Share

81. Menu Utama

Author: Sayap Ikarus
last update Last Updated: 2025-04-30 07:34:34

Gendhis merebahkan tubuhnya di ranjang kamar setelah enggan menanggapi Rai yang meracau tak jelas dan menuduhnya macam-macam. Rasanya, ingin ia sumbat saja lubang telinganya agar tak lagi mendengar apa yang Rai tuduhkan. Ia tidak ingin melawan suaminya, tahu bahwa Rai menderita dan terluka karena harus melindunginya, Gendhis terima saja apapun tuduhan sang suaminya itu padanya.

"Aku harus ketemu sama Kiara," Rai tiba-tiba menguak pintu kamar Gendhis dan berkacak pinggang di sana. "Ikut aku, kamu yang diminta Ann buat bantu ngurus kebutuhanku kan?"

Gendhis berdecak malas, "Ada Bang Ardi kan? Kamu bisa minta dia buat nganter," tolaknya.

"Jadi kamu emang cuma beneran numpang? Nggak mau ngasih manfaat apa-apa di sini?" tuduh Rai.

"Aku istri kamu, Rai! Bukan pembantu!"

"Wah," Rai tertawa meremehkan. "Status yang kamu dapet dari menjebakku dengan cara licik, apa pantes buat dibanggakan? Kalau nggak mau nurutin perintah Ann buat ngerawat suamimu ini, jangan tinggal di sini!" sentaknya k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Candu Cinta Dokter Muda   82. Tak Perlu Mencari Tahu

    "Operasi?" desis Rai ketika Gendhis mendorongnya kuat-kuat, menolak pagutannya. "Tato ini?" ia tunjuk tato burung phoenix di perut Gendhis."Kamu katanya mau ketemu Kiara," balas Gendhis enggan menjawab rasa penasaran Rai. Ia kenakan t-shirt berwarna hitam dan rok pendek jeans sepahanya. "Biar aku suruh sopir siap-siap," ucapnya sambil menyambar beberapa barang yang akan dibawanya. "Tato itu!" sengal Rai menahan pundak Gendhis yang sudah siap keluar menuju pintu. "Bukan orang sembarangan yang boleh punya tanda identitas phoenix di tubuhnya," gumamnya penuh selidik."Iya, dan aku punya tato burung phoenix di perutku. Artinya aku bukan orang sembarangan, kan?" "Siapa yang nyuruh kamu bikin tato itu?" desak Rai. "Kamu!" sergah Gendhis dengan mata membulat sempurna. "Aku dianter Ann dan Danisha ke tempat Aiko buat bikin tato ini! Inget-inget coba! Cari memori itu di kepala kamu yang kosong itu!" teriaknya melepas cengkeraman Rai dan terburu keluar dari dalam kamarnya. Masih tak habi

    Last Updated : 2025-04-30
  • Candu Cinta Dokter Muda   83. Telah Rela

    "Setelah Abang dibawa ke Singapura, kita baru sempat ketemu hari ini. Makasih udah ngajakin aku ketemuan," ucap Kiara centil. Ia sengaja bersikap seperti itu meski Gendhis sudah pergi menjauh, membiarkan ia dan Rai mengobrol berdua. "Sorry, aku nggak punya ingatan apapun soal kita, seberapa akrabnya kita sebelumnya," ucap Rai sopan sekali. Kiara melebarkan senyumnya, "Kita deket banget, soalnya kan kita kerja di rumah sakit yang sama. Karena kecelakaan kemarin, kamu jadi harus ambil cuti panjang, Bang," ungkapnya berdusta. Rai manggut-manggut, sambil mengunyah makanan kadang sudut matanya mencari sosok Gendhis yang memilih untuk duduk di sudut restoran, sedikit agak jauh dari posisinya. Perempuan itu sengaja mengambil meja di luar ruangan agar ia bisa merokok dengan leluasa. "Aku nggak nyangka Tante Ann bakalan nyuruh perempuan itu buat ngerawat kamu. Coba aja aku nggak harus ada tanggungan di rumah sakit, pasti aku yang bakalan ngerawat kamu, Bang," sergah Kiara. Rai hanya menge

