Share

11. Kekesalan Wulan

Tak peduli bagaimana baik dan ramahnya Pak Bandi memperlakukan Cakra sebagai seorang tamu, Wulan tetap merasa marah dan kesal melihatnya.

Bapaknya adalah orang baik. Tidak pernah menaruh dendam kepada siapapun yang telah melukai dan menyakiti perasaannya.

Sawah itu peninggalan satu-satunya yang diwariskan bapaknya Pak Bandi  alias eyangnya Wulan. Wulan masih ingat bagaimana eyangnya berpesan pada bapaknya untuk tidak pernah menjual sawah itu. Karena dari sawah itu mereka bisa hidup. Maka Pak Bandi senantiasa memegang janjinya pada sang bapak. Tapi kini sawah itu sudah berpindah tangan. Wulan tidak bisa membayangkan betapa hancur hati bapaknya.

Menatap Cakra dan mendengar suaranya membuat Wulan semakin kesal.

"Ehem, pak, Wulan pulang dulu ya. Sudah ditunggu Tyas."

Pak Bandi dan Cakra menoleh bersaman ke arah Wulan yang sedang berkemas.

"Ah iya, sudah siang ya. Bapak sampai lupa saking enaknya ngobrol sama nak Cakra," Sel
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status