Share

71. Diam-Diam

Author: Sayap Ikarus
last update Huling Na-update: 2025-04-27 10:46:24

Rai mematung kaku di pintu utama rumahnya, tatapan matanya yang biasa teduh itu dipenuhi kilat marah yang ia tahan mati-matian. Di seberangnya, Eriska dan Kiara berdiri berdampingan, melempar senyum tak terdefinisikan untuk Rai.

"Calon istri nggak pa-pa kan main ke rumah kamu, Bang?" kata Kiara tanpa beban. Ia mencoba melongok ke dalam beberapa kali, tapi tubuh tinggi Rai jelas menghalanginya.

"Mami nganter, kasian Kiara kalau kamu cuekin di rumah kan," kata Eriska lalu nyelonong masuk begitu saja, menabrak tegap tubuh Rai yang pasrah bungkam menempel daun pintu.

"Kayak cicak deh Bang," cibir Kiara. "Masuk ya," katanya mengekor langkah Eriska.

"Kalian mau ngapain? Aku ada jadwal poli dua jam lagi," ujar Rai menyusul masuk, menemui tamunya yang sudah duduk di ruang tamu.

"Rumah kamu gede ya Bang," kata Kiara mengitarkan padangan. "Tapi nggak pa-pa kalau nanti abis nikah kita tinggal di apartemen aja, kalau ke sini aksesnya dari rumah sakit rada jauh," katanya nyerocos.

"Cari aja y
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Candu Cinta Dokter Muda   72. Tiba-Tiba Saja

    "It's okay Dok, mungkin akan normal untuk satu atau dua bulan ke depan. Nggak ada masalah," ucap Dokter Andri pada Rai. Ia baru saja selesai memeriksa Gendhis di urutan terakhir. "Makasih Dok, maaf bikin Dokter Andri telat pulang," balas Rai. "Nggak masalah," kata Dokter Andri tak keberatan. "Mbak Gendhis, nanti kalau ada yang mau ditanyakan bisa ke Dokter Christ, hasil USG juga nggak perlu penjelasan dari saya, ya," ucapnya. "Iya, makasih Dokter," gumam Gendhis tersenyum simpul. "Kalau gitu kami pamit, Dok. Makasih sekali lagi," ujar Rai kemudian berdiri, ia papah Gendhis keluar dari ruang praktik Dokter Andri, lalu memintanya untuk duduk di kursi tunggu. "Biar kuurus administrasinya bentar. Aku belom bisa pake identitas sebagai suamimu, jadi kamu nggak bisa jadi penerima manfaat fasilitas untuk keluarga tenaga medis di rumah sakit ini," terangnya."Iya nggak pa-pa," ucap Gendhis maklum. "Aku tunggu di sini," katanya. Menatap langkah Rai yang menjauh, pikiran Gendhis kembali mel

    Huling Na-update : 2025-04-27
  • Candu Cinta Dokter Muda   73. Kekhawatiran Gendhis

    "Kalau emang nggak ada waktu nggak usah dipaksain ah," Gendhis menepuk lengan Rai lembut. "Bulan madu bisa di rumah juga," ucapnya sambil berusaha mengimbangi langkah Rai yang lebar itu. "Beneran nggak pa-pa?" tanya Rai. Ia sengaja menghentikan langkahnya seraya menatap Gendhis dengan sorot teduhnya yang membius. "Aku pengin kamu juga menikmati pernikahan kita sebagaimana pasangan lainnya, Ndhis," tandasnya. "Aku menikmati kok," ucap Gendhis mengembangkan senyumnya. 'Aku sadar nilaiku, nggak boleh nuntut yang macem-macem ke kamu.'"Tapi ekspresimu nggak bilang gitu. Ke depannya, aku bakalan usahain semaksimal mungkin buat kebahagiaanmu," janji Rai. "Aku tau kamu cukup terbebani sama situasi kita saat ini. Bahkan mungkin, nikah sama aku sebenernya nggak ada dalam to do list hidupmu.""Nikah sama kamu emang dadakan, nggak pernah terpikir di kepalaku sama sekali, dan nggak ada dalam anganku bakalan jadi istrimu secepat ini. Tapi aku bahagia, Rai. Aku seneng bisa dampingin kamu.""Terus

