"Kita mungkin akan bertarung. Hmm, bagaimana jika kita bertarung di dunia setan?" tanya sosok di hadapan Lala.
Lala tidak menjawab, ia masih terus merapal mantra hingga wajahnya semakin pucat dan bertambah menyeramkan.
"Oh, baiklah aku tidak menunggu jawabanmu!"
Sesuatu hitam pekat menyelimuti mereka berdua, semakin pekat hingga menghilang tampa meninggalkan jejak. Sosok itulah yang melakukannya, ia ingin bertarung dengan Lala di dunia setan.
Dunia setan sendiri merupakan tempat para mahluk berwajah seram tinggal, sedikit sepi namun menyeramkan. Biasa digunakan oleh para mampuni (berilmu ghaib) untuk bertarung di sana.
"Aku terlambat!" umpatnya.
Merre baru tiba di tempat menghilangnya Lala dan sosok itu setelah beberapa saat. Keadaan Merre sedikit kacau karena dia juga terlibat pertarungan oleh Sosok jahat lain sebelumnya, itulah alasan mengapa ia tidak datang ketika Lala memanggilnya.
"Aku harus menyusul Lala! Aku... tidak boleh membiarkannya terluka!"
Merre pun menghilang untuk menyusul Lala di dunia setan.
***
Di sebuah dunia setan yang suasananya hanya dipenuhi awan mendung dan petir namun tidak ada hujan, suasananya redup.Dhuarrr!
Ledakan besar baru saja terjadi, Lala dan Sosok itu terlempar secara bersamaan tapi Lala 'lah yang mendapat luka dalam karena ia memuntahkan darah segar dari bibirnya.
"Rasakan ini, Lala!"
Disaat Sosok gadis menyeramkan itu bangkit untuk menyerang Lala kembali, satu Sosok familar bagi Lala.
"Lala bukanlah lawanmu, tapi akulah lawanmu, Grabille!"
Sosok yang Merre panggil Grabille mengeram keras dan berusaha mendorong Merre yang menahan energi di tangannya.
"Kau pikir aku mudah kau kalahkan Merre? Kau lupa, kalau akulah yang membunuh Kanjura?"
Kanjura adalah Sosok paling kuat dan ditakuti sedunia setan namun setelah adanya Grabille yang licik ialah yang membunuh Kanjura dengan meracuninya.
Merre tersenyum sinis, ia tahu persis sikap Grabille yang ceroboh walaupun ia terbilang Sosok terkuat setelah kehancuran Kanjura.
"Ya, aku tahu kau kuat, tapi... aku bisa memukul mundur kau!"
Grabille semakin geram, ia mengalirkan energi yang lebih besar sehingga energi mematikannya mengharuskan Merre terpukul mundur.
"Kau masih saja lemah! Aku bisa membuatmu menjadi bubur daging dengan energi unguku, Merre, haha!"
Grabille memutar-mutar energi berukuran kecil dan berwarna ungu terang di tangannya.
Merre menghampiri Lala yang masih terbaring di tanah dan membantunya bangun.
"Sebaiknya kau pergi saja dari sini! Lala, dia bukanlah lawanmu!"
Lala menatap Merre tajam dan mengusap darah hitam di samping bibirnya.
"Aku tidak lemah!" bentak Lala.
"Kyakkkkk!"
Lala melayang tinggi di dunia setan dengan aura hitam kemerah-merahan mengelilinginya.
"Apa? Bagaimana bisa... kau!"
Merre tidak mengira Lala bisa mengeluarkan aura iblis merah pada tubuhnya karena setahunya aura itu sudah dikunci oleh Nenek Lala.
Lala melayang menuju arah Grabille yang juga menatap remeh padanya. Aura iblis Lala bertambah pekat dan menyatu dengan abu-abu perak dunia setan.
"Menarik!"
Grabille mengumpulkan energi hijau dan memasang perisai kotak untuk menahan serangan Lala.
Kreekkk!
Perisai kotak buatan Grabille retak-retak namun tidak sampai hancur, ia mengerutkan dahi dan berusaha keras menahan aura iblis dari Lala.
Grabille tidak menyangka perisai andalannya retak karena aura iblis Lala dan energi yang dihasilkan Lala juga sangat kuat.
"Kau akan hancur, dasar hantu penggangu!"
Lala menambah energinya dan mendorongnya keras.
Kreeekkk!
Retakan pada perisainya bertambah banyak Grabille seketika menjadi panik, perisainya sudah ingin hancur.
"Aku harus cari titik lemahnya!" gumam Grabille sambil berusaha menahan Lala meski dia sendiri tidak yakin bisa menahan lebih lama.
Pyarrrrrr!
Bhuakkk!Bersamaan dengan hancurnya perisai Grabille, Lala ikut terlempar akibat dirinya belum terbiasa dengan energinya sendiri.
