Share

Chef Galak, (tapi) Kucinta
Chef Galak, (tapi) Kucinta
Author: L Liana

1. Chef Otoriter

Author: L Liana
last update Last Updated: 2022-09-30 17:05:09

Hari Senin bisa dikatakan sebagai hari yang menyebalkan untuk sebagian orang. Pasalnya di hari Senin adalah awal mulai bekerja setelah weekend. Namun, beda dengan Elya. Gadis berusia dua puluh tahun itu paling membenci hari Sabtu dan Minggu, tetapi mendambakan hari Senin. Karena di hari Sabtu dan Minggu, pekerjaannya sangat padat.

Elya, salah satu gadis beruntung di antara pekerja lainnya di hotel Crown Sunflower, Bumiaji, Batu. Elya hanya lulusan sekolah menengah atas di salah satu sekolah kejuruan di Tulungagung. Hanya bermodalkan nekat, Elya melamar kerja dan menduduki posisi sebagai tukang potong sayur. Tidak lama kemudian Elya diangkat menjadi Asisten Executive Chef. Ternyata pangkat yang dia kira tinggi bisa membuatnya bahagia lahir batin, ternyata yang ada ngenes. Elya selalu menjadi tempat bosnya meluapkan kekesalannya.

“Kon iku ngene ae ora iso. Otak buat mikir, tangan buat kerja.” Satu kalimat yang biasa bosnya ucapkan pun selalu terlintas di otak Elya. (Kamu itu begini saja tidak bisa, otak dibuat mikir, tangan dibuat bekerja)

Terkadang Elya ingin menjambak, menghantam, bahkan menendang executive chef yang selalu semena-mena kepadanya. Dia bernama Bariqi Galanga. Pria lajang berusia dua puluh tujuh tahun yang terkadang sifatnya seperti anak TK. Tidak jarang Bariqi memukul pundaknya berkali-kali tanpa sebab seraya mengatakan membencinya. Namun, kalau membenci kenapa Bariqi tidak kunjung memecatnya, kadang Elya juga bingung.

Sebejad-bejadnya seorang laki-laki, baru Bariqilah yang paling bejad menurut Elya, tidak jarang juga Bariqi menyuruhnya membeli pengaman. Pernah sekali Elya ke minimarket, dan kebetulan sekali kalau kasirnya teman sendiri. Semula bibirnya ingin mangap beli pengaman, tetapi pada akhirnya dia membeli cokelat karena malu. Sungguh pengalaman yang memalukan.

Elya tidak tahu betul apakah bosnya itu suka main wanita, tetapi yang dia tahu bosnya sering menyuruhnya membeli alat pengaman. Kalau tidak dituruti, jelas dia tidak akan mendapat uang bonus.

Di hari Minggu Elya sibuk berkutat dengan mashed potatoes yang dimasak. Perempuan itu tampak tidak terlalu semangat mencampurkan kentang yang sudah halus dengan susu. Semalam Elya bergadang membuat komik, tetapi di jam dua pagi dia sudah harus bangun untuk bekerja.

Bekerja di bidang food and beverage harus siap dengan segala konsekuensinya termasuk kerja lembur bagai kuda. Apalagi Elya adalah asisten chef executive. Saat bos mengatakan, “Ada Orderan” Mau tidak mau harus siap sedia.

Elya tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan terjebak di lingkaran para koki tampan. Di dapur, ada tiga belas orang koki, semua laki-laki kecuali Elya. Para chef laki-laki itu kisaran berumur dua puluh dua tahun sampai empat puluh lima tahun. Sedangkan Elya sendiri yang paling kecil dan sering dizolimi oleh Bariqi. Elya merantau dari Tulungagung ke Batu demi mendapatkan uang yang lebih banyak.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, Elya selesai mengerjakan tugasnya. Gadis itu duduk di bawah meja stainless steel dan mengurut lehernya yang terasa sakit.

“Ahhh akhirnya selesai juga,” ucap Elya melepas apron yang digunakan. Perut Elya sangat keroncongan, sejak pagi dia tidak sempat sarapan karena banyaknya makanan yang harus dia masak. Di hari Minggu ada orderan paket pernikahan dengan seribu tamu, alhasil tim dapurlah yang kerepotan untuk menyiapkan segala masakan yang diminta.

“Elya, ngapain kamu di situ?” tanya Bariqi membuat Elya mengepalkan tangannya. Elya mendongak, melihat wajah Chef Bariqi yang sangat garang bediri tidak jauh darinya.

Chef Bariqi yang otoriter, semaunya sendiri, kepala batu dan posesif. Elya bisa mengatakan Bariqi posesif karena pria itu selalu mengaturnya, mengekangnya, dan marah bila dia dekat dengan koki lain. Alasannya bukan karena Bariqi suka dengan Elya, melainkan karena pria itu tidak mau Elya meninggalkannya sebagai asisten. Meski Bariqi kesal dengan tingkah Elya yang cuek, tetapi tanpa Elya dia juga kesusahan.

