Melihat keadaan Lala, Grabielle tertawa sinis dia merasa sedikit puas walau keadaan dirinya hampir sama dengan Lala. Tawanya membuat Merre geram.
"Ahaha! Dasar manusia lemah! Kau pikir aku mudah kau kalahkan? Jika demikian kau akan kecewa! Aku adalah mahluk terkuat setelah Kanjura, ha ha ha!"
Grabiella tertawa keras menciptakan gemuruh yang saling bersahut-sahutan di Dunia Setan. Petir saling bersambaran, Merre tambah geram namun dia tidak bisa meninggalkan Lala begitu saja, sebenarnya Merre bisa saja keluar dari dunia setan namun berbeda halnya dengan Lala yang tidak bisa keluar sebelum Grabielle dihancurkan, tetapi masalahnya sekarang Merre mengalami luka bekas pertarungannya dengan anak buah Grabielle sebelumnya. Biarpun Merre sedang dalam keadaan optimal dia tetap tak bisa mengalahkan Grabielle hanya bisa menahannya beberapa jam saja, kepala Merre amat pusing sekarang, antara meninggalkan Lala sendiri dan pergi meminta bantuan pada Masternya (Nenek Lala sendiri) atau bertarung dengan Grabielle dengan mati-matian.
Lamunan Merre buyar setelah Grabielle kembali berbicara.
"Ku akui aura iblis merahmu memang kuat dan ditambah lagi dengan energimu tapi sejujurnya itu tidak kuat membunuhku, ha ha ha!"
Grabiella melayang tinggi dengan aura hijau tua mengelilinginya, matanya pun merubah warna menjadi warna serupa. Dia melayang semakin tinggi sebelum membentangkan kedua tangannya dan berputar.
"Gawat! Aura Hantu Hijau!" Merre panik, dengan cepat dia membuat perisai hitam pekat untuk Lala meski tidak cukup kuat namun setidaknya bisa melindungi Lala sampai Lala kembali stabil.
"Hari ini... hari berakhirnya kehidupanmu manusia kecil!"
Aura hijau Grabiella semakin pekat dan ada bulatan kecil yang berjumlah banyak mengelilinginya, dengan arahan tangan pada Lala buntalan kecil itu meleset dengan kecepatan tinggi siap menghantam tubuh lemah Lala juga Merre.
Merre dengan sigap menahan serangan Grabiella dengan energi hitam pekatnya meski susah dan menyakitkan.
"Apa? Hantu kecil peliharaan Nenek tua yang sudah bau tanah ingin menahan bola hijauku? Ha ha ha, dasar naif! kau hanya mengantar hidupmu padaku!"
Grabiella memutar jari telunjuknya dan mengarahkannya kepada Lala, seketika itu ada cahaya merah bercampur hijau keluar dari telunjuknya menuju Lala.
"Tidak! Lala tidak boleh terluka lagi!"
Dengan sekuat tenaga Merre mendorong buntalan hijau Grabiella kemudian melayang dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata Grabiella sekali pun.
"Riwayatku berakhir kali ini, Nenek, Ayah, Ibu maafkan Lala." Suara parau Lala terdengar pasrah.
Cahaya merah hijau Grabiella sudah semakin dekat padanya, Lala sudah pasrah apa bila dirinya mati di Dunia Setan ini.
Bayangan pengalaman masa kecilnya mengisi kepalanya, kenangan berpetualang dengan Neneknya dan masih banyak lagi. Kenangan itu membuat Lala tersenyum di detik-detik akhir hidupnya.
"Sedikit lagi!"
Lala memejamkan mata serta senyumannya bertambah manis seolah yang dialaminya memang diharapkan olehnya.
Dhummhk!
Dentuman keras mengisi Dunia Setan setelah cahaya merah hijau Grabiella mengenai tempat Lala.
"Tamat riwayatmu!! Ha ha ha, dendam Ibuku terbalaskan dengan kematianmu Lala, ha ha ha!"
Tawa Grabiella menggema-gema bersama riuhnya suara halilintar namun tak ada hujan yang dihasilkan, Dunia Setan semakin suram bagai senja tampa mataharinya.
"Apakah aku sudah mati?"
Lala membuka matanya ketika tidak dia rasakan rasa sakit yang baru kecuali rasa sakit luka dalamnya.
Ketika penglihatan Lala sudah sedikit jelas, betapa terkejut nya Lala kala melihat Sosok penjaganya selama ini melindunginya dari serangan dahsyat Grabiella.