    Last Updated : 2025-04-30
  • Candu Cinta Dokter Muda   84. Perasaan Tak Asing

    "Aku pengin makan mie instan," sebut Rai suatu sore, tepat saat Gendhis sudah bersiap untuk berangkat bekerja. "Kamu bisa bikin sendiri, mie-nya ada di kabinet atas kompor, di dapur," ucap Gendhis yang memang sengaja dilibatkan Danisha saat mempersiapkan rumah ini demi merawat kesembuhan Rai. "Aku nggak akan ngomong ke kamu kalau bisa masak sendiri," ucap Rai. "Bukannya kamu emang bisa masak? Semua lelaki di keluarga Takahashi punya keahlian masak.""Masak, bukan bikin mie instan," sahut Rai membuat alasan. "Aku udah mau berangkat kerja," bantah Gendhis enggan. "Oh, oke. Jadi emang nggak ada bedanya ada kamu atau enggak," desis Rai mencibir. "Ya udah, kubikinin dulu," desah Gendhis mengalah. Ia tabrak bahu Rai yang berdiri di pintunya dengan sengaja. Tanpa Gendhis sadari, senyum simpul terbit di bibir Rai saat merasa berhasil mengerjainya. Entah kenapa, dalam hatinya, Rai pun seakan mendapat kepuasan tersendiri setelah melihat perempuan yang keukeuh ingin ia ceraikan ini bersun

    Last Updated : 2025-04-30
  • Candu Cinta Dokter Muda   85. Memanfaatkan Kesempatan

    "Kamu akhirnya kerja di sini, Gendhis," sapa Axel sengaja mencegat Gendhis yang baru selesai mengantar minuman. "Hai," senyum Gendhis terbit, "iya, di sini lebih baik ketimbang di rumah bordil," ungkapnya blak-blakan. "Serius, aku nggak tau gimana ceritanya kamu bisa sampai di sana. Aku perlu denger ceritanya dari kamu langsung," ujar Axel. "Boleh bawain aku vodka dan kita ngobrol bentar?" pintanya. Gendhis mengangguk, dipesankannya minuman keras permintaan Axel pada bartender, kemudian ia bawakan kembali ke meja yang Axel pesan untuk dirinya sendiri itu. Teman lama ini sudah tak berjumpa bertahun-tahun. Terakhir bertemu, suasana sedikit tidak mengenakkan karena Rai yang sengak dan ketus menanggapi Axel. "Setelah diseret Papa dari bar, aku dijual ke rumah bordil, sejak itulah aku jadi pelacur buat bertahan hidup," lirih Gendhis pilu. "Aku minta maaf karena nggak bisa ngelakuin apa-apa buat bantu kamu saat itu, posisiku serba salah," sesal Axel tulus. Gendhis menggeleng cepat, "N

    Last Updated : 2025-05-01
  • Candu Cinta Dokter Muda   86. Gelombang Cemburu dan Rindu

    "Lo cuma cemburu, Christ, ngaku aja!" ledek Danisha menahan tawa gemasnya. "Inget dia aja enggak, gimana mau cemburu," elak Rai gengsi. "Kepala lo nggak inget, tapi hati lo nggak bisa lupa. Mata lo tuh, kayak serigala ngincer mangsa kalau liat Gendhis ngobrol sama pelanggan kita.""Dia ngaku sebagai istri gue tapi tempel sana tempel sini. Istri Aniki, begitu?" "Halah," Danisha mencibir, "anak kecil udah punya istri masih mau nikah lagi, lo sadar deh mending Christ. Fokus aja dapetin tahta ketua tanpa harus nikahin Kiara. Nyakitin Gendhis pada akhirnya bakalan bikin lo hancur kalau sampe ingatan lo balik lagi.""Gue malah mau nyeraiin dia sebelum nikah sama Kiara," ucap Rai mantap. "Yakin? Nggak bakal nyesel? Lo kecintaan banget sih sama Gendhis sebelom separuh otak lo itu ilang. Serius gue nggak peres," sahut Danisha apa adanya. "Jangan sampe nyesel kayak Ben dulu," ujarnya memberi peringatan. "Ben emang kenapa?""Lo lupa kalau Ane-san pernah ngilang selama 3 tahun karena Ben yan

