Share

7. Menjagamu

Author: L Liana
last update Last Updated: 2022-10-23 09:32:46

Elya memasuki kamarnya dan membanting pintu dengan asal, gadis itu segera menuju ke ranjang dan merebahkan tubuhnya di sana. Elya mengusap air matanya yang masih saja terjatuh. Padahal Elya sudah berjanji pada dirinya untuk tidak menangis lebih dari dua kali satu minggu. Namun hari ini ia sudah menangis dua kali. Hal yang menjadi pantangan Elya adalah menangis, tapi mau bagaimana lagi, ia tetap perempuan yang rapuh. 

Suara nada dering terdengar dari hp Elya, gadis itu buru-buru mengambilnya. Elya menerima telepon dari ibunya. 

“Assalamualaikum, ibu,” sapa Elya berusaha menggunakan nada seceria mungkin. 

“Waalaikumsalam, Elya. Bagaimana kerja kamu? Lancar?” 

“Lancar, Bu.”  

“Uangnya sudah ditransfer belum?” 

"Ibu butuh uang berapa memang?"

"Tidak banyak, hanya lima ratus ribu."

"Oh."

"Jadi gimana? Sudah atau belum?"

Elya kembali ingin menangis. Ini masih di tengah bulan yang uangnya pun sudah pas-pasan, tapi ia sudah ditanya uang lagi oleh Ibunya. Elya melirik tempat ia menyimpan beras, bahkan untuk makan esok hari ia tidak ada beras, dan sekarang ibunya menanyakan uang. 

“Maaf, Bu. Belum ada karena gajian masih di awal bulan,” jawab Elya. 

“Oh.” 

“Besok aku tidak bisa makan, Bu. Beras ha-” 

Tut!

Panggilan terputus dengan sepihak. Elya tertawa kecil, gadis itu meletakkan hpnya di meja dan segera menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya sampai ujung kepala. 

Isakan kecil lagi-lagi terdengar dari bibir mungilnya. Ia jauh dari keluarga, tidak punya sanak saudara, bekerja keras di kota orang, sekali pun keadaannya tidak pernah ditanyakan apakah baik-baik saja. Siklus hidup Elya pun hanya bekerja, gajian, habis, bekerja lagi. Begitu terus meski ia lelah. 

Sebenarnya obat lelah Elya hanya sederhana, ditanya bagaimana kabarnya, sudah makan atau belum, baik-baik saja, kah? Namun orang-orang yang ia sayangi, tidak pernah bertanya demikian. Bahkan orang tuanya pun tidak mau mendengar apa yang menjadi keluhannya di kota orang. Elya tidak pamrih memberikan apapun, hanya saja ia ingin juga merasa dipedulikan sebagai seorang anak.

“Kuat Elya, kamu gadis yang kuat,” ujar Elya seorang diri. Siapa lagi yang bisa menguatkan Elya selain dirinya sendiri? Tidak ada. 

Malam ini Bariqi tidak bisa tidur nyenyak. Pria itu telentang di ranjangnya sembari memainkan headset berwarna pink milik Elya. Setelah Elya pergi, Bariqi pun memungut headset dan memilih pulang. Bariqi merasa ia sudah gila, kini seluruh pikirannya hanya memikirkan Elya. Elya tidak mau keluar dari otaknya barang sejenak pun, bahkan saking gilanya Bariqi menciumi headset milik gadis yang selalu dia rundung. 

“Akhhh!” Bariqi mengerang frustasi dan segera bangun. Bariqi menyambar hp yang tidak jauh darinya. Pria itu tengah menimang-nimang hpnya, bingung antara menghubungi Elya atau diam. 

Bariqi melihat profil w******p milik Elya. Tidak ada tanda-tanda online. Status terakhir dilihat pun tidak ditampilkan. Bariqi melempar hpnya lagi, pria itu kembali merebahkan tubuhnya.

Perasaan Bariqi sangat kacau memikirkan Elya. Ia tidak terbiasa dengan sikap Elya yang seperti tadi. Biasanya kalau Elya marah, Elya akan mengomel atau menyerangnya dengan memukul lengan atau dadanya. Namun malam ini semuanya berbeda. Elya bukan lagi gadis yang marah saat ia ejek, bukan lagi gadis yang sering memukulnya tatkala kesal. 

Melihat air mata Elya membuat hati Bariqi terasa sakit, sekian tahun ia bersama Elya, baru kali ini ia melihat Elya menangis. 

Ingatan kemarin merasuki pikiran Bariqi, saat Elya mengatakan semua bahan makanan habis. Bariqi segera melompat dari ranjang, pria itu menyambar jaket, dompet dan kunci mobilnya. Dengan tergesa-gesa Bariqi keluar dari rumahnya. 

“Nak, mau kemana?” tanya Ibu Bariqi yang melihat anaknya tergesa-gesa. 

“Mau ke Mess Elya, Bu,” jawab Bariqi.

