Home / Thriller / Catch Me If You Can / 04. His Lovely Games

Share

04. His Lovely Games

last update Last Updated: 2021-05-12 07:59:04

    Betapa pentingnya pengawasan terhadap seorang anak, orang tua yang tak bisa melihat langsung pertumbuhan anaknya kelak akan merasakan sebuah penyesalan yang tertinggal di hati. Mereka tak lagi bisa mengulang saat-saat terindah bersama anak mereka.

    Salah satu dari sekian banyak orang tua yang akan menyesali hal itu adalah Joly dan Erick Owens.

    Mereka yang terlalu sibuk bekerja pun memberikan seluruh pengawasan anaknya kepada para pengasuh. Mereka sibuk mengejar duniawi, berpikir itu untuk masa depan sang anak, tapi mereka membuat seorang anak merasa kesepian karena kerap ditinggal orang tuanya pergi bekerja.

    Anak itu George Owens. Akibat tidak mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tua, di masa remaja ia berubah menjadi pembunuh berantai, bergabung ke kepolisian dengan tujuan tak baik, dan berakhir hukuman mati setelah meledakkan sebuah laboratorium dan menewaskan banyak orang.

    Penyesalan akan selalu datang terlambat.

    ***

    "George, anakku. Kemarilah, Nak," panggil Joly, ibu dari anak laki-laki yang tengah asyik bermain scrabble sendirian. Wanita berambut cokelat panjang sepinggang itu menyembunyikan beberapa kotak benda di belakangnya.

    Hari itu, kebetulan Joly mendapat cuti dari perusahaan tempatnya bekerja. Itu pun cuti selama beberapa jam saja untuk satu hari itu. Benar-benar menggambarkan kepadatannya selama tak berada di rumah. Dia adalah seorang wanita karier yang sibuk, sama halnya dengan suaminya, Erick Owens.

    Mereka adalah pasangan suami istri yang pekerja keras, bahkan mereka selalu bekerja walau di akhir pekan sekalipun. Karenanya, mereka berdua sama-sama tak punya waktu untuk mengawasi setiap apa yang George kecil lakukan selama mereka pergi bekerja.

    George yang dipanggil pun menoleh cepat ke arah wanita yang telah melahirkannya. Ia yang masih berumur lima tahun kala itu pun dengan cepat bangkit dari duduknya dan langsung berlari kecil menghampiri sang ibu. Joly dengan sigap menggendong putra kesayangannya dan membawanya ke atas pangkuannya. Joly lantas memeluk George mesra.

    "Ada apa, Ma?" tanya George dengan suaranya yang kecil, hampir terdengar seperti bisikan. Pupil matanya membesar, menunjukkan rasa ingin tahu yang juga sama besarnya.

    "Mama punya kabar bagus buat George!" Joly mengembangkan senyum dan melanjutkan perkataannya, "Coba kau tebak apa itu?"

    George memandang wajah ibunya, kemudian menggeleng tidak tahu. "George tak tahu, Ma," balasnya lirih. Entah mengapa ia menjadi tak bersemangat hari itu, padahal biasanya George adalah anak yang periang.

    Joly tertawa kecil. Tak menyadari perubahan anak laki-lakinya. "Mama dan Papa membelikan George banyak sekali mainan baru! Hmm, melihat kau yang senang dengan permainan yang mengandalkan daya pikir dan juga konsentrasi, kami berdua memilih permainan-permainan ini untuk kau mainkan!" ucap wanita itu kegirangan.

    "Kami harap George kelak menjadi seorang yang hebat, ya, Sayang?" Joly lalu mengusap surai-surai lembut George yang serupa dengan miliknya. Betapa beruntungnya anak laki-lakinya ini terlahir di keluarga mereka.

    George hanya mengangguk patuh, tak terlalu tampak apa dia merasa senang atau tidak dengan hadiah yang ibunya perlihatkan. Karena George adalah seorang anak yang jarang sekali memperlihatkan ekspresinya yang sebenarnya. Terkadang dia akan ceria, terkadang akan murung tanpa sebab. Namun, meski begitu, tangan mungilnya langsung meraih permainan puzzle dan menanyakan apa nama dan kegunaan dari permainan itu kepada sang ibu.

