Chapter: BAB 198 : ALAT PENYADAP“Nelpon sama siapa dia tengah malam begini?” gumam Daryan dengan kening mengerut, matanya fokus pada layar iPad yang menampilkan rekaman CCTV di kamar istrinya—Savana tengah menerima panggilan dan tampak merasa lebih tenang setelah menerima panggilan tersebut. “Apa teman kampusnya itu?” gumam Daryan lagi. Ia melipat kedua tangan di dada, lalu meraih ponsel dan mencari kontak Revanza. Tak butuh waktu lama, Revanza langsung menjawab panggilan Daryan. “Ada apa, Dar?” suara di seberang sana terdengar berat dan serak, Daryan tahu temannya itu pasti baru saja menerima nafkah batin dari istrinya. “Kalau sibuk, aku telepon besok lagi, Za,” kata Daryan dengan nada rendah, sudah menurukan ponselnya untuk memutuskan panggilan. Tapi belum sempat, Revanza langsung menjawab cepat. “Nggak, Dar. Aku udah selesai. Kalau penting, ngomong aja.” Daryan menunduk sejenak, lalu mengangkat kepalanya dan mulai mengatakan maksudnya menghubungi temannya itu. “Aku butuh alat penyadap di kamar istriku,
Last Updated: 2025-08-27
Chapter: BAB 197 : BUKAN KLINIK, TAPI TAMANSuara detak jam dinding menemani ruang praktik malam itu sekitar pukul sembilan malam. Seorang wanita paruh baya duduk di hadapan Arfan, matanya sembab, menyeka air mata dengan tisu yang sejak tadi tak lepas dari genggaman. “Saya gak tahu lagi harus bagaimana, dok. Suami saya sudah tujuh tahun meninggal, anak-anak sibuk dengan keluarga masing-masing. Saya cuma ... ngerasa kosong,” lirih wanita itu, suaranya bergetar. Arfan mengangguk pelan, mencatat sesuatu di notes-nya. “Perasaan itu valid, Bu. Kesepian memang bisa menggerogoti mental, apalagi kalau tidak dibagi dengan siapa pun.” Wanita itu hanya mengangguk. Arfan tersenyum tipis, mencoba menenangkan. “Kita bisa mulai dari rutinitas baru. Hal-hal kecil yang bisa bikin Ibu merasa ‘ada’. Kita atur sesi lanjutan minggu depan, ya?” Saat wanita itu berdiri dan mengucap terima kasih pelan, Arfan membalas dengan ramah. Namun sesaat setelah pintu ruang praktik tertutup kembali, ponselnya yang tergeletak di atas meja bergetar dua kal
Last Updated: 2025-08-27
Chapter: BAB 196 : DARYAN CEMBURU?!Daryan masih berdiri mematung di depan lift yang baru saja tertutup, seolah jiwanya ikut terkunci di balik pintu logam itu. Napasnya berat, bahunya turun naik. Sementara itu, Hana perlahan menghampiri, diikuti Ameer yang menatap menantunya dengan rasa bersalah. “Daryan,” panggil Hana pelan, menyentuh lengannya dengan hati-hati. Pria itu menunduk, tak mampu menatap siapa pun. “Savana ... bahkan gak mau lihat saya, Ma. Dia bener-bener marah sama saya.” Hana menggenggam lengan Daryan lebih erat, lalu memaksanya menatapnya. “Dengar, Nak. Savana bukan marah sama kamu. Dia cuma ... belum selesai berduka.” “Tapi saya suaminya. Saya yang seharusnya jadi tempat dia bersandar. Kenapa malah saya yang dia benci?” suara Daryan bergetar, mengandung luka yang dalam. Hana menatap Daryan dengan mata yang basah, tapi tetap tegar. “Karena kamu tempat paling aman buat dia, Daryan. Justru karena kamu yang paling dia percaya, makanya dia berani menunjukkan luka terdalamnya di depan kamu. Itu buka
Last Updated: 2025-08-26