"Mer-re?! Kenapa kau melakukan ini!" seru Lala amat tak percaya.
Secara samar Merre tersenyum kepada Lala di tepi bibirnya penuh darah hitam, darah yang membuat hati Lala menjerit marah.
"Itu sudah tugasku Lala. Melindungimu dari bahaya meski kehidupanku yang menjadi taruhannya."
Lala menggeleng keras, air matanya luruh seketika. Merre semakin tersenyum kepada Lala.
"Bertahanlah Merre! Aku mempunyai keristal kehidupan untukmu."
Lala mengubah posisi berbaringanya menjadi duduk kemudian tangannya ia arakan ke dalam mulutnya.
Dari dalam sana muncul kristal kecil yang memancarkan aura keperakan yang dikeluarkan oleh Lala. Segera mungkin Lala mengulurkannya kepada Merre.
"Ini, telan ini Merre! Kristal kehidupan ini berguna untukmu."
Merre kembali tersenyum atas perbuatan Lala, bisa dilihat olehnya ketika Lala mengeluarkan kristal kehidupan itu ada darah segar yang mengalir di tepi bibir Lala.
Merre tahu betul itu sangat berguna untuk mempertahankan kehidupannya namun sebaliknya jika kristal kehidupan itu tidak lagi bersama dalam tubuh Lala maka umur Lala akan berkurang.
"Lala, aku tidak membutuhkan kristal kehidupan itu sebaiknya kau masukkan kembali ke dalam tubuhmu! kau lebih membutuhkannya." Suara lembut Merre mendayu.
"Tidak! Umurku tidak penting! Kau adalah Sosok paling berharga bagiku!"
Debu bekas dentuman keras tadi sudah hilang dan Grabiella melihat ada cahaya keperakan di tangan Lala.
"Kristal Kehidupan!" jeritnya.
Merre terkejut dan langsung merampas kristal kehidupan dari tangan Lala, Lala sendiri tersenyum manis dikiranya Merre akan menelan Kristal kehidupan nya namun sebaliknya Merre menggunakan kekuatannya untuk membuka mulut Lala dan memasukkan kembali Kristal kehidupannya.
"Uhhuk!"
Lala terbatuk ketika kristal kehidupan itu memasuki tenggorakannya dan menyatu pada tubuhnya.
"Tidakkk!"
Grabiella menjerit keras baru saja dia ingin merebut Kristal Kehidupan Lala, namun terlambat hal itu membuatnya gelap mata.
Grabiella menyerang Lala dan Merre yang masih belum mengetahuinya.
Bruakk!
"Dasar Hantu jahat!"
Sosok Hantu baru saja menghantsm Grabielle mrmbuatnya terpental ratusan meter,,sosok tadi berbalik menatap Lala dan Merre dengan tatapan mengejek.
"Dasar pembuat masalah! Apa yang kau pikirkan tadi, hah?! Mengeluarkan keristal kehidupan dengan santainya, apa kau tidqk takut itu akan membawa masalah?! Dasar bodoh!"
Lala dan Merre melongo, siapa dia? Kenapa dia marah? Kenapa membantu kita? Segala macam pertanyaan memenuhi keoalanya.
Sosok tadi sedikit tenang setelah memarahi Lala dan Merre namun setelah melihat reaksi mereka berdua, emosinya kembali meledak.
"Apa maksud tatapanmu itu?! Dasar badjingan!"
"Siapa kau?" Lala memberanikan diri menanyainya dan bukannya mendapat jawaban dia malah mendapat amukan tambahan.
"Ah, sialan! Bisa-bisanya kau melupakanku! Dasar bocah nakal, akan ku beri kau nanti pelajaran setelah ini berakhir.
Lala tambah bingung, dia sama sekali tidak mengingat pernah kenal dengan sosok hadis imut yang sedang marah itu.
"Bagus, sangat bagus! Kau membuatku tertarik padamu, ahaha!" Grabielle melayang mendekat dengan wajah setengah hancur.