    Benda itu belum pernah dimainkan olehnya, dan itu adalah pertama kalinya George melihat benda di tangannya. Tampilannya cukup menarik di mata George karena bergambar tokoh kartun kesukaannya, Mickey Mouse.

    Sang ibu tersenyum manis dan menjawab pertanyaan putranya itu dengan senyum lebar di wajah. "Puzzle itu adalah mainan menyusun gambar, Sayang," jawab Joly sambil menunjukkan cara mainnya. "Gambar-gambar itu akan diacak terlebih dahulu sebelum siap kau mainkan. Jadi, di saat kamu akan mencoba menyusunnya di dalam bingkai dengan menghubungkan semua potongan-potongan kecil itu di kotaknya, nanti setelah selesai dia akan menjadi gambar yang utuh."

    George yang semula tak menyunggingkan seulas garis pun di wajahnya, mulai terlihat menaikkan sudut bibirnya sedikit. Sampai akhirnya, anak itu tersenyum sekali lagi ketika mendengarkan penjelasan sang ibu. Dia cukup mengerti apa yang telah ibunya jelaskan, karena sebelumnya dia pernah diajarkan seseorang cara bermain ini. Walau saat itu, dia tak bisa memahaminya sama sekali.

    Tak perlu waktu lama bagi George kecil untuk menguasai permainan-permainan yang sudah dibelikan oleh kedua orang tuanya. Dalam beberapa minggu saja, ia sudah sangat lihai memainkannya. Tentu semua berkat usaha dan kerja keras George yang sangat ingin menyamai kakak itu.

    Dan yang membuat kedua orang tua George, bahkan semua tetangga di sekitar rumahnya terkejut adalah George yang baru berusia lima tahun mampu menyelesaikan Irregural Rubik's Cube.

    Di mana rubik ini berbentuk 3D tak beraturan, yang kemudian akan diubah menjadi sebuah kubus persegi biasa. Bagi orang dewasa tentu pastilah mudah memainkannya dalam beberapa kali percobaan, meski ada juga orang-orang yang tidak bisa memainkannya. Akan tetapi, karena yang menyelesaikan permainan kubus ini adalah seorang anak kecil berusia kurang dari enam tahun, tentu saja hal ini sangat mengagumkan bagi orang-orang di sekitarnya.

    "George anak yang pintar, ya? Dia hebat sekali memainkan kubus yang rumit itu," puji salah seorang tetangga ketika mereka sengaja datang ke rumah George demi melihat anak laki-laki itu bermain.

    "Ah, tentu saja. George adalah anak yang sangat genius," sahut Joly dengan nada bangga. Betapa senangnya dia saat melihat ada orang lain yang memuji anak laki-lakinya. Itu berarti dia berhasil mencetak generasi keluarga Owens yang kelak akan menjadi orang yang sangat terkenal.

    Membayangkan kelak akan ada banyak sekali piagam dan piala di rumahnya membuat wanita itu menjadi besar kepala. Dia akan membuat George menjadi seorang ilmuwan, dokter atau apa pun yang kelak akan dikenang oleh banyak orang.

    Semua yang pernah meremehkan keluarga mereka kelak akan menyesal saat melihat keberhasilan putra tunggal pasangan Joly dan Erick Owens yang sedang bermain sendirian di halaman belakang itu.

    "Apa kalian yang mengajarkan George bermain permainan sulit itu?" tanya Meggan, tetangga sebelah rumah keluarga Owens. Joly menggeleng.

    "Tidak, kami tak pernah mengajarkannya apa-apa. Dia adalah anak yang murni lahir dengan bakat dan potensi. Seorang genius nomor satu di kota ini!" Joly benar-benar membanggakan anak satu-satunya itu, sampai mengundang decak kagum dari para tetangga yang senang sekali membicarakan keburukan seseorang.

    "Apa kalian tahu?" Joly memancing keingintahuan orang-orang haus topik hangat ini. "George juga sudah pernah menerapkan Blindfolded Solving, atau cara menyelesaikan rubik dengan mata tertutup."

    Dua orang wanita dewasa yang mendengarkan penjelasan sang nyonya besar keluarga Owens langsung berdecak kagum. Merasa takjub dengan keterangan yang baru saja Joly berikan kepada mereka. "Bukankah itu metode yang sulit? Anak saya bahkan belum bisa bermain rubik! Apalagi bermain dengan mata tertutup dan mendapatkan hasil yang memuaskan."