    Huling Na-update : 2025-04-27
  • Candu Cinta Dokter Muda   74. Kehilangan Jejak

    Gendhis membuka matanya setelah tertidur selama hampir 3 hari. Beberapa bagian tubuhnya terbalut perban, infus masih menempel di punggung telapak tangannya. "Rai," Gendhis mengerang pelan, ia rasakan sekujur tubuhnya memanas dan mati rasa. "Gendhis," Danisha yang Gendhis temui pertama kali, bukan Rai. "Gue lapor perawat dulu," Bastian sontak berdiri, ia keluar dari dalam ruangan setelah Danisha memberinya anggukan. "Rai, di mana?" tanya Gendhis terbata. Danisha hanya menjawab Gendhis dengan senyuman. Ia duduk di sebelah pembaringan Gendhis, mengusap lembut lengan istri keponakannya itu."Kak, Rai nggak pa-pa kan?" desak Gendhis memaksakan suaranya. Sejak dikenalkan pertama kali oleh Rai di kasino, Gendhis memang sengaja memanggil bungsu Takahashi itu dengan sebutan 'kakak.'"Nggak pa-pa, dia ada di ruangan lain," jawab Danisha berusaha menenangkan Gendhis. "Beneran? Aku liat dia kelempar tadi," ungkap Gendhis tiba-tiba sedih. "Dia kebentur keras di trotoar kan?" "Udah tiga hari

    Huling Na-update : 2025-04-28
  • Candu Cinta Dokter Muda   75. Memori Yang Hilang

    "Tinggal penyembuhan kakinya aja," kata Rai menyambut kedatangan Ann dan Ben, lokasinya akhirnya ditemukan. "Syukurlah," desis Ann lega. "Butuh waktu tiga minggu buat nemuin kamu, Christ," tandasnya melirik Taka-Sama di sudut kamar. "Aku nggak bermaksud menyembunyikannya. Kubawa dia ke Singapura biar dapet perawatan terbaik," sangkal Taka-Sama, menepis sorot menuduh dari mata Ann. "Kukira aku udah dibawa ke Jepang," celetuk Rai tertawa. Ann dan Ben saling berpandangan, mereka lalu menoleh Taka-Sama bersamaan. Ada pertanyaan besar menggantung di mata Ben dan Ann, membuat Taka-Sama sedikit kelimpungan. "Ingatannya terhapus karena benturan di kepala. Kata dokter, memorinya terhenti di umur 16 tahun, setelahnya, Christ nggak mengingat apapun," terang Taka-Sama dalam suara beratnya. "Mas," Ann meremas lengan suaminya, terperangah kaget. "Gimana ini?" "Apanya yang gimana?" sela Taka-Sama cepat. "Dia tetep inget kalau dia disiapkan buat jadi calon ketua," tandasnya. "Dia dokter spesi

    Huling Na-update : 2025-04-28
  • Candu Cinta Dokter Muda   76. Memulai dari Awal

    "Ini rumah baru kamu," ucap Ann pada Rai yang mengitarkan pandangan ke seisi rumahnya sendiri, tempat baru yang Ben siapkan untuk Rai memulihkan kesehatannya.Setelah tinggal di Singapura satu setengah bulan lamanya, Rai akhirnya dibawa pulang ke Indonesia. Tidak ada yang diijinkan menyambut kedatangannya, termasuk Kiara, mengingat kondisi ingatan Rai yang memang banyak terhapus itu. Terlebih, keberadaan Rai memang sengaja dirahasiakan sebelum penabrak dan otak dari peristiwa berdarah itu, ditemukan. "Gendhis," ujar Ann lagi, ia merentangkan tangannya pada Gendhis yang berdiri kaku tak jauh dari Rai, "dia yang bakalan bantu aku ngurus kamu di rumah."Tertegun, Gendhis maju selangkah mendekat, ia membungkukkan badannya memberi penghormatan. Benar, ia telah diberitahu segalanya, termasuk mengenai kondisi Rai yang kehilangan ingatan dan tak lagi mengingatnya. Bukan hanya melupakan sosok Gendhis, Rai begitu asing dengan orang-orang baru, yang terekam dalam otaknya hanyalah doktrin Eriska