Perhatian sosok gadis imut itu teralihkan kepada Grabielle, wajah imutnya mengalami perubahan derastis yang tadinya manis juga imut kini wajah tampa bola mata, bibir robek hingga telingannya juga ada sepasang tanduk di kepalanya seperti iblis, tatapannya haus darah penuh dendam."Mahluk hina! Kau kira hanya dirimu saja 'kah yang berkuasa? Dasar naif!" Suaranya menggema menggetarkan tanah, Grabielle sampai menutup kedua telingannya, dia muntah darah.(Tanda petik satu menandakan kalau dia berbicara di dalam pikirannya).'Gawat! Aku bukanlah lawannya! Aku harus memikirkan cara agar bisa kabur.'"Siapa sebenarnya kau?" tanya Grabielle menyimpitkan mata."Baik, karena kau sudah ingin mati jadi aku akan memberitahumu, jadi... jangan jadi hantu penasaran untuk kedua kalinya, hihihi."Dia melambung tinggi sebelum memuncukan sebuah kelopak mawar hitam lalu menjadikannya tempat duduknya."Namaku Gui Yin atau lebih tepatnya hantu pemurni, beras
Karena insiden itu, Lala mendapat panggilan dari Neneknya di kampung dan dia harus terpaksa meminta izin untuk tidak bersekolah dalam beberapa hari. Gui Yin sendiri lenyap setelah mengantar Lala dan hantunya pergi dari dunia setan."Pemandangan di sini masih asri, hmm." Lala menghirup banyak udara segar sembari tersenyum manis."Dasar Lala!" Merre muncul tiba-tiba mengagetkan Lala, buyar sudah momen Lala.Lala menatap Merre dengan malas yang dibalas dengan seringaian darinya, Lala sedikit bingung kenapa tiba-tiba dia dipanggil oleh Neneknya dan Neneknya sendiri tidak memberi tahunya pasal itu. Neneknya hanya akan mengatakannya bila malam jum'at keramat sudah tiba jadi tiga hari lagi hari itu tiba."La, mau tidak ikut Nenek ke sawah?"Lala menoleh melihat Neneknya muncul dari dalam rumah lengkap dengan pakaian lusuh yang sebagaimana dipakai bila ingin ke sawah."Mau! Bentar Lala ngambil topi dulu," ucap Lala lalu pergi ke gudang mengamb
Tibanya mereka di sawah, pemandangan pesawahan dengan padi yang sudah menguning menambah kesan baik bagi Lala."Eh, ada Neng Lala ternyata." Salah seorang yang ada di sana menyapa Lala."Iya, baru kemarin datang Bu," ucap Lala tersenyum."Kalau ada waktu luang bolehlah mampir main ke rumah sekalian kenalan sama keponakan biar nambah akrab, siapa tahu nanti bisa jadi keluarga ya 'kan?" Ibu itu terkikik pelan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Lala.Lala bergidik, "belum ada niatan soal itu Bu, Lala mau fokus sekolah dulu.""Ya, sudah kalau gitu tunangan saja dulu," celutuknya."Cucuku ndak boleh ditentukan pasangannya sama kamu!" Ketus Nenek lanjut berjalan dengan muka masam.Lala menyusul berasama Merre, Neneknya memang akan merasa marah jika soal pernikahan. Katanya hanya dia yang boleh menentukannya dan katanya Lala hanya boleh menikah bila usianya mencapai 25 tahun.Tiba sudah Lala dan Neneknya di sawah miliknya, Lala d
Tidak terasa kini sudah akan malam jum'at, Lala kini terlihat menyapu halaman rumah Neneknya dengan Merre tentunya. Sedari tadi perasaan Lala tidak tenang seolah sebuah masalah akan segera terjadi dia juga tidak tenang soal keadaan Neneknya yang pergi ke pasar membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menyegel garis keturunannya."Merre."Merre menengok ke arah Lala, "apa?""Hantu ganas itu bersama dengan Nenek 'kan?" Lala menanyai Merre setelah dia jongkok di depan tumpukan daun yang sudah dia sapu."Gui Yin? Mana ku tahu." Jawab Merre singkat, dia mulai bergidik ngeri mengingat keganasan Gui Yin waktu itu."Oh, bakar gih!" Lala menunjuk tumpukan daun dan menyuruh Merre untuk membakarnya menggunakan energi api."Cih!" Decih Merre.Tampa Lala dan Merre ketahui kalau sedari tadi mereka diperhatikan oleh sepasang mata sayu di balik rimbunnya tanaman pohon di halaman rumah Neneknya."Keturunan istimewa, yaa? Menarik." Pemili