“Ibu sudah menanti lama kamu bawa Elya ke rumah, tapi kenapa sampai saat ini kamu masih menyembunyikan dia dari ibu?” tanya Putri, Ibu Bariqi. Setiap saat Bariqi selalu membicarakan Elya, Putri sangat penasaran dengan gadis yang bernama Elya itu. Namun Bariqi tidak pernah membawanya ke rumah. Hanya suaminya lah yang tahu siapa sebenarnya Elya. 

“Dia belum jinak, belum bisa dikenalkan ke ibu,” jawab Bariqi sembari ngacir begitu saja meninggalkan ibunya. 

Bariqi memasuki mobilnya dan menjalankannya membelah jalanan kota Batu. Sedangkan Putri, perempuan paruh baya itu menatap suaminya yang duduk menghadap televisi. 

“Biarkan saja, Bu. Elya anak yang baik, ayah mengenalnya,” ujar Prasetyo, suami Putri sekaligus ayah Bariqi, pemilik hotel Sunflower tempat Bariqi dan Elya bekerja. 

Prasetyo mengenal betul Elya, ia kerap kali mendengar desas desus tentang Bariqi yang selalu merundung dan bersikap semena-mena dengan Elya. Meski Bariqi tidak pernah cerita padanya, tapi Prasetyo sudah tahu semuanya termasuk ia yang bisa menebak kalau Bariqi jatuh cinta dengan Elya. 

“Dia selalu semangat membicarakan Elya, tapi belum pernah membawa ke sini,” rajuk Putri. Yang dikatakan Putri benar adanya, Bariqi selalu membicarakan Elya. Katanya Elya gadis yang menyebalkan, cuek dan selalu menentang. Namun berbeda dengan raut kesal Bariqi saat menceritakan Elya, nada suara Bariqi terdengar semangat.

Bariqi sampai di mall yang ada di tengah kota, pria yang tengah memakai jaket hitam itu segera masuk ke mall dan mengambil troli. Bariqi tidak bisa serta merta mengabaikan Elya, pria itu membeli banyak bahan makanan, mulai beras, sayur, dan banyak camilan untuk Elya. Tidak lupa susu kotak rasa coklat dan stroberi kesukaan Elya. Hal kecil yang dilakukan Elya, sudah dihafal Bariqi di luar kepala. 

Setelah mendapat apa yang dia butuhkan, pria itu segera membayar dan bergegas ke mess. Malam masih menunjukkan pukul sepuluh malam, Bariqi sampai di mess Elya dan membawa dua kardus besar barang kebutuhan Elya. Pria itu meletakkannya di depan pintu mess Elya. 

Bariqi menghembuskan napasnya lega. Pria itu mengambil duduk di kursi depan mess Elya. Ia tidak mau mengetuk pintu, takut mengganggu Elya yang mungkin sudah tertidur. Namun, Bariqi pun enggan untuk pergi. Ia ingin menjaga Elya di sana, meski Elya tidak mengetahuinya. 

Bariqi semakin mengeratkan jaketnya saat merasa hawa malam menusuk kulitnya. Hawa di Kota Batu lebih dingin dari kota lain, karena Batu berada di kawasan dataran tinggi. Bariqi memejamkan matanya, pria itu mencoba tidur, meski ada nyamuk yang mencoba mendekatinya. 

Malam semakin larut, suara dengungan nyamuk yang bertebaran pun mengganggu Bariqi. Bariqi yang notabene anak orang kaya, tidak pernah merasakan hidup susah, di rumahnya ada fasilitas yang mewah, tapi kali ini rela tidur di luar demi menjaga Elya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   55. Ending

    Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah, melainkan awal untuk memulai kehidupan yang baru. Sudah terhitung satu minggu Elya dan Bariqi menikah. Elya tidak tinggal lagi di Tulungagung, melainkan gadis itu ikut suaminya ke Batu. Bariqi diberi satu rumah oleh ayahnya untuk dia tempati bersama Elya. Selama satu minggu itu belum terjadi sesuatu antara Elya dan Bariqi. Bariqi belum menyentuh Elya karena bocah itu yang merengek belum siap. Bariqi harus mengalah karena saat dia akan mendekati Elya, Elya malah menangis. Hari ini terakhir kali Bariqi cuti dari pekerjaannya dan besok dia harus bekerja lagi, begitu pun dengan Elya. Bariqi menatap Elya yang memasak di dapur, sedangkan dia duduk di samping kulkas sembari meminum air. Pandangan Bariqi tidak lepas dari punggung kecil Elya. “Aduh … dasar wajan kurangajar. Gak lihat apa kalau di sini ada tangan, malah nyentuh tanganku. Dipikir gak panas,” omel Elya saat tangannya terkena wajan panas. Bariqi hampir menyemburkan airnya saat mend

