Compartir

BAB 66

last update Última actualización: 2025-12-18 08:03:38

Malam itu, pukul tujuh, Radja dan Djiwa sudah bersiap menuju bandara. Private jet milik keluarga Reinard sudah menunggu.

Djiwa berdiri di dekat pintu, memegang koper berukuran sedang miliknya—isi yang sangat sederhana karena Radja sebelumnya mengingatkan untuk tidak membawa banyak barang.

Fairish muncul dengan langkah pelan, mengenakan dress satin champagne, lalu berhenti tepat di depan Djiwa. Tatapannya turun naik, dari kepala hingga sepatu.

“Norak banget sih kamu, Djiwa,” celetuknya sinis. “Mau ke Belanda pakai outfit nabrak begitu?”

Djiwa refleks menatap dirinya sendiri—blouse putih dengan pita hitam besar di dada, dipadukan dengan rok jeans. Semuanya rapi, bersih, tapi warnanya tidak saling mendukung.

Fairish menyeringai, gelengan kepalanya penuh meremehkan.

“Kamu tuh mau ke Eropa, bukan mau kondangan kampung.”

“Biasa, kalau dari kalangan bawah emang begitu,” tambah Inggrit dengan senyum tipis mengejek.

Sekar hanya meliriknya sekilas, tak begitu tertarik. Ia kembal
Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado
Comentarios (1)
goodnovel comment avatar
Irizka RA Yusuf
huuuh panaaaass
VER TODOS LOS COMENTARIOS

Último capítulo

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 78

    “Kalau bisa hamil dua-duanya kenapa tidak?” Radja membuka suara, membuat semua yang di meja makan menoleh ke arahnya. Pria itu dengan tenang meletakkan sendok di tangannya ke atas piring, lalu beralih menatap Sekar. “Belum tentu Fairish hamil anak laki-laki.” “Belum tentu juga, kan, Djiwa yang hamil anak laki-laki, Mas,” Inggrit menimpali, nada bicaranya dingin—begitu pula tatapannya. “Harusnya kamu berdoa aja, semoga laki-laki.” Tatapan Inggrit beralih ke semua anggota keluarga di meja makan. “Sultan, Kaisar, semuanya—doain semoga anak Fairish laki-laki. Karena kalau mau dijadikan pewaris, anak dia lebih pantes.” Radja menyeringai miring mendengar kalimat Inggrit, tatapannya menusuk pada sang istri. “Jelaskan pada saya, dimana letak ketidakpantasannya Djiwa hamil anak laki-laki?” Kedua tangan Radja terlipat di dada, tatapannya lurus pada sang istri. Begitu pula dengan semua yang di meja makan, beralih menatap keduanya secara bergant

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 77

    “Mi, apa itu tadi ciri-ciri dari pengguna obat-obatan terlarang?” tanya Inggrit pelan namun jelas, suaranya terdengar seperti bisikan yang ditarik rasa cemas. Ia bertanya tepat setelah Radja meninggalkan ruang tengah. Djiwa yang masih berdiri di sana refleks menoleh. Namun tatapan Sekar tajam, mengulitinya—membuat Djiwa buru-buru menunduk. “Djiwa permisi dulu, Mi,” ucapnya, hampir seperti melarikan diri. Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan melangkah cepat menuju kamarnya. Sekar menghela napas berat, tatapannya kembali pada Inggrit. “Gimana?” Inggrit duduk, tapi perhatiannya teralih pada Anggita yang masih berdiri mematung, wajahnya bingung dengan percakapan orang dewasa yang baru saja ia dengar. “Kamu langsung masuk kamar aja, Gi. Mama masih mau ngobrol sama Nenek kamu,” ujar Inggrit lembut namun tegas, setidaknya di hadapan Sekar. Anggita mengangguk cepat, seperti diberi izin untuk lari dari ketegangan yang bahkan ia sendiri tidak mengerti. Ia bergegas naik ke lantai dua,