    Last Updated : 2025-05-01
  • Candu Cinta Dokter Muda   87. Gendhis, Istriku

    Gendhis tak kuasa menolak dorongan dalam dirinya saat Rai justru menariknya naik ke ranjang. Mereka masih saling berpagutan, bertukar rindu yang tertahan karena keadaan. Meski dipengaruhi alkohol, Rai tahu bahwa ia tengah menciumi sosok Gendhis. Hatinya menginginkan Gendhis, terbukti dari bagaimana ia kelimpungan mencari Gendhis hingga ke kasino hanya untuk memastikan tak ada satu orangpun yang berani menyentuh sang istri."Rai," Gendhis memaksa melepas pagutan. Ia sudah ada dalam posisi berbaring, Rai ada di atasnya setengah menindih. Ditangkupnya kedua pipi sang suami, sorot mata Rai tampak redup, dipenuhi gairah. "Bukannya tugas istri itu ngelayanin suami?" bisik Rai, sengaja berbisik di samping telinga Gendhis, mengembus napas hangatnya. Sekuat apapun mulut Rai menolak kehadiran Gendhis, hatinya bertolak belakang. Tubuhnya bak sakau saat berada jauh dari sang istri, candu yang Gendhis tanamkan dalam jiwa Rai membuat Rai tak kuasa menahan diri untuk tidak menyentuhnya."Aku harap

    Last Updated : 2025-05-01
  • Candu Cinta Dokter Muda   88. Tanda Cinta

    Terbangun keesokan paginya dalam kondisi yang masih telanjang, Rai kaget bukan main. Namun, ia berusaha untuk cepat menguasai diri, tak mau membangunkan Gendhis yang juga masih terlelap nyaman di pelukannya."Bajingan emang lo," umpat Rai lirih pada dirinya sendiri. Menyadari bahwa dirinya yang mabuk semalam adalah si bajingan tak tahu malu, Rai meraup wajahnya frustasi. Ia yang dipengaruhi oleh alkohol memang sangat berbahaya, racauan dan tindakannya bisa sangat di luar kendali. "Bourbon sialan!" sungut Rai mengacak rambutnya kesal, masih tersisa rasa pahit di tenggorokannya, juga pening di kepalanya. "Dua orang dewasa, bercinta dalam hubungan resmi yang masih suami-istri, wajar," gumamnya berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ia kenakan brief boxer-nya hati-hati, takut membangunkan Gendhis.Mendengar suara orang mengumpat, Gendhis menggeliat kecil. Beberapa kali ia memicingkan mata, masih enggan terbangun dari tidur berkualitasnya. Namun, begitu hidungnya mencium aroma maskulin ya

    Last Updated : 2025-05-02
  • Candu Cinta Dokter Muda   89. Syarat Berat

    Ini adalah kali pertama Gendhis diajak untuk ikut dalam acara resmi perkumpulan. Ia yang semula menganggap bahwa rumah besar adalah rumah milik Ben, hanya bisa menganga takjub saat kedatangannya bersama Rai disambut banyak orang dan mereka membungkuk untuk memberi penghormatan. "Kamu nggak bilang kalau ini acara resmi," bisik Gendhis susah-payah mengimbangi langkah lebar Rai yang tak ingin menggunakan kursi roda lagi. "Aku juga nggak tau kalau ada acara," jawab Rai. "Ben marah, makanya dia bikin acara begini," desisnya. "Marah kenapa?" "Entahlah," jawab Rai singkat. Beriringan, dikawal Ardi dan Rudy, Gendhis serta Rai masuk ke halaman utama rumah besar. Suasana asri khas Jepang nampak memanjakan mata. Meski kebingungan dengan apa yang akan terjadi di acara pertemuan ini, Gendhis tak memiliki firasat apapun mengenai dirinya dan juga Rai. Sepengetahuannya, Ben mengadakan acara perkumpulan dan ia juga Rai diminta untuk ikut memeriahkan. "Tunggu di sini dulu, Ben sama Ann belom siap