Grabille melihat adanya peluang dia bangkit ingin menusuk Lala, namun belum sempat Grabille menusuk perut kiri Lala yang ia yakini adalah letak kelemahannya, Merre menghalaunya dengan energi yang tersisa sedikit.
Lala lagi-lagi memuntahkan darah segar, Lala terlihat amat lemas, namun dia memaksa tubuhnya untuk bangun alhasil dia tersungkur.
"Lala!"
Merre melayang cepat untuk menimang Lala yang sudah lemas tersungkur di tanah. Grabille juga tidak dalam keadaan yang baik.
Melihat keadaan Lala, Grabielle tertawa sinis dia merasa sedikit puas walau keadaan dirinya hampir sama dengan Lala. Tawanya membuat Merre geram."Ahaha! Dasar manusia lemah! Kau pikir aku mudah kau kalahkan? Jika demikian kau akan kecewa! Aku adalah mahluk terkuat setelah Kanjura, ha ha ha!"Grabiella tertawa keras menciptakan gemuruh yang saling bersahut-sahutan di Dunia Setan. Petir saling bersambaran, Merre tambah geram namun dia tidak bisa meninggalkan Lala begitu saja, sebenarnya Merre bisa saja keluar dari dunia setan namun berbeda halnya dengan Lala yang tidak bisa keluar sebelum Grabielle dihancurkan, tetapi masalahnya sekarang Merre mengalami luka bekas pertarungannya dengan anak buah Grabielle sebelumnya. Biarpun Merre sedang dalam keadaan optimal dia tetap tak bisa mengalahkan Grabielle hanya bisa menahannya beberapa jam saja, kepala Merre amat pusing sekarang, antara meninggalkan Lala sendiri dan pergi meminta bantuan pada Masternya (Nenek Lala sendiri) at
Perhatian sosok gadis imut itu teralihkan kepada Grabielle, wajah imutnya mengalami perubahan derastis yang tadinya manis juga imut kini wajah tampa bola mata, bibir robek hingga telingannya juga ada sepasang tanduk di kepalanya seperti iblis, tatapannya haus darah penuh dendam."Mahluk hina! Kau kira hanya dirimu saja 'kah yang berkuasa? Dasar naif!" Suaranya menggema menggetarkan tanah, Grabielle sampai menutup kedua telingannya, dia muntah darah.(Tanda petik satu menandakan kalau dia berbicara di dalam pikirannya).'Gawat! Aku bukanlah lawannya! Aku harus memikirkan cara agar bisa kabur.'"Siapa sebenarnya kau?" tanya Grabielle menyimpitkan mata."Baik, karena kau sudah ingin mati jadi aku akan memberitahumu, jadi... jangan jadi hantu penasaran untuk kedua kalinya, hihihi."Dia melambung tinggi sebelum memuncukan sebuah kelopak mawar hitam lalu menjadikannya tempat duduknya."Namaku Gui Yin atau lebih tepatnya hantu pemurni, beras
Karena insiden itu, Lala mendapat panggilan dari Neneknya di kampung dan dia harus terpaksa meminta izin untuk tidak bersekolah dalam beberapa hari. Gui Yin sendiri lenyap setelah mengantar Lala dan hantunya pergi dari dunia setan."Pemandangan di sini masih asri, hmm." Lala menghirup banyak udara segar sembari tersenyum manis."Dasar Lala!" Merre muncul tiba-tiba mengagetkan Lala, buyar sudah momen Lala.Lala menatap Merre dengan malas yang dibalas dengan seringaian darinya, Lala sedikit bingung kenapa tiba-tiba dia dipanggil oleh Neneknya dan Neneknya sendiri tidak memberi tahunya pasal itu. Neneknya hanya akan mengatakannya bila malam jum'at keramat sudah tiba jadi tiga hari lagi hari itu tiba."La, mau tidak ikut Nenek ke sawah?"Lala menoleh melihat Neneknya muncul dari dalam rumah lengkap dengan pakaian lusuh yang sebagaimana dipakai bila ingin ke sawah."Mau! Bentar Lala ngambil topi dulu," ucap Lala lalu pergi ke gudang mengamb
Tibanya mereka di sawah, pemandangan pesawahan dengan padi yang sudah menguning menambah kesan baik bagi Lala."Eh, ada Neng Lala ternyata." Salah seorang yang ada di sana menyapa Lala."Iya, baru kemarin datang Bu," ucap Lala tersenyum."Kalau ada waktu luang bolehlah mampir main ke rumah sekalian kenalan sama keponakan biar nambah akrab, siapa tahu nanti bisa jadi keluarga ya 'kan?" Ibu itu terkikik pelan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Lala.Lala bergidik, "belum ada niatan soal itu Bu, Lala mau fokus sekolah dulu.""Ya, sudah kalau gitu tunangan saja dulu," celutuknya."Cucuku ndak boleh ditentukan pasangannya sama kamu!" Ketus Nenek lanjut berjalan dengan muka masam.Lala menyusul berasama Merre, Neneknya memang akan merasa marah jika soal pernikahan. Katanya hanya dia yang boleh menentukannya dan katanya Lala hanya boleh menikah bila usianya mencapai 25 tahun.Tiba sudah Lala dan Neneknya di sawah miliknya, Lala d
