Agha berlari dan bersembunyi seperti perintah Andra. Andra hanya duduk dan menikmati ketakutan sang mangsa.
"Sembunyilah seperti seekor tikus."
"Karena aku pasti akan menemukanmu," ucap Andra tersenyum sambil berkeliling memutari bongkahan bongkahan kotak kayu di dalam gudang tersebut.
Keringat dingin membasahi tubuh Agha.
Darah terus mengalir dari lehernya. Ia mencoba bersembunyi di balik tumpukan kotak kayu.
Dan tiba-tiba sepasang mata mengarah padanya sambil tersenyum.
"Ini untukmu!!" Andra melukai pundak tangan Agha dengan pisau miliknya. Agha pun kembali lari dan bersembunyi.
Tapi Andra membiarkan mangsanya kembali berlari dan menghindari dirinya.
Ia sangat menikmati melukai mangsanya pelan-pelan.
"Rasanya sungguh menyenangkan!" Seru Andra sambil duduk santai menikmati hiburannya.
Rasa takut dan erangan kesakitan membuat hati Andra sangat terhibur.
"Sembunyilah selagi kamu mampu!" Teriak Andra.
Andra mulai menyalakan rokok di saku celananya. Bak tak terjadi apapun dia begitu santai dan tenang melihat ketakutan targetnya.
"Sialan aku harus segera kabur dari sini."
"Tapi darah ku terus mengalir dan tanganku begitu sakit."
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumam Agha sambil memegangi tubuhnya yang terluka.
"Sampai kapan aku harus sembunyi dari manusia iblis seperti dia."
"Ataukah aku akan berakhir seperti ini." Agha merasa putus asa dengan keadaannya. Dan tiba-tiba terdengar suara Andra tertawa. Aku akan menunggumu keluar atau kamu memilih mati kehabisan darah di sana tikus kecil!" Ledek Andra sambil menghisap rokok di tangannya.
Teriakan Andra membuat Agha semakin merasa tertekan. Dan iapun memutuskan keluar dari persembunyiannya.
"Aku tahu kamu menginginkan kematianku tapi kenapa kamu tidak langsung menghabisiku pecundang!!"
"Kenapa kamu mempermainkanku!!"
"Ku rasa kamu bukanlah manusia!!!" Agha menyeringai sambil memegangi bahunya yang terus mengeluarkan darah segar.
"Aku bukan manusia ... aku merasa tersanjung!!"
"Aku memang bukan manusia karena aku adalah iblis yang akan menghukummu dengan caraku!!"
"Aku tidak akan membiarkan anda mati secepat itu."
"Aku akan membuat anda merasakan sakit perlahan lahan hingga nafas anda terhenti di tenggorokkan."
Andra berjalan mendekati Agha yang berusaha mengadakan perlawanan. Akan tetapi karena luka di tubuhnya gerak laki-laki itupun terbatas.
Pukulan dan tendangan Agha mampu di tangkis Andra dengan sangat mudah. Hingga Agha tidak memiliki tenaga lagi. Tubuh lelaki itu jatuh tersungkur disambut dengan tawa Andra yang menggema keseluruh sudut ruangan.
"Menarik ayo bangun!"
"Apa hanya segitu perlawananmu?"
"Tikus kecil yang menyedihkan!" Ledek Andra kepada Agha yang sudah tidak lagi berdaya.
"Cepat habisi aku!"
"Aku tidak ingin mati dalam permainan kotormu!!!!" Teriak Agha sambil menahan rasa sakitnya.
"Hahahhah!!!!"
"Apa kamu fikir aku akan berbaik hati membunuhmu langsung seperti inginmu...?"
"Jangan mimpi!"
"Aku tidak akan biarkan itu terjadi aku sudah bilang berkali-kali aku ingin menikmati erangan kesakitan keputus asaan dan juga ketakutanmu jadi jangan paksa aku Tuan!"
Lagi-lagi Andra tidak memenuhi ingin dari seorang Agha.
Andra benar-benar menyiksa laki-laki itu perlahan.