“Semua sudah beres, Chef. Aku capek, mau istirahat sebentar sebelum pulang,” jawab Elya.

“Siapa yang menyuruh kamu pulang?” tanya Bariqi dengan tajam.

“Aku sendiri,” jawab Elya.

“Tidak ada pulang. Kamu harus ikut aku, kerjaan kamu belum selesai!” tegas Bariqi.

Kalau Bariqi sudah bilang demikian, sudah pasti kesengsaraan akan menghampiri Elya. Pasalnya Bariqi selalu semena-mena saat di luar jam kerja. Menyuruhnya menemani karaoke, memancing, main golf, futsal dan lain-lain. Elya benar-benar merasa menjadi asisten pribadi. Elya menutup wajahnya tanda dia kesal. Bariqi hanya menatap asistennya yang tingginya tidak lebih dari seratus lima puluh tiga itu.

Membuat Elya marah dan kesal adalah tujuannya. Sejak Elya datang ke dapur itu, Bariqi sudah menandai perempuan itu kalau perempuan itu tidak boleh lepas dari matanya. Elya gadis lugu dan cueknya melebihi tujuh orang. Bahkan kopi panas kalau didekatkan ke Elya, langsung dingin seketika. Itulah yang membuat Bariqi sangat penasaran dengan sosok Elya. Biasanya cewek kalau melihatnya memakai baju koki langsung terpesona kepadanya. Namun Elya tidak, bahkan gadis itu seolah tidak sudi melirik Bariqi.

“Elya, sini!” titah Bariqi menyuruh Elya berdiri.

“Chef, aku lapar. Belum sarapan sejak pagi dan ini sudah masuk di jam makan siang,” keluh Elya.

“Makanya kamu ke sini!” tegas Bariqi lagi. Elya berdiri, tetapi perempuan itu tidak menghampiri Bariqi, Elya malah pergi meninggalkan pria itu. Elya ingin segera ke tempat loker, mengambil tasnya, memasukkan kartu untuk cek-clock dan segera pulang. Namun belum sempat menuju ke tempat cek-clock, Bariqi sudah menarik tangannya dan menyeretnya paksa.

“Ahhh … aku mau dibawa ke mana?” tanya Elya dengan berteriak kencang.

“Diam!” desis Bariqi membawa Elya keluar dari pintu belakang untuk menuju ke parkiran khusus karyawan.

“Aku mau pulang, Chef!” pekik Elya lagi.

“Tidak boleh pulang sebelum aku senang,” jawab Bariqi dengan enteng.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   55. Ending

    Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah, melainkan awal untuk memulai kehidupan yang baru. Sudah terhitung satu minggu Elya dan Bariqi menikah. Elya tidak tinggal lagi di Tulungagung, melainkan gadis itu ikut suaminya ke Batu. Bariqi diberi satu rumah oleh ayahnya untuk dia tempati bersama Elya. Selama satu minggu itu belum terjadi sesuatu antara Elya dan Bariqi. Bariqi belum menyentuh Elya karena bocah itu yang merengek belum siap. Bariqi harus mengalah karena saat dia akan mendekati Elya, Elya malah menangis. Hari ini terakhir kali Bariqi cuti dari pekerjaannya dan besok dia harus bekerja lagi, begitu pun dengan Elya. Bariqi menatap Elya yang memasak di dapur, sedangkan dia duduk di samping kulkas sembari meminum air. Pandangan Bariqi tidak lepas dari punggung kecil Elya. “Aduh … dasar wajan kurangajar. Gak lihat apa kalau di sini ada tangan, malah nyentuh tanganku. Dipikir gak panas,” omel Elya saat tangannya terkena wajan panas. Bariqi hampir menyemburkan airnya saat mend

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   54. Pernikahan

    48.Niat hati Elya tidak ingin menikah muda. Masih banyak cita-cita yang ingin Elya gapai. Menjadi koki utama misalnya, karena selama ini Elya hanya menjadi asisten Bariqi. Karir Elya mulai naik lagi saat dia dipindah tempat menjadi seorang bartender. Namun, untuk sekarang karir Elya terpaksa harus dihentikan. Waktu berlalu begitu cepat. Elya yang semula tidak mendapatkan restu dari ibunya, kini restu sudah dia kantongi. Acara lamarannya dengan Bariqi berjalan lancar. Dengan sepenuh hati ayah dan ibu Elya menerima Bariqi untuk menjadi menantunya. Satu tahun setelah lamaran Elya, tepat di usia Elya yang ke dua puluh satu tahun, Elya dan Bariqi resmi menikah. Hari ini adalah hari spesial untuk Bariqi dan Elya setelah empat tahun pertemuan mereka. Bariqi baru saja mengucap ijab qobul di depan penghulu juga ayah Elya. Pernikahan sudah sah secara agama dan negara. Pernikahan yang dilakukan hanya pernikahan sederhana, ijab qobul dan resepsi pernikahan yang dihadari oleh teman-teman Elya.

