Chasing Red

Chasing Red

last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-31
โดย:  Greenยังไม่จบ
ภาษา: English
goodnovel18goodnovel
คะแนนไม่เพียงพอ
6บท
2.6Kviews
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

คำโปรย

She’s pure, innocent and the sweetest thing in the world. He’s the devil incarnate, a mafia king with a heart so cold that it could freeze hell over. But when they meet there’s an instant spark of desire that draws them together like no other.

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

CHAPTER ONE

“Selamat pagi,” sapa seorang pelayan pria membukakan pintu.

“Selamat pagi, saya Zara mau bertemu pak Angga untuk melakukan interview.”

“Silahkan duduk di meja yang mana saja, saya akan panggilkan Pak Angga,” ujar pria itu ramah lantas pergi ke bagian dalam caffe.

Zara memindai sekitar, caffe tersebut masih sepi. Hanya beberapa pengunjung yang sepertinya sedang melakukan sarapan pagi sekaligus makan siang.

Zara melamar sebagai pelayan dengan ijazah SMA, itu pun selama seminggu ia begitu keras mengusahakan mendapat duplikat ijazah SMA karena ijazah yang asli tidak sempat ia selamatkan sebelum pelariannya di masa lampau.

Hembusan napas berat keluar dari mulut Zara mengingat betapa bersyukur dirinya kini karena hidupnya telah kembali.

“Selamat Pagi, saya Angga ... Manager caffe.” Suara seorang pria membawa Zara kembali dari lamunannya.

Zara mengerjap lalu berdiri. “Sa ... saya Zara, Pak.” Zara mengulurkan tangan untuk menjabat tangan sang Manager.

Keduanya pun duduk dan memulai interview. “Saya sudah membaca Curriculum Vitae kamu ... kamu sudah memiliki pengalaman bekerja di restoran tapi saya tidak bisa mengkonfirmasinya karena kamu tidak menyebutkan di mana restoran tersebut jadi tidak ada keterangan dari restoran sebelumnya jika kamu pernah bekerja di sana, kalau begini bagaimana saya bisa tau kinerja kamu sebelumnya?” Angga menyandarkan tubuh dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Zara memberanikan diri menatap mata Angga. ”Saya akan membuktikannya langsung dengan bekerja di sini, Pak Angga bisa memberi saya waktu seminggu untuk melihat kinerja saya.”

Angga mengangguk setuju sambil membaca CV milik Zara. “Di sini juga tertulis kamu lulusan SMA, apa kamu enggak minat melanjutkan kuliah?”

“Sepertinya saya akan fokus mencari uang dulu, Pak ...,” balas Zara jujur.

Semenjak dirinya dan keluarga kembali dari pelarian, sang Ayah yang dulunya adalah pemilik sebuah perusahaan yang cukup besar masih belum memiliki pekerjaan tetap.

Ayah sudah berusaha menghubungi beberapa koleganya yang dulu tapi mereka tidak enak hati memberikan pekerjaan rendahan untuk beliau.

“Mas Anggaaaa.” Suara manja seorang wanita membuat keduanya menoleh.

“Caca ... udah dibilangin jangan kesini, kalau brojol gimana?” Raut wajah Angga tampak panik.

“Arshavina,” panggil Zara sangat pelan tapi masih bisa didengar oleh yang bersangkutan.

Zara mengenal wanita hamil yang baru saja masuk ke dalam caffe dengan perutnya yang besar, itu adalah sahabatnya yang tadi malam berjanji bertemu di caffe ini dan ternyata sangat mengenal Manager caffe yang sedang meng-interviewnya.

“Zara!” Tidak seperti Zara yang tampak terkejut, Maheswari Arshavina Marthadidjaya malah berseru senang lalu berhamburan memeluknya.

“Kalian kenal?” Angga menunjuk Zara dan Arsha bergantian.

“Ini teman aku waktu kuliah, Mas ... .” Arsha memberitau.