    Last Updated : 2025-05-02

Latest chapter

  • Candu Cinta Dokter Muda   101. Awal Mula Terjadi

    "Kamu harus tetep ada di lingkaran kami dan jangan sampe ketemu sama Eriska," pesan Ann sebelum meninggalkan kasino. Setelah selesai masa cutinya, Gendhis kembali masuk bekerja di kasino. Ia sengaja tak mengunjungi Rai di rumah sakit setelah Ben memaksa mengantarnya pulang kemarin lusa. Akan lebih baik jika ia dan Rai tak saling bertemu lagi ketimbang saling melukai. Apalagi proses perceraian keduanya masih berjalan dan Rai sama sekali tak berniat untuk mencabut gugatan. "Aku ada hal penting, bisa ngobrol?" tanya Axel suatu saat, sengaja menemui Gendhis di kasino. "Aku selesai setelah ini," ucap Gendhis, kini posisinya sudah berubah menjadi banker, 3 hari sebagai pramu dan 3 hari sebagai banker. "Oke, kutunggu di meja 8," pamit Axel menunjuk meja yang dipesannya. Axel tampak serius kali ini, ia terlihat gelisah. Saat minuman yang dipesannya tiba pun, ia meneguknya sembarangan. "Sorry, tadi ganti baju dulu," ucap Gendhis mendatangi Axel, senyum ia kembangkan. "Aku ada temuan pe

  • Candu Cinta Dokter Muda   100. Menahanmu Sebentar

    "Dia udah nggak pa-pa. Kayaknya reaksi alergi aja," ucap Ann yang baru saja selesai mengurus obat untuk Rai. "Nggak usah panik ya," katanya. "Kalau alerginya kepicu, dia emang suka begitu?" tanya Gendhis sudah bisa menghela napas panjang. "Seringnya iya, tapi kalau kondisi badan Christ lagi bagus-bagusnya, paling bentol doang di muka," ungkap Ann. "Rada kaget ya karena tiba-tiba?" "Iya, kukira kena serangan jantung," ucap Gendhis asal. Ann tertawa, "Saking bangsatnya si Christ sampe kamu doain begitu ya Ndhis," kekehnya. "Nggak gitu Ann," Gendhis memukul bibirnya pelan, menyesali kalimat asal yang keluar dari sana. "Dia tiba-tiba begitu, nggak ada gejala apa-apa. Dia makan sarapan kayak biasa," ceritanya. Ann tersenyum paham, diberinya kode pada Gendhis bahwa menantunya itu boleh menjenguk sang suami. Ben masih ada di dalam ruangan, entah mengobrol serius apa dengan calon penerusnya itu. "Gendhis," sapa Ben saat melihat Gendhis masuk ke dalam kamar perawatan. "Dia baru boleh pu

  • Candu Cinta Dokter Muda   99. Tidak Pernah Sebelumnya

    "Ngapain lo?" tegur Danisha saat melihat sang ponakan datang ke kediamannya, mengantar Gendhis. "Nganter," jawab Rai singkat. "Ngapain lo minta gue puter balik pulang kalau akhirnya lo anter dia ke sini juga!" gemas Danisha berbisik, kesal juga pada tingkah sang ponakan. "Sekalian gue mau main ke sini, lama nggak main ke rumah Tante," cengir Rai sangat tampan. "Bajingan!" umpat Danisha spontan, "lo nggak bisa bohongin gue. Mulai nyesel kan lo ceraiin dia? Dasar bocil!" "Cerewet!" sungut Rai segera berpaling dari Danisha, ia mengekor langkah Gendhis menuju kamar yang disiapkan untuknya. "Jadi, berapa lama kamu bakalan tinggal di sini?" tanyanya penasaran. Gendhis mengedikkan bahunya, "Belom tau," gumamnya sekenanya. "Setelah ini aku nggak bisa sering menghubungimu, biar aja urusan perceraian diurus Danisha sama suaminya," kata Rai. "Oke," balas Gendhis. "Aku mau istirahat, nanti sore harus kerja lagi," ujarnya mengusir Rai secara halus. "Iya," Rai mengangguk. "Makasih udah di