"Selamat datang, Puan!"Raja neraka mengacuhkannya, dia melayang mendekati tempat Lala berendam lalu menundukkan wajahnya di belakang kepala Lala dan terlihat seperti menghirup bau harum tubuh Lala."Bau yang harum namun sayang harus menjadi pengumpul roh, ck!"Lala tidak mendengar apapun, mati rasa di tubuhnya membuatnya tidak bisa merasakan apapun seakan itu bukanlah tubuh miliknya."Puan, tolong!" Nenek Lala bersuara.Raja neraka tersenyum, dia lalu mengangkat tangannya tepat di atas kepala Lala. Tidak lama sesuatu cahaya kecil muncul di sana menciptakan sebuah simbol rumit sebelum bunyi seperti retakan tulang menandakan kalau garis keturunan Lala tersegel."Aih, sebenarnya aku akan menunggu beberapa tahun untuk melihat apakah dia layak menjadi pengumpul roh namun itu sepertinya tidak bisa.""Puan...," nenek Lala mengangkat pandangannya melihat punggung Raja neraka."Itu bisa saja, asal kau mau menukar jiwamu itu sebagai pen
Setelah hari pensegelan selesai, Lala beserta hantu penjaganya kembali ke kota karena waktu tenggang izinnya dari sekolah sudah habis di dalam perjalanan Lala seringkali merasa diikuti. Merre seringkali memutar-mutari tubuh Lala yang tidak seperti biasanya, Lala pun merasa bingung namun ketika melewati suatu terdapat di desa itu dalam melihat para roh seakan tunduk pada dirinya dan sebagian lirik benci padanya.'Kakak, Aku menyukaimu! Tolong bawa aku bersamamu.'Lala tersentak kaget dan buyar dari lamunannya, suara yang mendayu-dayu di telinganya membuatnya seperti terhipnotis.'Kakak bawa aku bersamamu!'Suara gadis yang mendayu-dayu itu terus mengisi telinga Lala, suasana seakan sunyi di dalam mobil bahkan suara angin yang ditabrak oleh laju mobil tidak terdengar sama sekali oleh Lala, tatapan Lala tak berkedip seakan sudah terhipnotis."Lala, sadar woi!"Lala tidak merespon, Merre dibuat geram oleh roh jahat yang mengacaukan pikiran Lala.
Lala terus mengutuk Raja neraka sepanjang jalan yang dilaluinya, disepanjang jalan juga itu Merre tidak menurunkan kewaspadaannya pada sekitar macam-macam rupa roh mereka lalui."Dimana lokasi roh pengacau itu sih? Ngasih tugas nggak lengkap, nggak ikhlas banget, cih!" omrel Lala."Kurasa ini adalah ujian deh Lala, sebab Yama itu belum melihat kelayakanmu," kata Merre."Layak apanya? Kapan gue bilang setuju buat jadi penangkap roh? Kagak kali!""Lo udah nerima tokennya yang tandanya lo setuju, Lalaku," ucap Merre memutar bola mata hitam pekatnya."Kamu diam!" ketus Lala."Okee," jawab Merre dengan malas.Ditengah perdebatan mereka, suasana yang tadinya ribut dengan kicauan burung dan bunyi jangkrik menjadi sunyi seketika. Lala menghentikan langkah kakinya dan Merre mengeluarkan kuku-kuku panjangnya sambil mengawasi sekitar.'Hi hi hi hi hi!'"Sialan!" maki Lala.'Hahaha, hi hi hi hi!' tawa cekikikan menggema memec
Roh cilik yang tadinya menukar pikiran Lala dengan pikirannya keluar dari tubuh Lala dan melayang lima meter dari tempat Lala berada."Dasar roh jahat! Berani-beraninya kamu membuat Lala menderita! Akan ku lenyapkan kau!" teriak Merre mengeram, wujud aslinya diperlihatkan. Kuku panjang yang nenghitam, kedua tangan hitam panjang, dan wajah pucat penuh retakan kecil.Merre menatap hantu cilik itu tajam, energi hitam pekat serta angin yang sangat dingin timbul di sekitar sosok Merre.'Aku hanya menukar pikirannya sebentar! Apa salahnya?'"Salahmu? kau... membuatnya kesakitan!" bentak Merre lalu melesat menyerang hantu cilik.'Kalian sama saja!'Hantu cilik balas menyerang, keduanya terlibat pertarungan dan Merre terlihat berimbang namun sekejab dia terlempar mundur dengan bekas tiga bekas tusukan kecil di bahunya yang hampir mengenai lehernya.'Aku tidak mau melukaimu tapi kamu sendiri yang memintanya,' ucap hantu cilik dengan seri