Zara meringis sambil menunduk, tidak enak hati karena telah berbohong kepada Angga dan mengatakan jika ia hanya lulusan SMA.

“Sebentar, kamu ngelamar kerja di sini?” Arshavina menyerongkan tubuhnya menghadap Zara yang kemudian mengangguk membenarkan.

“Ini caffe punya aku, Ra ... ya ampun, what happen to you, dear?” Arshavina terang-terangan memindai Zara dari atas sampai bawah.

Bukan bermaksud untuk merendahkan tapi Zara yang ia kenal dulu adalah Zara yang fashionable dengan barang branded menempel di sekujur tubuhnya.

Namun, yang Arshavina lihat sekarang adalah seorang gadis sederhana bertubuh kurus dengan kulit dan rambut kusam tidak terurus meski Zara masih terlihat cantik seperti terakhir mereka bertemu.

“Mas ... ini udah pasti diterima, Zara temen aku ... Mas balik kerja lagi aja ya ... aku mau ngobrol dulu sama dia,” ujar Arsha sambil mendorong pelan lengan Angga yang berada di atas meja memberi kesan mengusir secara halus agar pria itu segera pergi.

Angga berdecak sebal tapi mau bagaimana lagi, caffe dimana ia bekerja adalah milik wanita hamil jelmaan singa betina yang sedang mengusirnya saat ini jadi mau tidak mau ia harus pergi selain itu memang ada urusan di luar yang harus ia kerjakan.

“Ya udah ... Mas Angga mau keluar dulu dan Zara, kamu bisa kerja mulai besok.”

Angga mengikuti keinginan Arsha karena caffe juga memang sedang sangat membutuhkan pegawai.

“Baik, Pak ... terimakasih.”

“Hati-hati Mas ... semoga ketemu jodoh ya,” Arshavina berseloroh, melambaikan tangan kemudian menjulurkan lidah saat pria itu menoleh menatap tajam.

Angga menggelengkan kepala samar seiring langkahnya keluar dari caffe.

Sudah biasa dengan sikap Arshavina yang kekanak-kanakan meski akan menjadi Ibu dari tiga anak.

“Kamu wajib cerita, Ra! Sebetulnya apa sih yang terjadi sama kamu? Kamu tiba-tiba ngilang gitu aja ... aku sama Rachel sampe bingung nyariin kamu,” cecar Arsha sambil memegang kedua tangan Zara.

Dan mengalirlah kisah hidup Zara yang menyakitkan semenjak malam itu ia terpaksa meninggalkan apartemen dan seluruh kehidupan mewahnya.

“Ayah terlilit hutang yang besar, Bank udah enggak bisa mengalirkan dana karena perusahaan Ayah dianggap sudah enggak bisa diselamatkan jadi Ayah minjem uang sama Jordi ... .”

“Jordi yang mafia kejam itu?” Arsha meninggikan nada suaranya dengan mata membulat.

“Iya, akhirnya perusahaan Ayah mulai membaik tapi bunga yang diberikan Jordi malah menjerat leher Ayah dan perusahaan Ayah nyaris kembali diambang kehancuran, akhirnya untuk menyelamatkan ratusan pekerja—Ayah menyerahkan perusahaan tersebut kepada Jordi tapi pria brengsek itu enggak puas dan menginginkan aku sebagai istrinya.” Mata Zara mulai berkaca-kaca.

“Jangan mau, Ra ... aku denger setiap perempuan yang jadi istrinya akan dijual kalau dia udah bosan atau dibunuh kalau melawan ... aku juga denger gosip kalau Jordi sering menjadikan istri-istrinya hadiah sebagai pemuas satu malam para kliennya.”

Arshavina tentu mengetahui kekejaman pria bernama Jordi itu karena semua keburukan Jordi tersiar selama beberapa minggu dalam berita maupun tayangan gosip di setiap channel televisi ketika pria itu akan dijebloskan ke penjara.