    Joly tergelak pelan. Wanita itu merasa puas sekali. "Ya, yang kau katakan itu benar. Bagi sebagian orang di dunia ini, bermain rubik dengan mata tertutup mungkin akan sulit pada awalnya. Namun, anakku George ini sama sekali tak mengalami kesulitan saat memainkannya."

    Lagi dan lagi, kedua wanita itu berdecak kagum atas prestasi anak tetangganya. "Dia anak yang hebat sekali, Anda beruntung memiliki seorang anak yang pandai seperti George."

    Joly tersenyum malu, dalam hati dia bersorak kegirangan karena mendapat pengakuan dari orang-orang bermulut besar ini. "Tentu saja, anak genius ini adalah didikan dari keluarga besar kami. Keluarga Owens yang sangat terpandang ...."

    Sayangnya, Joly tak tahu bahwa George lebih istimewa dari apa yang bisa ia ketahui tentang anak laki-lakinya itu.

Psychopath Tender

Ini banyak direvisi ya

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Catch Me If You Can   70. Khayalan Selalu Berlebihan

    Jantung Myra berdegup kencang, ditatapnya George yang tengah memandanginya dengan serius. George tak pernah seserius ini ketika berbicara dengannya, kecuali saat pemuda itu tengah menjelaskan pelajaran yang tidak bisa dia pahami. Myra menarik napas panjang, berusaha menetralkan irama detak jantungnya yang mulai menggila."Apa yang ingin kau sampaikan, George?" tanya Myra dengan tenang, padahal gadis itu berteriak histeris dalam hati. Dia benar-benar penasaran sekaligus gugup, gelisah menantikan kalimat yang hendak George sampaikan padanya.George memandangi Myra lekat-lekat. "Myra, aku menyukaimu." Kalimat singkat George berupa pengakuan cintanya kepada Emily, dia lalu melanjutkan, "Hanya itu yang ingin kukatakan padamu."Myra terbelalak karena kaget mendengar pengakuan George. "Sejak kapan?" tanyanya hati-hati, jantungnya terus berdetak kencang, rasanya Myra hampir gila karena mendapat pernyataan cinta dari seseorang yang sudah mencuri hatinya sejak lama."Sejak semester 2, waktu

  • Catch Me If You Can   69. Perasaan George

    George tahu jika idenya mengungkapkan perasaan kepada Myra itu terdengar gila, tapi dia tak pernah merasa begitu gugup sampai seperti ini, bahkan saat petugas kepolisian berusaha menggeledah rumahnya saja dia masih bisa tenang dengan jantung berdegup kencang.Ada sensasi aneh yang seolah ingin membuatnya berterus-terang kepada gadis yang menjadi teman pertamanya di Universitas Johns Hopkins itu.Oleh karena itu, George akan mengajak Myra bertemu untuk membahas hal ini. Akan jauh lebih baik baginya jujur kepada gadis itu daripada memendam perasaannya terlalu lama, apalagi gadis itu telah bersama laki-laki lain yang parahnya lagi adalah seorang dosen di kampus mereka."Myra, kau ada waktu siang ini sebelum pendaftaran klub sastra?" George menghampiri Myra tepat setelah kelas bahasa berakhir.Gadis itu terlihat kaget saat George datang menyapanya, apalagi mereka sudah lama tidak saling berbicara satu sama lain sejak dirinya berpacaran dua bulan yang lalu dengan Lee yang merupakan salah sa

  • Catch Me If You Can   68. Sama-sama Memendam Perasaan

    Cinta bersemi tak pernah seharum ini, itulah kalimat yang terlontar dari seorang pecinta yang tengah dimabuk asmara. George pernah membaca kalimat yang diciptakan oleh seorang penulis novel yang menulis sebuah kisah cinta antara dua insan yang tidak ditakdirkan bersama.Ceritanya disuguhkan dengan gaya bahasa sederhana yang membuat George sanggup menghabiskan bacaannya itu hanya dalam dua hari saja. Bagi seorang kutu buku, membaca novel selama dua hari itu termasuk lamban. Namun bagi George yang belum pernah membaca novel romansa sebelumnya itu termasuk cepat.Mungkin karena alur cerita itu yang begitu mirip dengan kisah cintanya.George tak tahu mengapa dia membeli sebuah novel cinta yang sebenarnya bukan merupakan genre kesukaannya. George bahkan tak tahu sudah sejak kapan dia sering kedapatan curi-curi pandang ke arah Myra, gadis yang menjauh darinya semenjak berpacaran dengan salah seorang dosen di kampus mereka.Jawaban dari semua kebingungan itu tak ada di buku manapun, meski d