    Huling Na-update : 2025-04-28
  • Candu Cinta Dokter Muda   77. Aku Istrimu

    "Kalau ada apa-apa, kamu hubungi kami ya, Ndhis," pesan Ann sebelum masuk ke dalam mobil. "Ada Bastian yang bakalan standby," tambahnya seraya melambai ringan berbarengan dengan melajunya mobil meninggalkan halaman rumah baru itu. Sepi. Kini, hanya bersisa Gendhis dan Rai saja. Ardi akan datang nanti menjelang sore, menggantikan peran Gendhis yang sebenarnya belum harus berangkat bekerja, tapi tak mau membuat Rai curiga."Aku anter masuk, Aniki," kata Gendhis tersadar, ia segera memposisikan diri di belakang kursi roda Rai. "Mau istirahat di kamar?" "Nggak perlu, aku bisa jalan sendiri, nggak usah pake kursi roda," balas Rai langsung menolak. Tak membantah, Gendhis langsung menjauh dari kursi roda. Tak perlu ditanya bagaimana hatinya, sudah pasti hancur. Apalagi saat Rai yang tanpa beban berkata akan menikahi Kiara secepatnya, seperti janjinya pada Taka-Sama. Pun bagaimana menjelaskan posisinya di saat Rai bahkan tak mengingatnya sama sekali, juga semua kenangan mereka. "Apa kita

    Huling Na-update : 2025-04-28
  • Candu Cinta Dokter Muda   78. Kebenaran Status Istri

    "Kamu kalau mau makan malam bisa minta Bang Ardi, aku mau pergi kerja," pamit Gendhis melongok di pintu kamar Rai. Sang suami tengah duduk menghadapi jendela, sibuk dengan ingatannya mungkin. "Pulang jam berapa?" gumam Rai spontan. "Aku nggak pulang malam ini, besok pagi baru balik. Ini hari pertamaku kerja, jadi aku balik ke tempat Danisha dulu," terang Gendhis. "Aku nggak perlu bantuan lagi," ucap Rai. "Jangan ngaku-ngaku ke orang lain sebagai istriku," cegahnya. "Ngaku-ngaku?" Gendhis yang semula hanya melongok di pintu, akhirnya masuk ke dalam kamar, "terus bikin kamu gagal nikahin Kiara? Itu yang kamu takutin?""Aku harus jadi ketua perkumpulan, itu satu-satunya caraku buat balas budi sama keluarga ini," desis Rai. "Kalau dengan ngaku-ngaku sebagai istriku bisa datengin keuntungan buatmu, berhentilah. Aku nggak akan tinggal diem," ancamnya. Gendhis tertawa seraya mengusap tengkuknya, "Kamu bisa liat di buku nikah kita. Ada di lemari kamu, semua bukti kalau aku adalah istrimu

    Huling Na-update : 2025-04-29
  • Candu Cinta Dokter Muda   79. Lebih Buruk Dari Sebelumnya

    "Ngapain?" tegur Danisha saat melihat Rai diantar Ardi datang ke kasino. "Dia penasaran sama istrinya," jawab Ardi mengedikkan dagunya ke arah Rai yang langsung membaur ke pengunjung kasino, "kayaknya kepalanya muter terus gara-gara Gendhis bilang kalau mereka suami-istri," tandasnya. "Kalau Ben tau Christ muncul di sini, bisa dicambuk tu anak. Udah dibilang diem dulu di rumah, suasana lagi nggak baik, malah ngeyel," desis Danisha sambil ngeloyor mengejar sang ponakan. "Jangan menarik perhatian ya lo!" larangnya menarik kerah jas Rai sedikit kasar. "Bisa oleng gue-nya, Tante," protes Rai yang masih terpincang sesekali saat harus bermobilisasi tanpa kursi roda. "Ngapain lo muncul di sini? Nggak nurut sama Ketua?" gemas Danisha. "Nyari dia!" tunjuk Rai ke arah Gendhis yang tengah menyajikan minuman untuk beberapa tamu. "Istri gue, kan?" "Ya biarin aja dia kerja, ngapain juga lo awasin di sini," protes Danisha. "Kalau sampe ada masalah, gue yang kena tegur Ketua ya Christ!" sungutn