  • Candu Cinta Dokter Muda   98. Jangan Goyah

    "Aku nggak akan dateng, biar verstek, jadi cepet prosesnya," ucap Gendhis saat Rai mengingatkannya perihal sidang pertama perceraian mereka. "Dan aku pindah dari rumah hari ini," tambahnya membuat Rai yang tengah mengunyah sarapan, menghentikan aktivitasnya. "Nggak ada tuntutan, nggak hadir mediasi, rela pake alasan perselingkuhan dan jadi pihak bersalah, Ben pasti bakalan membunuhku karena bikin kamu ada di posisi itu," gumam Rai menghela napas panjang. "Kamu mau prosesnya berbelit-belit? Biar lama? Mau aku bikin tuntutan balik biar para tetua tau masalah ini?" desis Gendhis muak. "Enggak, makasih," ucap Rai kalah. Gendhis tak bicara lagi, ia memilih untuk membereskan bantal sofa yang berantakan. Diabaikannya Rai yang lanjut menyantap sarapan sendirian. "Kamu nggak sarapan?" tanya Rai, membuka lagi percakapan. "Aku udah goreng telur tadi," jawab Gendhis. "Aku mau mandi dulu, nanti kalau Danisha dateng, tolong suruh tunggu," pintanya. "Kuanter aja ke sana," ucap Rai segera berd

  • Candu Cinta Dokter Muda   97. Sudah Selesai

    "Apa reaksi Ben pas tau berkas kami udah masuk ke Pengadilan?" tanya Gendhis pada Ann yang datang mampir di malam harinya. Ia sengaja mengambil cuti dua hari kerja hingga besok pada Danisha. "Tanpa reaksi. Ben kalau udah muak sama kelakuan Christ bakalan kayak gini, Ndhis. Nggak mau tau dia," balas Ann. "Aku minta maaf untuk udah segampang ini nyerah, Ane-san," ucap Gendhis sambil menyesap rokoknya dalam-dalam. "Mempertahankan rumah tangga kami yang dari awal emang udah nggak sehat ternyata ngehancurin aku banget. Aku nggak mau masalah ini sampe kedengeran sama para tetua dan Rai makin dibuat susah. Ambisi Rai buat mewarisi tahta Ben udah nggak terbendung, bahkan di kekosongan memorinya, ambisi itu tetep kuat banget, ngalahin besar perasaannya ke aku," desisnya pasrah. "Ben tau kamu bakalan bersikap begini, makanya dia ngumpulin orang-orang kita. Kemarahan Ben yang nggak bisa asal ngehukum Christ akhirnya terlampiaskan pas mereka duel kemarin. Kamu jangan merasa bersalah karena Chr

  • Candu Cinta Dokter Muda   96. Sudah Sejak Lama

    Rai-Gendhis, momen pertama kali, 13 tahun lalu ...."Aniki," Gendhis duduk mendekat pada Rai, tak tega juga melihat Rai sudah kepayahan karena terlalu banyak menenggak bourbon-nya. "Udah ya, kamu udah kepayahan, Rai," pintanya lembut. Mendengar suara Gendhis, Rai menaikkan pandangannya. Senyum tampannya terbit, tangannya terulur dan dengan berani mengusap pipi Gendhis."Kamu kerja?" tanya Rai masih dengan senyuman khasnya yang menggoda iman. Gendhis mengangguk lemah, "Aku diminta Kak Dini buat ke sini nemenin kamu. Ayok, sopir kamu udah nunggu, kuanter kamu ke hotel. Kata Kak Dini kamu biasa pulang ke hotel," jelasnya. Rai manggut-manggut, cara duduknya sudah sempoyongan. Ia amati lagi wajah Gendhis yang mulai menarik lengannya, membawa ia untuk dipapah keluar dari ruangan. Disambut Axel yang adalah petugas keamanan bar, Rai dibimbing menuju mobil. "Lo pastiin Aniki sampe di hotel dengan selamat. Bos Arino pesen buat jangan ngebiarin Aniki pergi ke manapun selain pulang ke hotel,"