  • Catch Me If You Can   67. Cerita George Tentang Myra

    "Surat dari Mr. Lee ini ... begitu menyentuh hati. Apa kau juga merasakannya?" Myra bertanya kepada George, sementara pemuda itu melipat kembali suratnya, lantas memasukkannya ke dalam amplop. Dia lalu mengembalikan surat itu kepada sang gadis."Rayuannya benar-benar kacau." Sebuah komentar pedas dari George mengenai surat yang Myra dapatkan dari sang dosen baru. "Di mana kau mendapatkannya?"Sepertinya Myra tidak mendengar ucapan George sebelumnya, sehingga tingkahnya masih menunjukkan kesan biasa-biasa saja. "Oh, di sela-sela pintu laci, tapi lokasinya tidak akan mudah dilihat orang lain," jawabnya sambil memandangi amplop surat itu. "George, sebagai sahabatku ... aku ingin memberitahumu bahwa dia itu sangatlah bersinar dan karismatik. Bisakah aku menerima perasaannya?"George menaikkan sudut bibirnya sedikit. "Kenapa kau menanyakan hal itu padaku?" tanya George balik. Myra agak kaget mendengar nada bicara George yang terkesan dingin."Sudah kubilang, kan? Kau itu sahabatku," jawab M

  • Catch Me If You Can   66. Kembali Ke Masa Lalunya George

    "Aku benar-benar terkejut saat kau bilang kau adalah orang Portugal, itu cukup jauh dari sini. Padahal kukira kau lahir di Amerika Serikat."George mendengkus pelan. "Apa kau tak pernah ke luar negeri?" tanyanya sarkastik, dalam hati berpendapat bahwa gadis seperti Jessie pastilah sering bolak-balik ke luar negeri dan menghambur-hamburkan uang orang tuanya, alih-alih untuk belajar."Belum pernah sama sekali," jawab Jessie jujur."Oleh karena itu, jangan mengomentari fisikku," sahut George dingin. "Asal kau tahu saja, tidak semua orang Inggris akan tampak seperti orang Inggris pada umumnya. Juga orang Amerika, dia tidak akan tampak seperti orang Amerika pada umumnya jika DNA ayah dan ibunya bukan berasal dari orang Amerika asli.""Di luar sana, ada banyak orang dengan penampilan bawaan dari lahir yang berbeda dengan yang lainnya." George menerangkan, berusaha untuk tidak berlebihan atau terdengar emosi saat memberitahukannya pada Jessie."Oh, maafkan aku." Jessie menundukkan kepalanya

  • Catch Me If You Can   65. Siuman

    Masa lalu yang menyedihkan, karena George harus kehilangan sang ayah tepat di hari wisudanya. Hari yang seharusnya bahagia, justru menjadi duka. Errick terkena serangan jantung saat mendarat di bandara, hendak memberi kejutan kepada George yang telah menyelesaikan studinya di Universitas Johns Hopkins.Errick begitu bersemangat, dia terlihat sehat dan bugar hari itu. Namun tiba-tiba saja kondisinya memburuk dalam sekejap begitu mereka tiba di kediaman George. Saat itu, George sedang dalam perjalanan ke rumahnya, tempat orang tuanya menginap selama beberapa waktu ke depan.Entah apa yang Errick lihat di ruang bawah tanah George, begitu dia kembali ke kamar atas, Joly mendapati suaminya sudah pingsan di lantai. Wanita itu tidak sempat menghubungi nomor darurat ketika dilihatnya Errick tidak bernapas dan tangannya persis di dada, seolah menahan rasa sakit di sana."Oh, Errick!" Joly langsung menangis histeris sambil memeluk sang suami.George tiba 20 menit kemudian, dan dia menyaksikan s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status