Chapter: BAB 195 : DIANTAR ARFANMobil Arfan melaju tenang di bawah langit malam yang mulai menghitam. Di dalam kabin, suasana cukup hening, hanya suara mesin mobil dan kendaraan lain. Savana duduk di kursi penumpang samping kemudi, memandang keluar jendela pada gedung-gedung tinggi dengan sorot mata kosong. Arfan meliriknya sejenak sebelum membuka percakapan dengan hati-hati. “Nyonya,” panggilnya pelan, matanya tetap fokus pada jalan raya di hadapannya. Savana menoleh, tapi sebelum Arfan membuka suara—ia lebih dulu memotongnya. “Jangan panggil saya Nyonya, dok. Panggil aja langsung nama saya, Savana.” Arfan tersenyum kecil. “Tapi itu tidak sopan bagi saya, karena Anda kan—“ “Jika saya minta seperti itu, tolong dilakukan ya, dok? Saya gak memberi perintah, saya cuma minta aja.” Ucap Savana tegas. Arfan hanya mengangguk singkat, “Baiklah, Savana. Saya cuma mau tanya, kalau boleh tahu ... bagaimana kondisi Anda sekarang? Maksud saya, secara emosi ... keseharian? Sejak Anda meninggalkan rumah sakit kemarin
Last Updated: 2025-08-26
Chapter: BAB 194 : PEMAKAMAN ELITSore itu sebuah taksi berhenti di depan pemakaman elit di pusat kota. Seorang wanita bertubuh mungil turun dengan pelan, mengenakan setelan hitam sederhana dan kacamata hitam yang menutupi matanya yang sembab. Di tangannya, sebuket bunga lili putih tergenggam erat. Savana melangkah perlahan menyusuri jalan setapak yang basah oleh embun sore. Angin berembus lembut, seakan menyambutnya dalam keheningan yang menyayat. Sesampainya di makam yang masih tampak baru, Savana berjongkok perlahan. Matanya menatap nama kecil yang terukir di nisan itu—nama yang bahkan belum sempat dipanggil dengan suara keras, belum sempat dirayakan dengan pelukan hangat. “Maaf, Nak. Mama baru bisa dateng sekarang,” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar. Tangannya gemetar saat meletakkan bunga di atas tanah makam. Air mata yang sejak tadi ditahan, akhirnya jatuh perlahan dari sudut mata. Bahunya mulai terguncang, isaknya pecah, seakan semua luka yang ia tahan selama ini tumpah bersama tanah yang diam. “Ka
Last Updated: 2025-08-25
Chapter: BAB 193 : BERHALUSINASIJam di dinding kamar bernuansa putih gading milik Savana menunjukkan pukul dua dini hari. Savana masih terjaga. Duduk di ranjang dengan bantal di pangkuannya. Kamarnya gelap, hanya diterangi lampu temaram dari nakas. Tirai jendela berkibar pelan, diterpa angin malam dari celah kecil yang sengaja dibuka. Matanya kosong. Wajahnya pucat. Bibirnya kering. Tangannya perlahan menekan perutnya yang kini datar. Tak ada lagi jejak kehidupan di sana. Tiba-tiba… Tangis bayi menggema di telinganya. Samar, lalu makin jelas. Tangisan itu menusuk. Membelah udara malam yang sepi. Dan seperti biasa—itu hanya ada di kepalanya. Savana membekap mulutnya. Dadanya naik-turun. Tubuhnya bergetar hebat. “Anakku,” bisiknya, lirih sekali. “Maafin Mama. Maafin Mama, Nak.” Air matanya jatuh, membasahi bantal yang dipeluknya erat-erat. Ia memejamkan mata kuat-kuat, mencoba mengusir suara itu. Tapi tidak bisa. Tangis itu masih ada—bergaung dalam hatinya yang hancur. Ia bersandar ke dinding. Mena
Last Updated: 2025-08-25

Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku
Memiliki suami narsistik yang gemar mabuk dan kerap melakukan KDRT adalah neraka tak berujung bagi Yessa. Ia bertahan bukan untuk dirinya, melainkan demi sang ibu yang sudah memantapkan pilihannya pada Kaveer sebagai menantu.
Tekanan semakin mencekik ketika dua keluarga terus menuntutnya hamil, sementara sudah dua tahun berlalu pernikahan, tak ada secuil janin di rahimnya.
Di tengah kehampaan itu, hadir Isandro—sahabat Kaveer yang ternyata adalah senior Yessa di rumah sakit. Isandro menyimpan tatapan penuh rahasia—tatapan yang menelanjangi Yessa tanpa sentuhan, membakar darahnya setiap kali mereka berduaan.