Jordi adalah pengusaha terkenal dan santer terdengar jika pria itu juga seorang Mafia kejam.

Perusahaan Daddynya Arsha selalu menghindari segala macam bentuk kerja sama dengan perusahaan Jordi.

“Iya, itu kenapa Ayah dan Bunda menjemputku ke Singapura, membawaku pergi dan menghilang selama beberapa tahun terakhir ... Jordi ternyata mengejar kami hingga ke Negara Asia padahal kami sering kali berpindah dari satu Negara ke Negara lain secara ilegal ... pernah kami makan dari sisa makanan yang dibuang sebuah restoran, aku dan Bunda juga pernah bekerja sebagai tukang cuci piring di restoran ... apapun kami lakukan untuk hidup.” Suara Zara bergetar menahan sesak mengingat penderitaannya selama ini untuk menghindari kejaran Jordi.

“Ya ampun, Zara.” Arsha memeluk sahabatnya, ia tidak mengetahui betapa sulit kehidupan Zara selama ini.

“Trus sekarang kamu tinggal dimana?” Arsha bertanya kembali setelah mengurai pelukan.

“Kami baru kembali sebulan lalu setelah mendengar Jordi masuk penjara dan sekarang tinggal di rumah kontrakan di gang Anggrek,” jawab Zara dengan jelas.

“Iya, aku denger dari suami aku kalau Jordi ketangkap basah menyuap seorang pejabat untuk meloloskan proyeknya dan terbongkar kalau dia itu memiliki banyak usaha ilegal kaya human trafficking sama prostitusi,” kata Arsha memberitau berita panas dua bulan lalu hingga menggemparkan jagat pertelevisian.

Zara mengangguk membenarkan, berita tentang Jordi juga sampai terdengar ke banyak Negara di Asia Tenggara.

Karena alasan itu juga Zara dan keluarganya akhirnya terbebas dari Jordi dan memutuskan pulang ke Indonesia untuk memulai kembali hidup mereka.

“Sorry ya, Arsha ... sebelum menyebrang ke Malaysia, aku sempat denger kalau beberapa hari kamu sama Rachel ngajak temen-temen yang lain buat nyariin aku, membuat selebaran dan memasang poster aku ... tapi sebetulnya justru itu mengancam keselamatan aku.”

“Ya Tuhan, Zara ... sumpah aku enggak tau, kalau aku tau keadaan kamu, aku enggak akan bikin selebaran ... sama aja membantu mafia itu untuk menemukan kamu ... aku khawatir terjadi sesuatu sama kamu.”

Zara tersenyum lembut, menghapus jejak air mata di wajahnya.

“Enggak apa-apa ... aku terharu karena punya temen sebaik kamu.”

Keduanya kembali berpelukan kemudian Arsha melerai pelukannya saat di rasa pengap karena perutnya tertekan.

“So ... sorry ... .” Zara menyentuh perut Arsha dengan lembut.

“Berapa minggu usia kandungan kamu? Besar sekali?” Zara bertanya penuh takjub.

“Kembar, Ra ... harusnya dua minggu lagi lahiran.”

“Kamu udah bahagia ya sekarang, aku ikut bahagia.”

“Kamu kenapa ngelemar di sini sih, Ra? Kerja di perusahaan suami aku aja ya ... nanti aku titipin sama bang Kama.”

“Arsha ... aku hanya punya ijazah SMA ... kamu tau ‘kan aku cabut pas semester pertama ... jadi hanya pekerjaan ini yang mau nerima aku, enggak apa-apa ... nanti kalau uang aku udah terkumpul, aku mau lanjutin kuliah.”

“Hai Kakak Ipar!” sapa Arkana dari ambang pintu.

“Arkana!” balas Arsha sambil melambaikan tangan.

Deg.

