bekerja sebagai asisten saya, bukan sebagai penjaga pintu" ujar Arga menatapnya tajam.
Seorang yang mengetuk pintu tadi masuk ke dalam ruangan itu, ternyata mba Indy dengan berkas-berkas yang harus di tanda tangai bos mereka.
"Ada laporan yang harus di tanda tangani, Pak" ujar Indy dengan lembut.
"Ya" sahut Arga singkat.
Indy berdiri di sebelah Arga, menunggu pria itu menandatangani berkas yang ia bawa. Pandangan Indy terus memperhatikan wajah tampan ciptaan Tuhan yang sempurna ini.
Tampan, Pintar, Gagah, Berwibawa, Keren, Kaya raya, dan yang paling wow adalah sudah menjabat sebagai CEO di usia yang masih terbilang muda.
Siapa yang tidak kepincut dengan perawakan tegas yang nampak sangat hebat ini, siapapun akan jatuh hati meskipun hanya melihat Arga dalam satu pandangan.
Juga tidak perlu khawatir akan hidup susah, karena sudah di pastikan hidup mereka akan bahagia hingga tujuh turunan, delapan tanjakan, sepuluh belokan.
"Ngapain kamu masih di sini" ujar Arga dengan matanya yang menatap tajam ke arah Indy yang sejak tadi memperhatikannya.
"Silahkan pergi" ujarnya mengusir.
"Ah-" Indy tidak melanjutkan kalimatnya, ia langsung mengambil laporan yang sudah di beri tanda tangan.
"Baik pak, terima kasih" ujarnya lalu buru-buru pergi.
Shenna yang melihat kejadian itu hanya menundukkan kepalanya, ucapan Arga benar-benar menyakiti hati. Tidak bisakah ia menyaring kalimatnya sebelum berkata pada orang lain.
*
Arga menghentikan pekerjaannya sejenak, pria itu menatap ke arah Shenna yang masih berdiri dengan tegap.
Matanya memperhatikan pakaian Shenna dari atas hingga bawah, membuat Shenna yang menyadarinya menatap aneh pada pria itu.
"Kamu norak sekali" ujar Arga membuat Shenna terkejut dengan pernyataan itu.
"Pakaian kamu benar-benar seperti anak magang" komentarnya lagi.
"Maaf, maksudnya bagaimana ya pak?" tanya Shenna kurang paham.
"Kamu tuli? masa gitu aja ga dengar" sungguh sangat pedas sekali kalimat pria itu, membuat Shenna harus makan hati mendengarnya.
"Maaf pak"
"Maaf itu template kamu ya? kayaknya saya denger kamu minta maaf terus kerjaannya" tanya Arga sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
"EH-" Shenna belum menyelesaikan kalimatnya, namun sudah dipotong oleh pria itu.
"Selain kata maaf, kamu juga suka ngelag ya. Budeg apa gimana?" ketus Arga lalu bangkit dari tempat duduknya dan pergi.
Shenna hanya memperhatikan pria itu membuka pintu dan keluar dari ruangan ini. Shenna mengepalkan tangannya kuat-kuat, meghembuskan nafasnya perlahan-lahan, merapalkan kalimat-kalimat positif yang sempat Kevin kirim padanya.
Satu kalimat yang tidak akan pernah Shenna lupa, kalimat yang sempat Kevin ucapkan ketika Shenna merasa sedih karena masalahnya dulu.
"Jangan pernah lupa buat selalu senyum, sekalipun kamu punya masalah yang berat. Apapun yang terjadi, jangan biarin senyuman kamu sirna gitu aja. Dunia pantas buat lihat senyuman manis kamu yang tiada duanya"
Shenna tersenyum ketika kembali mengingat kalimat itu, ia kembali mengatur nafasnya perlahan.
"Sabar, sabar, sabar" ulangnya terus dengan suara pelan.
"Ga boleh marah, Ga boleh marah" ujarnya menahan kekesalan dalam dirinya.
terima kasih sudah membaca cerita ini! jangan lupa berikan dukungannya dengan klik vote dan lanjutkan membaca bab selanjutnya!