Tidak terasa kini sudah akan malam jum'at, Lala kini terlihat menyapu halaman rumah Neneknya dengan Merre tentunya. Sedari tadi perasaan Lala tidak tenang seolah sebuah masalah akan segera terjadi dia juga tidak tenang soal keadaan Neneknya yang pergi ke pasar membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menyegel garis keturunannya."Merre."Merre menengok ke arah Lala, "apa?""Hantu ganas itu bersama dengan Nenek 'kan?" Lala menanyai Merre setelah dia jongkok di depan tumpukan daun yang sudah dia sapu."Gui Yin? Mana ku tahu." Jawab Merre singkat, dia mulai bergidik ngeri mengingat keganasan Gui Yin waktu itu."Oh, bakar gih!" Lala menunjuk tumpukan daun dan menyuruh Merre untuk membakarnya menggunakan energi api."Cih!" Decih Merre.Tampa Lala dan Merre ketahui kalau sedari tadi mereka diperhatikan oleh sepasang mata sayu di balik rimbunnya tanaman pohon di halaman rumah Neneknya."Keturunan istimewa, yaa? Menarik." Pemili
"Selamat datang, Puan!"Raja neraka mengacuhkannya, dia melayang mendekati tempat Lala berendam lalu menundukkan wajahnya di belakang kepala Lala dan terlihat seperti menghirup bau harum tubuh Lala."Bau yang harum namun sayang harus menjadi pengumpul roh, ck!"Lala tidak mendengar apapun, mati rasa di tubuhnya membuatnya tidak bisa merasakan apapun seakan itu bukanlah tubuh miliknya."Puan, tolong!" Nenek Lala bersuara.Raja neraka tersenyum, dia lalu mengangkat tangannya tepat di atas kepala Lala. Tidak lama sesuatu cahaya kecil muncul di sana menciptakan sebuah simbol rumit sebelum bunyi seperti retakan tulang menandakan kalau garis keturunan Lala tersegel."Aih, sebenarnya aku akan menunggu beberapa tahun untuk melihat apakah dia layak menjadi pengumpul roh namun itu sepertinya tidak bisa.""Puan...," nenek Lala mengangkat pandangannya melihat punggung Raja neraka."Itu bisa saja, asal kau mau menukar jiwamu itu sebagai pen
Setelah hari pensegelan selesai, Lala beserta hantu penjaganya kembali ke kota karena waktu tenggang izinnya dari sekolah sudah habis di dalam perjalanan Lala seringkali merasa diikuti. Merre seringkali memutar-mutari tubuh Lala yang tidak seperti biasanya, Lala pun merasa bingung namun ketika melewati suatu terdapat di desa itu dalam melihat para roh seakan tunduk pada dirinya dan sebagian lirik benci padanya.'Kakak, Aku menyukaimu! Tolong bawa aku bersamamu.'Lala tersentak kaget dan buyar dari lamunannya, suara yang mendayu-dayu di telinganya membuatnya seperti terhipnotis.'Kakak bawa aku bersamamu!'Suara gadis yang mendayu-dayu itu terus mengisi telinga Lala, suasana seakan sunyi di dalam mobil bahkan suara angin yang ditabrak oleh laju mobil tidak terdengar sama sekali oleh Lala, tatapan Lala tak berkedip seakan sudah terhipnotis."Lala, sadar woi!"Lala tidak merespon, Merre dibuat geram oleh roh jahat yang mengacaukan pikiran Lala.
Lala terus mengutuk Raja neraka sepanjang jalan yang dilaluinya, disepanjang jalan juga itu Merre tidak menurunkan kewaspadaannya pada sekitar macam-macam rupa roh mereka lalui."Dimana lokasi roh pengacau itu sih? Ngasih tugas nggak lengkap, nggak ikhlas banget, cih!" omrel Lala."Kurasa ini adalah ujian deh Lala, sebab Yama itu belum melihat kelayakanmu," kata Merre."Layak apanya? Kapan gue bilang setuju buat jadi penangkap roh? Kagak kali!""Lo udah nerima tokennya yang tandanya lo setuju, Lalaku," ucap Merre memutar bola mata hitam pekatnya."Kamu diam!" ketus Lala."Okee," jawab Merre dengan malas.Ditengah perdebatan mereka, suasana yang tadinya ribut dengan kicauan burung dan bunyi jangkrik menjadi sunyi seketika. Lala menghentikan langkah kakinya dan Merre mengeluarkan kuku-kuku panjangnya sambil mengawasi sekitar.'Hi hi hi hi hi!'"Sialan!" maki Lala.'Hahaha, hi hi hi hi!' tawa cekikikan menggema memec