Share

Bab 153

Penulis: Lin shi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-09 20:00:00

Setelah mimpi itu, Danang duduk lama di ranjang rumah sakit. Lampu temaram membuat bayangan tubuhnya jatuh samar ke lantai. Ia menarik napas dalam-dalam, tapi dada masih terasa sesak.

Tangannya menyentuh perban di kepalanya. Sakit. Tapi tak sesakit rasa kosong di hatinya malam ini.

Tak ada suara. Tak ada siapa pun di kursi penunggu. Biasanya, mamanya duduk dan tidur di sana, mengelus lengannya, mengomel pelan menyuruhnya minum obat. Kadang Dinda muncul, bawakan makanan favoritnya. Tapi malam ini?

Tak ada siapa-siapa.

“Mereka nggak datang…” bisiknya lirih. “Gara-gara Sinta… gara-gara aku…” Danang menyalahkan sinta. Dia tidak sadar, terjadinya perselingkuhan itu terjadi juga karena pihak laki-laki tidak bisa menjaga hati.

Ia menyandarkan tubuhnya ke bantal. Memandang langit-langit. Matanya sayu, jauh, kosong.<

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 156

    Yoga kembali melangkah ke gedung kantor untuk melaksanakan misi membantu Dinda. Gerbang depan sudah sepi, hanya satu sekuriti yang berjaga di pos.Sekuriti itu mengangkat alis, heran melihat Yoga kembali.“Lho, Pak Yoga? Kok balik lagi?” tanyanya.Yoga tersenyum tipis, mencoba terlihat santai. “Iya, Pak Danang titip ambil barang di ruangannya. Katanya penting.”“Ooh…” Sekuriti mengangguk pelan. “Pak Danang belum masuk ya?”“Belum. Masih dirawat. Saya cuma disuruh ambil beberapa dokumen.”“Kasihan ya, saya baru dengar Pak Danang kecelakaan. Semoga cepat sembuh.”“Amin.” Yoga mengangguk sopan sebelum melanjutkan langkah.Ia masuk ke dalam kantor yang sudah senyap. Lorong-lorongnya kosong. Beberapa lampu

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 155

    Aini duduk di karpet kecil di lantai bawah toko, sambil menyeruput teh hangat. Pandangannya lurus, tapi pikirannya tidak tenang. Dina duduk di depannya, wajahnya cemas.“Besok kita ambil pakaianmu di rumah Danang. Sekalian pamit. Kau pulang kampung,” kata Aini tiba-tiba, nada suaranya tegas.Dina terdiam sejenak. Ia menunduk. “Bunda… jangan paksa aku pulang. Biarkan aku tetap di kota, ya?”Aini langsung menatap tajam. “Apa?! Kau mau tinggal di sini sendirian dalam keadaan hamil? Dina, kau sadar kondisi kamu sekarang?”“Justru karena sadar, Bunda…” suara Dina lirih, “aku ingin berusaha, ingin mandiri. Toko ini... aku baru mulai. Aku sudah punya pelanggan. Kontrak tokonya juga masih panjang. Sayang sekali kalau semua ini kutinggalkan begitu saja.”Aini mendengus. “Kau pikir u

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 154

    “Wow!!”“Ditinggal sendirian, bebas ya?”Suara datar itu terdengar dari ambang pintu kamar. Dinda berdiri dengan satu tangan menyilang di dada, satu lagi menggenggam plastik berisi buah dan roti. Ekspresi wajahnya dingin, matanya menatap lurus ke arah Sinta yang sedang duduk di sisi ranjang Danang.Danang spontan menegakkan tubuh, sedikit terkejut. “Dinda…”Sinta tersenyum tipis, santai seolah tak merasa bersalah. “Pagi, Dinda.” Ia membetulkan letak rambutnya lalu berkata, “Kamu datang tepat waktu. Lagi ngobrol sama calon suami. Aku akan menjadi kakak iparmu."Dinda terdiam beberapa detik, lalu tertawa pendek—sinis. “Calon suami? Kakak ipar ?" Ia melangkah masuk dan meletakkan bungkusan di meja kecil. “Kamu yakin?”“Sangat,” jawab Sinta

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 153

    Setelah mimpi itu, Danang duduk lama di ranjang rumah sakit. Lampu temaram membuat bayangan tubuhnya jatuh samar ke lantai. Ia menarik napas dalam-dalam, tapi dada masih terasa sesak.Tangannya menyentuh perban di kepalanya. Sakit. Tapi tak sesakit rasa kosong di hatinya malam ini.Tak ada suara. Tak ada siapa pun di kursi penunggu. Biasanya, mamanya duduk dan tidur di sana, mengelus lengannya, mengomel pelan menyuruhnya minum obat. Kadang Dinda muncul, bawakan makanan favoritnya. Tapi malam ini?Tak ada siapa-siapa.“Mereka nggak datang…” bisiknya lirih. “Gara-gara Sinta… gara-gara aku…” Danang menyalahkan sinta. Dia tidak sadar, terjadinya perselingkuhan itu terjadi juga karena pihak laki-laki tidak bisa menjaga hati.Ia menyandarkan tubuhnya ke bantal. Memandang langit-langit. Matanya sayu, jauh, kosong.

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 152

    Dina menaiki anak tangga satu per satu, perlahan. Ia heran, karena sejak tadi bundanya tidak juga turun ke bawah, padahal masakan di meja sudah mulai dingin.“Bunda…” panggil Dina dari bawah tangga. “Makan malamnya sudah siap…”Tak ada jawaban. Dina melangkah cepat ke lantai atas, menuju dapur kecil yang ia sulap dari sudut ruang. Di sana, ia tertegun.“Bunda…?”Aini duduk di lantai, memeluk lututnya. Di tangannya, sebuah kotak susu hamil.Dina tercekat. Wajahnya memucat.“Bunda… maaf, aku—aku bisa jelaskan…” Suaranya nyaris tak terdengar.Aini menoleh perlahan, wajahnya penuh air mata yang jatuh tanpa suara. Tangannya gemetar memegang kotak susu itu.“Dina… ini… benar?” bisikn

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 151

    Dina sedang merapikan beberapa potong baju pelanggan di atas meja jahit ketika suara mobil berhenti di depan tokonya. Ia menoleh cepat, senyumnya mengembang, karena tadi tantenya menghubunginya dan Dina memberikan alamat tokonya.“Oh, Tante Hanum udah datang,” gumamnya, melangkah santai ke depan toko.Namun, langkah Dina mendadak terhenti begitu melihat siapa yang turun dari dalam mobil. Matanya membelalak. Napasnya tercekat."B-bunda?” bisik Dina, nyaris tak terdengar oleh dirinya sendiri.Aini turun dari mobil dengan langkah tegap dan wajah dingin yang tidak menyimpan sedikit pun senyum. Hanum menyusul di belakangnya, melemparkan senyum kecil yang tampak kikuk.Dina berdiri mematung di ambang pintu toko. Jantungnya berdetak tidak karuan. Kakinya terasa berat untuk bergerak.“Dina...” suara Hanum terd

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status