Entah apa yang merasuki Andra yang tiba -tiba bisa sekejam itu. Melihat mangsanya tak berdaya ia bangkit dan mencopot kuku jari tangan Agha satu persatu hingga teriakan kesakitan Agha terdengar begitu menyeramkan.
"Ampuuuuun!!!"
"Hen... tikan... sakit!!!!!" Teriak Agha tapu Andra hanya duduk menatap tanpa rasa iba sedikit pun.
Hingga Agha benar-benar menghembuskan nafas terakhirnya.
Andra lalu bangkit menyeret jasad Agha dan memutilasinya menjadi bagian-bagian kecil. Lalu ia menyalakan api dan mulai memasak bagian jasad dari Agha.
Setelah lunak Andra memisahkan daging dengan tulangnya. Di kemasnya daging itu kedalam kantong plastik lalu tulangnya ia masukkan ke dalam karung. Ia membersihkan kembali ruangan itu. Hingga tak ada noda darah ataupun bemda yang dapat menggiringnya ke dalam sel penjara. Setelah selesai Andra segera naik ke dalam mobilnya. Ia menuju ke rumah sewanya. Di sana ia memberikan daging yang di bawanya pada anjing-anjing di dekat rumah sewanya. Sedangkan tulang yang ia bawa ia letakkan di sebuah cetakan berukuran besar dan ia mulai mengambil semen dan menimbun tulang tersebut sampai tak terlihat. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu.
"Tok... Tok .. Tok!!!"
"Tuan Andra ini makanan tuan!!" Terdengar panggilan dari depan pintu kamar Andra yang membuyarkan lamunan anak itu.
"Iya sebentar!" Teriak Andra sambil bangkit menuju pintu kamarnya.
Andra meraih gagang pintu itu dan mempersilahkan pelayan itu untuk masuk.
"Letakkan saja makanan itu di sana!" Tunjuk Andra ke arah meja di samping tempat tidurnya.
"Baik tuan saya permisi dulu jika anda membutuhkan sesuatu silahkan beritahu saya." Pesan pelayan itu sebelum meninggalkan kamar Andra.
"Terimakasih silahkan pergi!!" Balas Andra. Andra kembali menutup pintu kamarnya sesaat setelah pelayan itu melenggang dari ruangan.
Lamunan Andra saat masih hidup di jalanan hingga saat menjadi pembunuh bayaran membuat dirinya terdiam. Kisah Agha adalah korbannya yang paling tragis. Dengan sekujur luka yang luar biasa parah yang ia hadiahkan untuk orang yang sebenarnya tak dikenalnya.
"Kenangan itu datang seperti kutukan."
"Aku bisa menghabisi nyawa Agha tanpa rasa takut atau iba."
"Untuk sesaat aku merasa bukan seperti manusia."
"Lucu... kemana hatiku pergi kala itu?"
"Aku tak tahu," gumam Andra sambil berseringai.
Andra sadar betapa kejam dan sadis dirinya dalam menghabisi nyawa korbannya.
Andai ia tahu fakta ke dua orang tuanya sejak awal mungkin ceritanya akan berbeda.
Kebenciannya dan dendam merubah Andra remaja menjadi seorang psikopat yang tak memiliki hati. Yang membuat para korbannya menangis bersimpuh ketakutan dan memiliki luka yang luar biasa di sekujur tubuh mereka karena ulah Andra. Lamunan Andra membuat dirinya merasa sejenak bersalah dan menyesal. Tapi semua sudah lewat dan Andra bukan tipe orang yang suka meratapi nasibnya.
"Semua tinggal cerita!"
"Mereka pantas mendapatkannya."
"Apa yang aku lakukan dulu bukan salahku tapi salah mereka!"
"Kesakitan mereka benar-benar sangat menghiburku sudah lama sekali aku tidak melakukannya lagi."
"Jika benar Alexs dalang ini semua aku akan menghabisinya tanpa ampun."
"Tidak akan aku biarkan dia hidup tenang setelah menghancurkanku dan merampas ayah angkatku."
"Aku bersumpah akan membuatnya merasakan setiap hari-hari terberat dalam hidupku."