Jantung Zara nyaris berhenti berdetak mendengar suara bariton yang sangat ia kenali.

Senyum Arkana merekah teruntuk Arsha—sang Kakak ipar yang selalu ia kagumi kecantikannya namun kemudian senyum itu meredup saat melihat gadis cantik dengan pakaian sederhana tanpa make up namun tidak kalah cantiknya dengan Arsha.

Mata Arkana membulat dengan rahang sedikit menganga seperti sedang melihat makhluk halus namun berparas cantik.

“Ca, aku pulang duluan ya ... masih ada yang harus aku lakuin.” Buru-buru Zara pamit setelah melihat Madhiaz Arkana Gunadhya, pria yang merupakan Kakak kelas sekaligus musuhnya semasa SMA sedang berjalan mendekat dan ternyata merupakan adik ipar dari sang sahabat.

“Eh, Ra ... kamu makan dulu ... Ra—“ Kalimat Arsha tertahan karena Zara terlanjur meninggalkannya.

Hanya satu jalan menuju pintu keluar yaitu melewati Arkana yang masih menatapnya tajam, maka Zara pun menahan napas sambil menundukan kepala saat melewati Arkana.

“Zara!” panggil Arkana parau, mencengkram pergelangan tangan gadis itu.

“Lepas, Kak Ar!” Zara berseru dan tidak perlu ditanya lagi, Arkana yakin jika sang gadis adalah Zara.

Hanya adik kelasnya semasa SMA yang memanggilnya dengan sebutan ‘Kak Ar’.

“Apa yang terjadi? Lo menghilang tanpa jejak, di mana orang tua lo—“

“Kak ... lepas!!” sentak Zara seraya menghela tangan Arkana namun cengkraman itu semakin kuat menyakiti Zara.

“Enggak!!! Jawab gue dulu!!!” Tidak mau kalah Arkana juga menaikan intonasinya.

“Duuuh ... Kana ... Zara!!!” teriak Arsha sambil memegang perutnya yang terasa sakit.

“Bawa gue ke rumah sakit, gue mau melahirkan ... cepetan!!!”

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

ถึงผู้อ่าน

Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.