"Shenna" panggil Rena melambaikan tangannya pada Shenna yang baru saja keluar dari ruangan bosnya. Shenna yang merasa dipanggil langsung menolehkan kepalanya, perempuan itu memberikan seulas senyuman ketika mengetahui siapa yang memanggilnya. "Makan siang?" tanya Rena saat Shenna melangkahkan kakinya menghampiri perempuan yang berdiri di samping tangga. Shenna memberikan anggukan pelan, lalu mengikuti Rena yang berjalan menuju kantin. Makanan yang ada di kantin ini gratis, para karyawan bebas mengambil sesuka hatinya. Shenna mengambil satu paket makan siang yang sudah di siapkan. Dua perempuan yang sudah memegang makan siangnya memilih tempat duduk paling pojok untuk menghabiskan makanannya. Tidak lama setelah mereka berdua mulai makan, teman-temannya yang lain mulai berdatangan. Mereka duduk di bangku yang sama dengan Shenna dan juga Rena, ada banyak cerita yang mereka bicarakan. Termasuk satu anak baru yang sekarang mengambil posisi Shenna dalam tim, Shenna kira awalnya p
Sepulang dari kantor, Shenna melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Perempuan dengan earphone yang terpasang di telinganya itu menghentikan mobilnya di parkiran mall. Seperti perintah bosnya ia harus mengganti pakaiannya jika ingin kembali bekerja di sana, dengan langkah kesal perempuan itu memasuki area mall yang ramai pengunjung. Shenna kembali ke tempat ia membeli baju kerja saat bersama Kevin waktu itu, "Pakaian kayak gimana yang katanya ga norak?" tanya Shenna pada dirinya sendiri. Sebagai referensi, Shenna melihat foto yang sempat ia ambil bersama rekan kerjanya beberapa hari lalu. Saat kembali melihat foto itu, Shenna merasa pakaiannya cukup sopan dan terlihat bagus. Apa karena hanya dirinya yang memakai celana panjang sendirian sedangkan rekannya yang lain menggunakan rok? Padahal katanya perusahaan membebaskan cara berpakaian karyawannya asalakan sopan. Kenapa tiba-tiba sekali pria itu mengubah aturan seenak jidatnya. Daripada berlama-lama di sini, Shenna men
Shenna merasa kurang percaya diri menggunakan rok untuk pergi bekerja, namun saat ia mengirim foto dirinya pada Kevin, laki-laki itu memuji penampilan Shenna, membuat dirinya mendapat kepercayaan bahwa ia cocok menggunakan pakaian itu. Shenna: "Send a picture" Shenna: "Jelek banget ya kalau aku pake rok gini?" Shenna: "Ga suka :(" Kevin: "Cantik" Shenna: "Seriusan?" Kevin: "Lima ribu rius" Kevin: "Percaya sama aku, kamu cocok banget pake rok itu" Shenna: "Hahaha, aku percaya sama omongan kamu" Kevin: "Apapun yang kamu pake selalu keliatan cantik kok, Shen" Kevin: "Jangan dengerin omongan orang lain" Kevin: "KAMU CANTIK BANGET!" Shenna: "kenapa capslock siii, jadi takueet dechh" Kevin: "Gaoaoao" Shenna: "Yaudah nanti kita chatan lagi ya, aku mau berangkat dulu" Kevin: "Iya, semangat kerjanya sayangku" * Sesampainya di kantor, Shenna disambut dengan tatapan oleh para karyawan yang lainnya. Melihat tatapan tidak biasa membuat perempuan dengan catolan jedai di ra
"Siapa yang suruh kamu ambil minuman ini?" tanya Arga menatap sebotol minuman yang Shenna bawa. "Tadi bapak bilang haus kan, jadi saya ambilin minum. Kalau dilihat dari tampangnya sih, orang-orang seumuran bapak ini masih suka sama yang namanya minuman kemasan kayak gini" sahut Shenna enteng. "Ini bukan hasil cap-cip-cup kamu kan?" ujar Arga mengintrogasi. "Ya bukan lah pak, ini diambil sesuai dengan riset yang saya lakukan" elaknya cepat. Mungkin jika Arga tahu bahwa Shenna hanya asal-asalan mengimbali minuman, pria itu akan kembali berulah mengomentari banyak hal. "Tapi saya ga suka minuman ini" ujarnya setelah mendengar penjelasan Shenna panjang lebar. "Kenapa? saya ngambilin minuman ini harus berdiri di depan kulkas lima menit loh pak, mohon hargai usaha saya dong" sahutnya meminta simpati. Memang pria tidak punya hati nurani, mana peduli Arga dengan kalimat yang Shenna lontarkan itu. Dia tetap bersikeras tidak menerima minuman yang Shenna bawa. "Saya mau minumannya d