    Huling Na-update : 2025-04-29

Pinakabagong kabanata

  • Candu Cinta Dokter Muda   112. Menemuinya Sebentar Saja

    Pasca kondisinya drop dan tubuhnya menguning, Gendhis diputuskan harus dirawat di ICU. Tekanan darahnya terus menurun, selama tiga hari dirawat di ICU, Gendhis tidak menunjukkan tanda-tanda membaik. Saturasi oksigennya selalu rendah, ia sadar tapi tak bisa melakukan apa-apa. Dokter mengatakan, Gendhis mengalami gejala kerusakan hati dan ginjal, tubuhnya membengkak, ia demam tinggi. Dan selama Gendhis menderita, Rai sama sekali tak mengunjunginya. Hanya ada Axel yang diberi tanggung jawab untuk mengurus semua kebutuhan Gendhis."Sepsis," sebut Axel saat Ann datang mengunjungi Gendhis, dua hari kemudian. "Bicaranya ngelantur, udah nggak bisa diajak komunikasi sama sekali, kata dokter, Gendhis harus berjuang keras karena fungsi hati dan ginjalnya menurun drastis akibat sepsis ini, Ane-san," lapornya."Aku baru sempat ke sini, hari ini Christ resmi jadi ketua perkumpulan, ada perjamuan, jadi aku nggak bisa melarikan diri," kata Ann menyesal. "Sepsis, bahaya banget. Semoga Gendhis bisa be

  • Candu Cinta Dokter Muda   111. Selamat Berpisah

    "Aku nggak mau bikin kamu terikat denganku karena adanya janin itu," ungkap Gendhis setelah ia dan Rai sama-sama menenangkan diri. "Tinggal sebentar lagi kamu bakalan jadi penerusnya Ben, mana mungkin aku ganggu jalanmu di saat kita udah nggak jadi suami-istri," tambahnya. "Kebohongan apalagi yang kamu ciptain? Apa memuaskan bisa bersikap begitu sama orang yang nggak punya kenangan sama sekali di masa lalu?" serang Rai taktis. "Kamu aja nggak inget aku, ambisimu adalah nikahin Kiara biar lancar posisimu nanti pas jadi ketua. Apa aku bisa ngerasa puas?" "Kamu sengaja begini, Ndhis. Ngebuat aku ngerasa bersalah di detik-detik terakhir. Tapi kamu harus tau, aku nggak akan mundur, semua udah diatur," ujar Rai teguh. "Aku tau, aku juga nggak akan minta apapun dari kamu, toh janinku juga udah nggak bisa kupertahanin," ucap Gendhis sekuat baja, begitu datar suaranya seperti sudah kehilangan rasa sakit di dalam dirinya. "Sialan!" umpat Rai habis kata-kata. Hatinya bimbang bukan main tent

  • Candu Cinta Dokter Muda   110. Potongan Memori

    Rai duduk tercenung di sofa, pandangannya nanar ke arah lantai. Sementara, di ranjang kamar perawatan, Gendhis sudah terlelap. Sudah hampir dini hari, tapi rasa syok akibat kabar yang tiba-tiba tadi sore membuat Rai benar-benar kesulitan mencerna kenyataan-kenyataan lainnya. "Dia nggak bilang kalau itu anakku. Gendhis bersikeras kalau aku nggak ada hubungannya sama janin itu. Aku marah, Ann," ungkap Rai lirih, sengaja tak ingin mengganggu Gendhis beristirahat. "Sekarang udah nggak ada lagi, nggak perlu kamu sesali. Seharusnya kalau kalian sempat berhubungan, kamu mikir lebih jauh Christ. Gendhis nggak mungkin berkhianat sama ikatan pernikahan kalian. Kami nikahin kalian itu dalam ikatan yang suci lho, menurut ritual keluarga yang sakral, jangan kamu remehin," omel Ann mengurut kepalanya gemas. "Berantakan semua gara-gara kepalamu nggak inget sama sekali ke dia," desisnya kesal. "Tinggal dua minggu lagi penyerahan posisi Ben, aku terlalu fokus sama itu," ucap Rai menyesal. "Bukan sa