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 76

    Sepuluh hari setelah liburan mereka di Rotterdam, private jet keluarga Reinard akhirnya mendarat mulus di landasan Bandara Indonesia. Begitu roda pesawat berhenti sempurna, pramugara membuka pintu kabin. Udara Jakarta yang hangat langsung menyergap masuk, kontras dengan dinginnya musim dingin Belanda yang masih menempel di kulit mereka. Radja bangkit lebih dulu, meraih mantel tipisnya. Ia menoleh ke belakang, menatap Djiwa yang masih melepaskan seatbelt yang melingkari pinggangnya. “Ayo,” ucapnya pelan. “Kita sudah sampai.” Djiwa berdiri, menata rambutnya yang sedikit kusut karena tidur selama perjalanan panjang. Ia mengikuti Radja menuju pintu keluar, dan ketika menjejak lantai tangga pesawat, aroma khas kota Indonesia langsung menyambutnya. Hangat, lembap, dan rumah. Begitu keduanya menuruni tangga, seorang supir keluarga Reinard sudah menunggu di bawah dengan membungkuk hormat. “Selamat datang kembali, Tuan Radja,” sambutnya. Radja mengangguk, kemudian menoleh pada Djiwa.

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 75

    | Inggrit Mas, Anggita mau ngomong sama kamu. Jawab teleponnya. | Inggrit Kalau udah gak sibuk, telepon balik ya, Mas? Radja menatap pesan itu datar tanpa ekspresi, sama sekali tidak tertarik untuk membalas apalagi balik menghubungi Inggrit. Entahlah, dia merasa kalau wanita itu hanya menggunakan nama anaknya agar bisa menghubunginya. Dan selama hasil tes DNA yang Radja minta pada Arga belum keluar, dia tidak bisa tenang dan bersikap seperti biasa pada Anggita. Ia mendengus kasar, lalu memasukkan ponselnya ke dalam long coat miliknya. Kakinya kembali melangkah bersama wanita di sisi kirinya. “Kayaknya, kalau bukan lagi musim dingin—kita bisa jalan-jalan ke pantai ya, Mas?” Djiwa kembali kembali membuka suara saat keduanya terdiam cukup lama setelah Djiwa menyebut nama Inggrit. Ia sungguh tidak menyangka Radja akan semarah itu hanya karena dia menyebut nama istrinya. Padahal dia memang benar-benar bertanya. Jika iya, beruntung sekali Inggrit bisa mendapatkan pria seperti Radj

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 74

    Tangan Radja menahan pergelangan kaki Djiwa agar tetap terbuka. Sementara pinggulnya menghantam masuk lagi dan lagi, cepat, dalam, tanpa ampun. “Ahh ... Mas ... pelan-pelan dulu ....” desah Djiwa yang nyaris terdengar seperti tangisan anak kecil. Tapi bukannya melambat, Radja justru menunduk, menggigit bahunya dan semakin menghentakkan pinggulnya keluar masuk lebih keras lagi. Radja tidak menyangka dirinya bisa terpikat pada Djiwa—bukan hanya pada wajah atau sikapnya, tetapi pada keberadaannya meninggalkan bekas yang tidak bisa hilang. Ada sesuatu yang berbeda sejak pertama kali dia menyentuh Djiwa. Seperti rasa yang belum pernah ia temukan sebelumnya. Bukan sekadar ketertarikan, tapi efek yang menempel lama di kepalanya—seolah tubuhnya mengingat setiap sentuhan yang pernah terjadi. Dalam diam, Radja menyadari satu hal, dia mencicipi sesuatu yang tidak pernah jadi miliknya, namun justru membuatnya ingin memiliki sepenuhnya. Ada ego yang terusik. Ada naluri yang bangkit. Ada ras

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 73

    “Mas udah, ini kebanyakan,” keluh Djiwa sambil menahan tangan Radja yang lagi-lagi meraih pakaian lain yang tergantung rapi di deretan butik mewah. Mereka sudah berpindah dari Markthal ke sebuah mall besar di Rotterdam setelah makan siang, dan Radja seolah benar-benar tidak punya rem. Long coat baru? Diambil. Tas kulit branded? Masuk ke keranjang. Heels berbagai warna? Radja menunjuk dan langsung memanggil pramuniaga. “Kebanyakan?” Radja menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya. “Kamu ke sini cuma bawa satu koper kecil. Mana mungkin saya biarkan kamu jalan-jalan pakai itu-itu terus?” “Mas, tapi … ini semua mahal,” gumam Djiwa, pipinya memanas saat melihat tumpukan barang yang jelas bukan levelnya. “Saya yang bayar.” Radja kembali meraih satu set long coat warna krem yang langsung ia tempelkan ke tubuh Djiwa. “Ini cocok.” Tapi tak hanya satu warna, warna-warna lain juga dia ambil. Djiwa mundur setengah langkah. “Mas, serius, jangan semua dibeli.” Radja mendekat, menurunk

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status