"Aku akan membuatnya menangis dan memohon untuk setiap desahan nafasnya."
"Aku yang akan membalaskan semuanya ini sumpah seorang Andra!" Andra bermonolog dalam hati. Tangannya mengepal seakan siap meluncurkan pukulannya. Dendam semakin membara dan membakar hati anak itu.
Ia merasa sosok iblis dari dalam dirinya kini bersiap bangkit kembali. Sosok yang telah merampas banyak nyawa dengan sangat mengerikan itu kini seperti haus darah dan bersiap memangsa para korban berikutnya. Andra merasa semua yang ia lakukan itu hal wajar padahal yang ia lakukan benar-benar tanpa hati nurani.
Dua pasangan itu pun berlalu meninggalkan pantai dan berjalan menuju mobil untuk mencari rumah makan. Di dalam mobil pun tak ada perbincangan hingga suasana sangat sunyi. Sampai akhirnya Andra membuka suara. "Maaf anda mau makan dimana, Tuan?" tanya Andra sopan. "Ehm dimana ya, sayang menurut kamu, kita enaknya makan apa?" Dion malah balik bertanya pada Diandra yang asyik melamun. "Terserah kamu saja," balas Diandra lembut. "Kalau begitu di rumah makan terdekat saja, dari pada keburu kelaparan," sahut Dion yang masih menggenggam tangan Diandra. "Baik," jawab Andra. Andra melajukan mobilnya menuju tempat sesuai tujuan sang tuan. Tak butuh waktu lama mobil itu pun terhenti. Kedua pasangan itu turun dari mobil. Mereka berjalan masuk ke dalam restoran dan memesan beberapa menu, Dion mengajak Andra bergabung bersama dalam satu meja dengan dia dan Diandra. Tak berapa lama menu pesanan mereka pun tiba, mereka pun bersiap menikmati hidangan. Andra duduk di depan Diandra sedangkan Dio
Andra menatap ke arah Diandra yang masih mengalungkan kedua tangannya di leher Dion, dan pura-pura tak melihat bodyguardnya tersebut. "Apa kalian sedang menggunakan kami untuk memanas-manasi satu sama lain," bisik Lyli. Andra tersenyum frik kembali. Ia seakan tak ambil pusing dengan sikap mantan kekasihnya tersebut. "Apa menurutmu dia cemburu?" Andra menatap Diandra tanpa ekspresi apapun, laki-laki itu kembali menghisap rokok di tangannya tanpa menoleh ke arah Lyli yang sedari tadi duduk di sampingnya. "Ku rasa ia cemburu," balas Lyli. "Dia terlalu bodoh untuk bersandiwara," sahut Andra. "Ya, dia tak sepertimu yang terlalu ahli sampai seperti tak punya hati!" timpal Lyli. "Hatiku sudah lama mati," sahut Andra seakan tanpa dosa. "Kau bahkan menciumku, aku bisa saja salah mengartikan sikapmu itu. Bagaimana bisa kau melakukannya saat kau tak ada perasaan apapun terhadapku," ujar Lyli sambil mengeryitkan keningnya. "Mudah, aku hanya menganggapmu patung yang bisa aku mainkan sesu
"Maaf ini tujuannya kemana?" tanya Andra. "Ke pantai saja," sahut Diandra"Apa kau tak keberatan?"Diandra memalingkan pandangannya kepada Dion yang duduk di sampingnya. "Tentu saja tidak, aku akan menemanimu kemana pun kamu mau," balas Dion. "Baguslah, kalau begitu cari pantai yang paling bagus pemandangannya!" titah Diandra pada Andra yang sedang fokus mengemudikan mobilnya. "Baiklah!" balas Andra. Tiba-tiba tanpa banyak bicara Lyli mengusap keringat di kening Andra dan itu membuat Diandra yang duduk di belakangnya langsung terperangah. "Kau tidurlah, tak usah repot membasuh keringatku!""Aku tak ingin mengotori tanganmu yang lembut," ucap Andra. Perasaan Lyli makin tidak terkontrol, gadis itu dibuat terus berbunga-bunga seakan ada banyak petasan di dalam dirinya yang siap membuatnya meloncat kegirangan. "Astaga.. untuk sejenak aku ingin melupakan jika ini hanya sandiwara. Andai kata-kata itu nyata untukku, aku akan jadi wanita terbahagia saat ini. Sudah lama aku menantikan