Yessa mencoba menjaga jarak, namun Isandro tak pernah mundur. Semakin ia menolak, semakin Isandro mendekat—mencuri waktu, perhatian, hingga akhirnya mencuri tubuhnya.
Di antara dinginnya pelukan suami, Yessa menemukan panas yang memabukkan di pelukan lelaki lain. Sebuah rahasia yang menjadi candu—dan jika terbongkar, akan menghancurkan segalanya.
Read
Chapter: CHAPTER 22 | ERANGAN KENIKMATANGerakan Isandro kian menggila, hingga tubuh pria itu menegang sempurna. Rahangnya mengeras, napasnya memburu, lalu sebuah erangan kasar lolos dari bibirnya. “Arghhh—” Ia mencapai klimaksnya dengan sempurna, lalu menjatuhkan tubuh besarnya ke atas tubuh Yessa—memeluk wanita itu. “Mas!” Yessa menepuk tubuh besar Isandro, bukan hanya karena bobot pria itu melainkan karena Isandro mengeluarkan benihnya di dalam. “Mas Isa!” “Hm?” sahut Isandro, suaranya serak dan matanya terpejam efek sisa kenikmatannya. “Kamu keluarinnya di dalem!” panik Yessa yang tak sempat menikmati sisa berhubungannya dengan Isandro karena takut sampai hamil. Isandro menghela napas pendek, lalu menggulingkan tubuhnya ke sisi kanan Yessa. “Saya lupa, dan lagi, saya tidak pernah mengeluarkannya diluar. Saya juga tidak mau mengotori ranjang kamu. Tapi jangan khawatir, benih itu tidak langsung jadi dalam semalam,” balasnya tenang, suaranya lembut dan mampu menghipnotis Yessa yang polos. “Tapi kalau langsung jadi g
Last Updated: 2025-08-27
Chapter: CHAPTER 21 | GAIRAH SEMALAM“Mmh ... Mas!” Yessa mendorong dada Isandro dengan kuat hingga ciuman mereka terlepas. Napasnya terengah karena sejak ciuman itu terjadi, Isandro tidak memberikan kesempatan untuknya bernapas. Sementara Isandro hanya menyeringai tipis. Dengan gerakan santai, ia menjilat perlahan sudut bibirnya, membersihkan jejak saliva Yessa seakan itu bukan apa-apa. Tatapannya tetap terpasang tenang, dingin, namun justru membuat suasana semakin menegangkan. “Mas kenapa bisa ada di sini?” seru Yessa sambil melirik ke luar kamar, dimana pintu kamarnya tidak ditutup. “Mas ke sini sama Mas Kaveer, ya?” Wanita itu lantas berjalan menuju pintu kamar untuk memeriksa keadaan. Namun belum sempat melangkah jauh, Isandro menarik pinggang ramping Yessa dan menarik wanita itu ke sisinya. “Mas!” Yessa memberontak untuk menjauh dari Isandro. “Yessa ...,” suara Isandro tenang, namun terdengar nada ancaman. “Tidak ada Kaveer, hanya kita berdua di sini.” Yessa menatap pria itu sejenak, sebelum akhirnya tenang d
Last Updated: 2025-08-27
Chapter: CHAPTER 20 | CIUMAN LIAR“Sayang, lagi apa?” Jantung Yessa langsung berdetak sangat cepat begitu panggilan sayang disematkan Isandro padanya. Ia memegangi dadanya yang berdebar sambil menggigit bibir menahan senyum. “Sayang ...,” lagi, suara berat dan serak pria itu kembali mengisi ruang telepon. “Kamu lagi apa?” “Sa-saya ... saya lagi pasang salep yang kamu kasih waktu itu buat luka di tubuh saya, Mas,” balas Yessa cepat, tak ingin ketahuan kalau dirinya sempat grogi karena panggilan mesra itu. “Gimana, udah ada perubahan?” tanya Isandro pelan, suaranya tenang dan tegas. Yessa menghela napas pendek, masih menempelkan ponselnya di samping telinga. “Lumayan, Mas. Makasih ya buat salepnya. Saya bakal pakai rutin biar bekas lukanya hilang. Dan ... saya gak perlu malu lagi kalau di hadapan, Mas.” Ia tersenyum kecil setelahnya, meski Isandro tak dapat melihat. “Sayang ....” Tubuh Yessa kembali menegang mendengar panggilan itu, ia tak mengerti kenapa Isandro memanggilnya dengan panggilan mesra. Apa tujuannya