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   53. Cinta yang Tulus

    Seorang Gadis tengah mengocok shaker koktail di depan para pelanggannya. Elya sudah menguasai teknik shak setelah beberapa lama berada di bar. Perempuan itu dalam sekejap menjadi perempuan idola. Bahkan ada pelanggan yang terang-terangan setiap hari datang dan mengatakan kagum dengan Elya. Kalau lagi gabut, Elya akan balik menggoda para pelanggannya. Tapi itu hanya manis di bibir, kalau perasaannya hanya untuk Bariqi. Kendati demikian, Bariqi tidak bisa jenak dan ingin Elya berada di dapur saja. Bagi Bariqi, di bar terlalu banyak buaya yang siap memangsa Elya. Namun, Bariqi tidak sadar kalau dirinya juga buaya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tetapi Elya masih belum selesai dengan pekerjaannya. Elya pulang jam delapan sesuai jam kerja yang baru. Saat asik atraksi di depan para tamu, seorang pria tampan mendatangi Elya. Pandangan Elya mengarah tepat ke Bariqi, kalau dilihat-lihat orang yang sudah melamarnya itu sangat tampan. “Elya, seorang gadis dua puluh tahun, yang cant

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   52. Fakta Mengejutkan

    Bariqi menggelengkan kepalanya, dia merasa bahwa dirinya sudah gila. Hanya gadis kecil yang bahkan dilihat sekilas biasa saja, tetapi Bariqi bisa jatuh cinta sedalam ini. “Kenapa tersenyum sendiri?” tanya Putri berdiri di depan pintu kamar anaknya. Bariqi terkesiap, pria itu langsung bangun dan menatap ibunya, “Ibu, kenapa ibu masuk nggak ketuk pintu? Kalau aku sedang ganti baju bagaimana?” tanya Bariqi bertubi-tubi. “Tapi kenyataannya kamu nggak sedang ganti baju, tapi kamu sedang senyum-senyum sendirian,” jawab Putri terkekeh. Bariqi malu bukan main, pria itu menarik selimut dan menyelimuti separuh tubuhnya. Putri melangkahkan kakinya mendekati Bariqi. Perempuan paruh baya itu duduk di ranjang anaknya. Tangan lembutnya mengelus puncak kepala Bariqi. Entah kenapa tiba-tiba Putri merasa sedih. Bukan maksud apa-apa, tetapi anaknya yang dulu kecil kini sudah menjadi pria dewasa. Putri selalu ingin anaknya menikah, tetapi saat tadi Bariqi pulang mengatakan sudah melamar Elya dan ing

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   51. Lamaran Romantis

    Elya menatap sinis ke arah Bariqi, saat ini Bariqi dan Elya tengah kencan di sebuah cafe yang ada di tengah kota. Cafe dengan penuh lampion yang sangat indah dan estetik untuk digunakan berfoto. Namun, Elya masih saja sinis perkara tadi saat Bariqi bersama Sera.“Situ boleh cemburu sama aku, tapi aku nggak boleh cemburu sama situ,” cibir Elya sambil mencebik-cebikan bibirnya.“Huh, dasar laki-laki semaunya sendiri. Kalau cemburu saja aku kayak mau dibanting di tempat, tapi aku sendiri yang cemburu malah gak boleh. Curang banget jadi cowok,” cibir Elya lagi.Sudah setengah jam mereka nongkrong di cafe, tetapi Elya tidak kunjung berhenti nyinyir. Kejadian tadi sore, tetapi masih diungkit sampai sekarang.“Rasanya mau ganti cowok saja. Cowok yang lebih … hmppp-”Ucapan Elya terhenti saat Bariqi menjejalkan kentang ke bibir Elya. Mata Elya melotot, perempuan itu menggebrak meja dengan kencang.“Hishh … apa-apaan kamu ini!” pekik Elya setelah menelan kentangnya.“Dari pada kamu terus ribut

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   50. Mode Cemburu

    Sudah satu minggu Elya kembali ke tempat kerja yang semula. Namun, Elya tidak berada di bagian dapur lagi. Melainkan di bagian bar. Elya meracik minuman alkohol di bar mewah yang ada di hotel. Tugas Elya dipindah ke sana bersama Vino. Awalnya Bariqi sangat tidak setuju Elya dipindah ke sana, tetapi itu keputusan papanya yang tidak bisa diganggu gugat. Umumnya, Bar dibuka saat malam hari. Namun, berbeda kalau di hotel Sunflowers di mana Bar buka dua puluh empat jam. Siang hari juga sangat ramai pengunjung. Elya sudah mulai terbiasa dengan pekerjaan barunya. Namun, berada di bar membuat Bariqi sering ngambek. Pasalnya banyak cowok di sana yang membuat Bariqi cemburu. Apalagi teman kerja Elya adalah Vino. Di dapur, Bariqi tampak bekerja dengan semangat meski pikirannya terkadang fokus pada Elya. “Sera, semua bahan yang dibutuhkan sudah siap?” tanya Bariqi kepada Sera. “Sudah, Chef,” jawab perempuan itu dengan cekatan mendekatkan bahan-bahan makanan yang diperlukan. Bariqi langsung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status