Shenna yang hendak masuk ke ruangan bosnya terhenti ketika Indy memanggil namanya. "Kenapa mbak?" tanya Shenna menghampiri Indy. "Minta tolong ya Shen, mintain tanda tangan buat laporan ini" ujar Indy memberikan kertas-kertas itu pada Shenna. "Gua kebelet banget, tapi harus cepet-cepet minta tanda tangannya. Tolongin banget ya" ujar Indy lagi. "Iya mbak" sahut Shenna mengambil laporan itu. "Oh iya, satu lagi, tolong ingetin sama bos kalau siang ini bakal ada meeting ya" tambah Indy sebelum pergi. Shenna yang sudah paham langsung kembali masuk ke dalam ruangan bosnya, "Selamat pagi kak, ini ada laporan yanh harus bapak tanda tangani" ujar Shenna mendekatkan laporan itu pada Arga yang sedang terlihat serius di depan layar laptopnya. "Kenapa kamu?" tanya Arga. "Maksudnya?" sahut Shenna bingung. "Kenapa kamu yang bawa laporan ini? ini kan bukan tugas kamu" sahut Arga menghentikan kegiatan kerjanya. "Oh iya, kebetulan mbak Indy lagi ada panggilan alam jadi minta tolong sama
Kak Rena: "Shen, lo di mana?" Kak Rena: "Pak Arga nyariin lo tuh" Shenna yang masih di dalam toilet langsung mengusap air matanya dengan cepat, ia membasuh wajahnya di washtafel dan sesegara mungkin langsung pergi ketika membaca pesan masuk yang di kirim oleh Rena. "Duh, gimana nih" ujar Shenna pelan. "Yakin sih, ini bakal jadi hari terakhir gua di sini, gua pasti bakal dipecat secara tidak hormat" tambahnya lagi. Dengan langkah malas, perempuan itu berjalan dengan rambutnya yang basah karena kena cipratan air saat membasuh wajah tadi. Shenna mengetuk pelan pintu ruangan kerja bosnya, "Masuk" saat mendengar jawaban dari Arga, Shenna membuka pintu itu perlahan. Ia sudah siap menerima konsekuensi pada perbuatannya yang tidak sepenuhnya salah, mungkin setelah ini Shenna akan merengek pada orang tuanya agar membantu masalahnya yang cukup serius ini. "Darimana aja kamu?" tanya Arga datar. Pandangan pria itu tidak menoleh pada Shenna, melainkan menatap berkas yang ada di atas
Shenna berjalan memasuki area kampus yang cukup ramai, hari ini ia harus menyetor tugas kuliahnya yang sudah ia kerjakan. Sudah lima menit ia menginjakkan kaki di kampus, namun tanda-tanda kehadiran Tiara belum juga nampak. Kemana perempuan yang bilang bahwa dirinya sudah di jalan, mengapa dia belum juga datang. Shenna dan Kevin tidak berada di jurusan yang sama, kekasihnya yang tampan itu memilih manajemen bisnis sebagai jurusannya. Jika diingat-ingat, pertemuan mereka terbilang cukup unik. Saat itu Shenna sedang duduk di kantin sendirian, menunggu Tiara yang sedang pergi ke toilet. Tiba-tiba saja Kevin datang dan duduk di depannya, dengan segelas lemon tea. "Numpang duduk boleh?" tanya Kevin saat itu. Shenna yang tidak bisa menolak akhirnya menganggukkan kepalanya, membiarkan laki-laki itu duduk di tempat yang sama dengannya, sembari menunggu Tiara yang sebentar lagi datang. Kehadiran Kevin awalnya cukup membuat Shenna tidak nyaman, karena laki-laki itu terus saja menatapny
Saat akan melangkahkan kakinya menuju taman, Shenna tidak sengaja bertemu dengan senior yang paling ia benci di kampus ini. "Hai Shen" sapa laki-laki itu dengan senyuman yang membuat Shenna ingin muntah melihatnya. "Udah lama ga ketemu, kamu apa kabar?" tanya Martin membuat Shenna benar-benar merasa sangat tidak nyaman. "Bisa minggir ga?" ujar Shenna karena saat ini Martin sengaja berdiri di depannya, sehingga tidak ada akses untuk Shenna lewat. "Judes banget sih Shen" sahut Martin dengan wajahnya yang menyebalkan itu. "Kamu sama Kevin, masih pacaran?" tanya Martin tiba-tiba. "Kalau masih, kenapa emangnya? ada masalah?" balas Shenna. "Aku cuma kasihan aja sih sama kamu, jangan terlalu percaya sama Kevin" "Saran doang sih Shen, ga di dengerin juga gapapa" ujar Martin lagi. Sungguh, ingin sekali rasanya Shenna menendang tubuh laki-laki itu agar memberikan ruang untuk Shenna pergi. "Kalau kamu sama Kevin ada masalah nanti, kamu bisa cari aku ya Shen. Hati aku masih sam