ความคิดเห็น

ไม่มีความคิดเห็น
6
CHAPTER ONE
“Do I really need to do this?” Evie asked. Tears stained her pale cheek as she tried so hard to stop herself from sobbing.“Yes,” the woman sitting beside the bathtub in the bathroom replied. Her hands caressed Evie’s wet hair and face tenderly.“I'm sorry, baby girl,” she whispered into Evie’s ear softly.“No, you're not," Evie croaked. Her throat was too dry for anything else. “Why are you making me do this. I’m not one of your whores! You can't just order me around like some kind of prostitute!" Her voice rose once more as tears poured down her cheeks.“But don’t you remember, your father sold you to me. You are one of my girls now, and I'll be ordering you around for as long as I want.”Her words were like daggers to Evie's heart. Every time she was reminded of her father’s betrayal it felt like a knife twisting deeper inside her chest. She still couldn’t wrap my head around the fact that my own father had sold his only daughter to a brothel owner. It made no sense at all.Why wou
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-31
อ่านเพิ่มเติม
CHAPTER TWO
As Evie walked down the long dark-lit hallway accompanied by Violetta and the two men, who had been standing guard outside, She felt like she was going to puke.She was nervous. Terrified. She didn't know what to expect, but she knew she had no choice in the matter. She was going to have sex with a stranger tonight. And was supposed to put on a good performance while doing so.“There are rules you need to keep in mind,” Violetta spoke as the walked. "Don't talk to anyone until you're spoken to. If you don't want to do something, say no. And lastly, you have to choose a name for yourself. No one must know your real name. Trust me the last you'll want to do is give out your personal information."Evie heart was racing. Did was really happening, to her.What if he wanted me to be rough? She thought. What if I panicked? Her mind raced with questions, but Violetta wasn't giving her a chance to ask them.“So?” Violetta asked sternly.What?”“Your name? What should I call you?"Evie was lost
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-31
อ่านเพิ่มเติม
CHAPTER THREE
Lorenzo was his name. Lorenzo Armani… Or as most people called him ‘The devil’s son'.He was a bastard son born out of wedlock. Some said he killed his father for the pleasure of it. Others said he'd done it for revenge. Either way, he was known throughout the world as a ruthless man. A monster. A beast. His reputation preceded him. Everyone knew him. For better or worse, he was feared. And yet, he was also respected. He commanded respect.At the age of twenty-five, Lorenzo had not only taken over his father’s mafia empire, but made it bigger than ever. He not only engaged in illegal activities, but he had taken on other businesses as well. From real estate to hotels, casinos, and even clothing stores.Lorenzo himself owned almost every business around. He was the kind of man you wanted on your side. He was also well recognized for his lavish lifestyle. Money, cars, women, power... He had everything. And he was used to getting what he wanted, when he wanted.So one could only imagine
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-31
อ่านเพิ่มเติม
CHAPTER FOUR
The news of what Evie had done spread fast across the club and among the girls.They all couldn’t believe that she had the audacity to run away from Lorenzo? What was she thinking? He was everyone’s number one choice. All the girls wanted to sleep with him. They dreamed of being with him. Not only because of he paid the most, but also because he sexy, hot and great in bed. He was the definition of a sex god. No wonder the girls were furious.“Violetta shouldn’t have sent Evie to him. She should have sent me,” Mia one of the girls, said to another after hearing the gossip.“Yeah. Evie is lucky he didn't kill her. I heard he is known for killing those that disappoint him,” another girl added.“I can still remember the time he had me in his arms,” one of the other girls said dreamily.“Me too! I was so happy. I thought I would die,” another agreed.“Evie!!!!” Violetta voice rang out through the hallway as she walked towards the door leading to Evie’s room. She was pissed as fuck. Evie al
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-31
อ่านเพิ่มเติม
CHAPTER FIVE
Sexy wasn’t the right word to describe how Evie looked in the red silk dress she wore. Not only was it tight fitting, but the fabric clung to her body. She had never worn anything like it before. It was almost as if the dress was made just for her. It hugged every curve on her body perfectly, giving off a seductive image.The dress was floor length and she paired it with silver heels. Red- bottom and high heeled. She felt like a sex goddess.Her hair was pinned up, though loose strands fell around her face. Her makeup was flawless: red lipstick, dark eyeliner, and black mascara. She had gotten herself ready for her date with Lorenzo.“You look… amazing,” Ingrid said as she stared at Evie. She blinked a few times trying to get accustomed to seeing Evie dressed this way. Ingrid knew Evie was pretty, but the dress made her look gorgeous.“Thanks. Do you think the bruises are noticeable? I don’t want anyone to see them.”Ingrid placed a hand over Evie's shoulder. "Relax. They aren't visib
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-31
อ่านเพิ่มเติม
CHAPTER SIX
CHAPTER SIXLorenzo stared at her in shock. He didn't know how to respond. There was something about her today. She was like a snake who had shed off her skin.He could swear that it was just yesterday that he had met her and she was scared to death. Now, she was acting like a different person. What happened to her? How could a person change so much in such a short space of time?Lorenzo strode towards her and grabbed her by the waist. “I am going to give you exactly what you deserve, little Red. And then some!”The music changed into a slow romantic song and Lorenzo pulled her close. Evie tried to break free but Lorenzo held her tight and pressed his body against hers. He wrapped his arms around her and started swaying to the beat, moving slowly to the music.He was trying to show her that he could be gentle, when what he really wanted to do was rip her clothes off and fuck her senseless.Evie couldn’t understand what the hell Lorenzo was doing. The man was practically begging to be
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-31
อ่านเพิ่มเติม
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status