  • Candu Cinta Dokter Muda   109. Darah Dagingmu

    "Apa yang dirasain, Ndhis?" tanya Ann sedikit panik. Pasalnya, dalam perjalanan menuju rumah sakit, Gendhis muntah-muntah hebat. Ia mengeluhkan rasa sakit yang amat sangat di bagian kakinya. Saat tiba di rumah sakit pun, Gendhis segera ditangani, dilakukan cek darah dan cek kondisi janin. "Kaki sakit banget, Ann," keluh Gendhis. "Lemes banget badanku," tambahnya. "Oke, istirahat aja ya, kamu udah ditangani," ucap Ann perhatian. Ia memberi kode pada Danisha untuk menghubungi Rai, mengingat Gendhis tengah mengandung benih sang calon penerus ketua klan. Selama proses observasi, Gendhis beberapa kali muntah lagi. Hasil cek lab darahnya menunjukkan adanya infeksi tifus. Saat hendak dibawa pulang lagi seusai diperiksa, Gendhis justru perdarahan hebat, ia mengeluh tak bisa berjalan sama sekali. "Nggak pa-pa, janinnya aman," ucap Dokter Rangga, dokter jaga di IGD. "Ibu, harus rawat inap ya," tambahnya. "Iya Dok," jawab Ann yang selalu setia mendampingi Gendhis. "Lakuin yang ter

  • Candu Cinta Dokter Muda   108. Tekad Untuk Bangkit

    "Semenjak dikasih anti mual rasanya lumayan, nggak terlalu teler aku," gumam Gendhis saat menemui Ann bersama Rena dan Danisha yang mengajak untuk bertemu. "Axel tau soal kehamilanku?" tanyanya. Rena mengangguk, "Dia kukasih tau soal pernikahan lo dan Abang, jadi dia nggak salah paham soal kondisi lo," terangnya. "Terus masalah pemindahan aset, apa ada tanggapan dari orang-orang yang berkubu sama keluarganya Kiara, Ren?" tanya Gendhis penasaran. "Sejauh ini, kita masih pergerakan senyap, Ndhis," ucap Arino, suami Danisha yang ikut dalam pertemuan. "Kalau kamu udah siap, kamu harus ketemu sama tim hukum kita, habis itu bakalan kita susun pertemuan para pemegang saham. Mereka harus tau kalau keturunan Robby Januar masih ada," terangnya. "Apa aku bisa?" tanya Gendhis lirih. "Aku cuma lulusan sarjana, itu aja bukan dari perguruan tinggi ternama. Jurusanku bukan di bisnis sama sekali," lirihnya rendah diri. Selama menjadi pelacur, Gendhis memang tak melupakan pendidikan. Ia mengambil

  • Candu Cinta Dokter Muda   107. Hilangkan Dari Hidupku

    Menatap wajah pucat Gendhis yang bungkam padanya, Rai melipat kedua tangannya di depan dada. Hanya mata Gendhis yang seakan bicara bahwa Rai tak perlu lagi peduli perihal dirinya. "Bu Gendhis sudah memperlihatkan tanda-tanda dehidrasi, Dok," lapor Dokter Una pada Rai, dokter yang berjaga di IGD.Rai manggut-manggut, meski kesulitan karena memorinya hilang, ia tak bisa mengabaikan laporan Dokter Una yang masih terlihat menghormatinya itu. Dokter Una memang mendengar alasan cuti Rai adalah karena masalah kesehatan, tapi ia tidak paham jika Rai kehilangan ingatan. "Perlu rawat inap?" tanya Rai berdehem, matanya melirik tajam pada Gendhis. "Kalau saya menyarankan rawat inap Dok, mengingat tubuh Bu Gendhis yang sangat lemah. Asupan satu-satunya yang masuk ke tubuh adalah dari infus. BP rendah sekali," ucap Dokter Una. "Ikut kebijakan Dokter Rai saja," tambahnya. "Ada yang berbahaya nggak kalau dibawa pulang?" gumam Rai. "Riwayat K.E.T pada Mbak Gendhis harus jadi perhatian kan Dok? Ap