Last Updated: 2025-08-26
Chapter: CHAPTER 19 | PANGGILAN SAYANG ISANDRO“Isa?” Kaveer mengkerutkan keningnya bingung ketika mendapatkan Isandro datang ke rumahnya pada malam hari tanpa pemberitahuan. Pria itu berdiri tegap di hadapannya dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. “Ada apa?” tanyanya penasaran. “Anak-anak yang lain pada sibuk kerja,” ujar Isandro dengan suara beratnya, tatapannya lurus pada Kaveer. “Terus?” Kaveer mengangkat sebelah alisnya. “Cuma kamu yang gak kerja,” balas Isandro, suaranya tenang. “Temenin aku ke klub, aku traktir.” Setelah mengatakan itu, Isandro berbalik badan meninggalkan Kaveer yang tersenyum lebar di belakangnya. Pria itu buru-buru menyusul Isandro menuju mobilnya yang diparkir di depan pagar rumahnya. Isandro menghentikan langkahnya dan menoleh pada Kaveer dengan dahi mengernyit bingung. “Kamu gak izin dulu sama istri kamu?” “Istri aku?” Kaveer melirik rumahnya sekilas, lalu tersenyum kecil. “Dia udah tidur jam segini, Sa. Kecapekan dia kerja dari pagi sampe sore, jam tujuh malem udah molor dia.”
Last Updated: 2025-08-26
Chapter: CHAPTER 18 | NGAJAK BIKIN ANAKMalam itu setelah makan malam bersama sang anak—Arby, Isandro berdiri di balkon kamarnya yang luas dan mewah. Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, sementara satu tangannya lagi menahan ponsel di samping telinga. Nada sambung terus berdering hingga beberapa saat suara lembut seorang wanita terdengar di ujung telepon. “Halo ... Sayang?” “Kamu ada di mana, Rora?” suara Isandro tenang, tatapannya lurus ke panorama kota yang indah di malam hari. “Aku lagi kerja, Sayang. Kenapa?” Isandro memejamkan matanya sejenak lalu membuang napas kasar. “Kamu udah satu minggu gak pulang, Rora. Dan kamu masih tanya kenapa? Anak kamu cariin kamu setiap hari. Dia kangen sama kamu, kangen sama Mamanya.” “Tapi pekerjaan aku belum selesai, gimana dong?” balas Aurora di seberang sana, suaranya terdengar lembut dan tenang. “Aku pasti pulang, Sayang. Dua hari lagi aku pulang, aku janji.” “Apa yang kamu cari? Kalau kamu kurang sama uang bulanan yang aku kasih, tinggal bilang. Berapa kali aku haru
Last Updated: 2025-08-25
Chapter: CHAPTER 17 | LOGIKA ISTRITepat pukul dua siang, Kaveer bangun seperti biasa. Bahkan sarapan pagi dan jam makan siangnya dijadikan satu saat dia bangun. Tapi hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya, di mana dia ketika bangun dan keluar kamar menuju dapur—tak ada makanan yang dia temukan selain meja makan yang berantakan sisa amarahnya yang semalam. “Tch, sialan!” umpat Kaveer sambil menendang kursi di hadapannya hingga menimbulkan gebrakan. “Mulai kurang ajar Yessa!” tangannya mengepal erat di samping tubuhnya, seolah menunggu momen malam nanti untuk lanjutan yang semalam. Baru saja kakinya hendak melangkah menuju kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari dapur, suara ketukan pintu di luar menghentikan langkahnya. “Siapa datang siang-siang begini?” gumamnya sambil membawa langkahnya keluar. Tanpa mengecek dari jendela rumah, Kaveer langsung membuka pintu dan mendapatkan sosok wanita paruh baya berdiri di sana—Salma. “Ma—“ PLAK. Tamparan keras mendarat di pipi Kaveer sebelum dia sempat menyelesaika
Last Updated: 2025-08-25