Diandra membalas pelukan Dion sambil melirik ke arah Andra. Tampak wajah Andra datar tak berekspresi mematahkan ekspetasi seorang Diandra yang berharap ia dapat melihat kekesalan di wajah Andra. Tapi pada kenyataannya laki-laki itu sama sekali tak menunjukkan kekesalan yang ada ia tampak acuh, meski dalam hati Andra ia sangat kesal. Laki-laki itu sangat pandai menyembunyikan perasaan amarahnya. "Sial.. dia sama sekali tidak perduli!""Jadi selama ini apa?""Aku benar-benar salah menilai dia!" umpat Diandra dalam hati. Perlahan gadis itu menjauhkan kembali tubuhnya dari Dion. "Ehm.. sudah malam apa kamu tidak ingin pulang?" tanya Diandra yang lelah dengan sandiwaranya. "Apa kau tidak suka aku disini?" tanya Dion. "Bukan begitu, hanya saja ini sudah malam. Besok kita kan bisa ketemu lagi," balas Diandra. "Baiklah.. tapi janji ya besok kita jalan!" cetus Dion. "Hm.. iya," balas Diandra. Andra hanya terdiam mematung berdiri di belakang pasangan baru tersebut. Dion mengusap lembu
"Keluarlah dari ruangan ini!" usir Andra. "Kau tak perlu terus menerus mengusirku, itu sama sekali tidak sopan.""Apa kau yakin menyuruhku pergi? Aku rasa kau akan membutuhkan bantuanku lagi," kata Lyli sambil tersenyum. "Aku lelah aku butuh istirahat!" sahut Andra. "Oke, jika butuh bantuan hubungi aku!" Gadis itu akhirnya menyerah dan pergi meninggalkan kamar Andra. Di tempat berbeda Diandra menemui sang ayah. "Yah, Dion datang jam berapa?""Aku akan menemaninya berbincang," ucap Diandra. Sontak sang ayah pun terkejut karena belum lama gadis itu ke ruangannya dan menyatakan ketidak setujuannya. "Nanti jam tujuh, tapi kenapa kamu berubah fikiran?" Angkasa mencoba mengulik alasan dibalik perubahan sikap sang putri."Aku menolak karena ada hati yang harus ku jaga, tapi sekarang hati itu telah berpindah tempat," balas Diandra. "Maksud kamu apa?" Angkasa mengeryitkan keningnya tak mengerti arti kalimat sang putri. "Nanti ayah juga akan tahu sendiri," balas gadis itu. Malam pun
"Andra adalah kekasih Diandra, dan dia sedang terluka. Bagaimana bisa Diandra malah menemani pria lain saat kekasih Diandra dalam kondisi tidak baik-baik saja Yah!""Saat Andra baik-baik saja pun Diandra tak akan mau duduk berbincang dengan pria lain apalagi di saat seperti ini, maaf jika ini yang ayah ingin bicarakan dengan Diandra, ayah tahu betul apa jawabannya. Diandra permisi Yah!" Gadis itu bangkit dan tak memperdulikan reaksi sang ayah sedikit pun. Diandra nampak sangat kesal ia pun memutuskan untuk pergi ke ruangan Andra. Diandra membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan Andra. Tapi matanya terbelalak saat melihat Andra yang terbaring sedang ada dalam dekapan seorang wanita. "Ehem..!"Gadis itu berdeham membuyarkan kegiatan di hadapannya. "Ah.. maaf!" ucap Lyli sambil bangkit berdiri menatap sepasang mata yang seakan siap menerkamnya. "Kamu siapa?" tanya Diandra tanpa basa-basi. "Aku Lyli cinta pertama Andra!"Lyli mengulurkan tangan kepada Diandra, tapi gadis