  • Candu Cinta Dokter Muda   95. Untuk Sebentar Saja

    "Apa pilihannya cuma menikahi Kiara?" tanya Gendhis setelah selesai mengatur napasnya yang terengah. Masih sama-sama belum berpakaian lengkap, Rai dan Gendhis membungkus tubuh di dalam selimut yang sama. Perasaan cinta yang semula terbina manis dan diperjuangkan sekuat tenaga, kini hampir menguap tak bersisa karena hilangnya kenangan di kepala Rai atas istrinya. Namun, hati Rai sepertinya tahu bahwa Gendhis adalah perempuan yang dipilihnya, bukan penjebak seperti yang ia tuduhkan selama ini. "Pengaruh keluarga Kiara di bisnis keluarga Takahashi cukup gede, iya, harus menikahi Kiara," balas Rai dengan nada suara datar. "Aku bakalan membayarmu atas jasa tidur bersama ini, berapa yang kamu minta?" "Jadi, sekarang aku bakalan jadi pelacur profesionalmu? Kamu nggak ngerasa kujebak lagi?" lirih Gendhis tertawa pias. "Aku susah-payah melepasmu, Rai. Tapi aku nggak berdaya kamu jamah begini," desisnya. "Tubuhku menginginkanmu," ungkap Rai jujur. "Otakku yang nggak punya empati buat kamu,

  • Candu Cinta Dokter Muda   94. Menanam Saham

    Merasa bahwa ini adalah saat terakhir yang mungkin bisa dilaluinya bersama Rai, Gendhis menyambut pancingan sang suami. Ia tahan rahang Rai, dibalasnya kecupan singkat itu dengan pagutan lembut yang menuntut dituntaskan. Meski sempat terkejut dengan pergerakan berani Gendhis, Rai tak menolak pagutan istrinya itu. Diubahnya posisi duduk Gendhis masih dalam posisi memagut, duduk nyaman di pangkuannya mengapit dengan paha. "Setelah ini, kita mungkin nggak akan ketemu lagi," bisik Gendhis saat berhenti mengambil napas. "Kalau kepalamu ini inget sama kita suatu saat, tolong jangan mencariku," desisnya.Rai menatap Gendhis bingung, tapi ia mengangguk dengan patuh. Seakan sudah terbawa suasana dan pantang baginya untuk mundur. Disasarnya lagi bibir Gendhis, mereka saling mengecap manis rasa satu sama lain, menambah berat kenyataan bahwa perpisahan akan segera terjadi. "Kamu mau tau gimana cara kerja pelacur?" lirih Gendhis sengaja menggigit telinga Rai pelan. "Aku tunjukin cara kerja pelac

  • Candu Cinta Dokter Muda   93. Semoga Bahagia

    Setelah Rai berucap mengenai perpisahan mereka, Gendhis memilih kembali ke kamarnya. Ia tak mau terlibat banyak pada Rai, takut ia tak kuasa melepaskan apa yang menjadi bebannya selama ini. "Sarapan dulu," sambut Rai saat Gendhis keluar dari dalam kamar keesokan paginya."Kamu masak?" tanya Gendhis takjub. Rai mengangguk, "Nggak bisa tidur dari jam 3 tadi, makanya cari kegiatan.""Badan kamu nggak pa-pa? Kamu abis kena sabet pedang dari Ben ya Rai!" "Udah diobatin Ann, nggak masalah," kata Rai santai. Gendhis manggut-manggut. Ia menarik salah satu kursi makan di seberang Rai, lantas duduk menghadapi meja penuh makanan itu. Hatinya tiba-tiba terenyuh, mungkin saja Rai sengaja memasak untuknya karena hari ini adalah hari di mana perceraian mereka akan didaftarkan."Unagi kabayaki," sebut Rai saat Gendhis mengamati masakannya. "Belut?" tebak Gendhis mengernyitkan dahinya. "Anggeplah begitu," jawab Rai. "Kalau mau yang familiar ada ayam teriyaki," tambahnya."Kapan beli bahan makana

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status