  • Candu Cinta Dokter Muda   106. Kenyataan Pahit Tak Terhindarkan

    Gendhis mengerang kecil, sudah hampir 2 hari ini ia kepayahan karena tubuhnya mengalami perubahan. Rasa mual menyergap dirinya tak kenal waktu, tiap menit, apapun yang masuk ke mulutnya pasti akan membuatnya memuntahkan isi perutnya lagi."Aku hamil," ucap Gendhis menoleh Danisha yang datang mengunjunginya ke rumah bordil. "Hah?" Danisha melongo kaget, kalimatnya tercekat di tenggorokan. "Hamil?" desisnya syok. Gendhis mengangguk lemah, ia kepayahan. Dimintanya Danisha mengulur tangan untuk memapahnya keluar kamar mandi dan berbaring di ranjang."Terus gimana?" tanya Danisha bingung."Tetep mau kurawat Kak, nggak pa-pa," jawab Gendhis. "Jangan bilang Rai," pintanya. "Dia bapaknya! Harus tau dong!""Enggak! Jangan, aku nggak mau ngrecokin langkahnya. Tinggal selangkah lagi dia jadi ketua, jangan diganggu, Kak," kata Gendhis tak setuju.Danisha menghela napas panjang, ia tak bisa memahami arah pikiran Gendhis kali ini. Hamil dengan gejala morning sickness saja sudah sangat menyulitka

  • Candu Cinta Dokter Muda   105. Berakhir Tanpa Tapi

    Ketegangan yang terjadi di meja makan dan sempat membuat Gendhis merasa dipojokkan akhirnya cair karena Bastian dan Benji beserta anak dan istrinya datang. Kiara tak lagi bersuara, ia tahu semakin banyak ia bicara, semakin Rai ilfeel padanya. "Ngeliat Christ bawa Kiara ke sini pasti melukaimu," kata Bastian duduk menemani Gendhis merokok di serambi depan. "Sebentar lagi, pengambilalihan aset bakalan selesai prosesnya, keluarga Kiara nggak akan berkutik, ini bakalan jadi pukulan keras buat para tetua juga. Siapkan diri kamu buat tampil dan bikin Christ menyesal," katanya. "Kalau aset yang dikuasai keluarganya Kiara berhasil kita akuisisi, apa semua kekayaannya juga bisa jadi milikku, Bang?" tanya Gendhis. "Bisa jadi, karena kekayaan yang mereka kumpulkan selama 13 tahun ini adalah hasil dari keuntungan atas aset keluargamu yang mereka kuasai dari hasil menipu dan menjebak papamu.""Ada dua himpunan pengacara yang kita rekrut di pihak kita," kata Benji ikut menimpali, ia datang memba

  • Candu Cinta Dokter Muda   104. Tanda Keluarga

    "Kami resmi bercerai," desis Gendhis sambil menyesap teh hangat yang disajikan Ann untuknya. "Maaf ya, Gendhis," kata Ann turut prihatin. "Sekarang, kalau kamu butuh bantuan apapun, langsung ke kami aja," ucapnya. "Tolong jangan kasih tau Rai soal masalah aset keluargaku dulu, Ane-san," pinta Gendhis. "Aku nggak mau dia tau soal aku yang minta bantuan ke Mario juga.""Enggak, aku sama Ben sepakat buat nggak bahas apapun soal kamu ke Christ, jadi kamu tenang ya."Gendhis mendesah lega. Hari ini, setelahl putusan cerainya dengan Rai terbit tiga minggu yang lalu, ia sengaja memenuhi undangan Ann untuk datang ke rumah besar. Katanya, Ben berulang tahun dan setelah selesai perayaan ulang tahun Ben, posisinya sebagai ketua akan segera digantikan oleh Rai. "Kalau Rai dateng ajak Kiara, aku harus gimana?" desis Gendhis khawatir. "Aku yang ngundang kamu, jadi kamu tamuku, nggak ada hubungannya sama mereka, ya?" ujar Ann menenangkan. "Tapi gimana aku bakalan nyelametin hatiku, Ane-san?" G

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status