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   54. Pernikahan

    48.Niat hati Elya tidak ingin menikah muda. Masih banyak cita-cita yang ingin Elya gapai. Menjadi koki utama misalnya, karena selama ini Elya hanya menjadi asisten Bariqi. Karir Elya mulai naik lagi saat dia dipindah tempat menjadi seorang bartender. Namun, untuk sekarang karir Elya terpaksa harus dihentikan. Waktu berlalu begitu cepat. Elya yang semula tidak mendapatkan restu dari ibunya, kini restu sudah dia kantongi. Acara lamarannya dengan Bariqi berjalan lancar. Dengan sepenuh hati ayah dan ibu Elya menerima Bariqi untuk menjadi menantunya. Satu tahun setelah lamaran Elya, tepat di usia Elya yang ke dua puluh satu tahun, Elya dan Bariqi resmi menikah. Hari ini adalah hari spesial untuk Bariqi dan Elya setelah empat tahun pertemuan mereka. Bariqi baru saja mengucap ijab qobul di depan penghulu juga ayah Elya. Pernikahan sudah sah secara agama dan negara. Pernikahan yang dilakukan hanya pernikahan sederhana, ijab qobul dan resepsi pernikahan yang dihadari oleh teman-teman Elya.

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   53. Cinta yang Tulus

    Seorang Gadis tengah mengocok shaker koktail di depan para pelanggannya. Elya sudah menguasai teknik shak setelah beberapa lama berada di bar. Perempuan itu dalam sekejap menjadi perempuan idola. Bahkan ada pelanggan yang terang-terangan setiap hari datang dan mengatakan kagum dengan Elya. Kalau lagi gabut, Elya akan balik menggoda para pelanggannya. Tapi itu hanya manis di bibir, kalau perasaannya hanya untuk Bariqi. Kendati demikian, Bariqi tidak bisa jenak dan ingin Elya berada di dapur saja. Bagi Bariqi, di bar terlalu banyak buaya yang siap memangsa Elya. Namun, Bariqi tidak sadar kalau dirinya juga buaya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tetapi Elya masih belum selesai dengan pekerjaannya. Elya pulang jam delapan sesuai jam kerja yang baru. Saat asik atraksi di depan para tamu, seorang pria tampan mendatangi Elya. Pandangan Elya mengarah tepat ke Bariqi, kalau dilihat-lihat orang yang sudah melamarnya itu sangat tampan. “Elya, seorang gadis dua puluh tahun, yang cant

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   52. Fakta Mengejutkan

    Bariqi menggelengkan kepalanya, dia merasa bahwa dirinya sudah gila. Hanya gadis kecil yang bahkan dilihat sekilas biasa saja, tetapi Bariqi bisa jatuh cinta sedalam ini. “Kenapa tersenyum sendiri?” tanya Putri berdiri di depan pintu kamar anaknya. Bariqi terkesiap, pria itu langsung bangun dan menatap ibunya, “Ibu, kenapa ibu masuk nggak ketuk pintu? Kalau aku sedang ganti baju bagaimana?” tanya Bariqi bertubi-tubi. “Tapi kenyataannya kamu nggak sedang ganti baju, tapi kamu sedang senyum-senyum sendirian,” jawab Putri terkekeh. Bariqi malu bukan main, pria itu menarik selimut dan menyelimuti separuh tubuhnya. Putri melangkahkan kakinya mendekati Bariqi. Perempuan paruh baya itu duduk di ranjang anaknya. Tangan lembutnya mengelus puncak kepala Bariqi. Entah kenapa tiba-tiba Putri merasa sedih. Bukan maksud apa-apa, tetapi anaknya yang dulu kecil kini sudah menjadi pria dewasa. Putri selalu ingin anaknya menikah, tetapi saat tadi Bariqi pulang mengatakan sudah melamar Elya dan ing

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   51. Lamaran Romantis

    Elya menatap sinis ke arah Bariqi, saat ini Bariqi dan Elya tengah kencan di sebuah cafe yang ada di tengah kota. Cafe dengan penuh lampion yang sangat indah dan estetik untuk digunakan berfoto. Namun, Elya masih saja sinis perkara tadi saat Bariqi bersama Sera.“Situ boleh cemburu sama aku, tapi aku nggak boleh cemburu sama situ,” cibir Elya sambil mencebik-cebikan bibirnya.“Huh, dasar laki-laki semaunya sendiri. Kalau cemburu saja aku kayak mau dibanting di tempat, tapi aku sendiri yang cemburu malah gak boleh. Curang banget jadi cowok,” cibir Elya lagi.Sudah setengah jam mereka nongkrong di cafe, tetapi Elya tidak kunjung berhenti nyinyir. Kejadian tadi sore, tetapi masih diungkit sampai sekarang.“Rasanya mau ganti cowok saja. Cowok yang lebih … hmppp-”Ucapan Elya terhenti saat Bariqi menjejalkan kentang ke bibir Elya. Mata Elya melotot, perempuan itu menggebrak meja dengan kencang.“Hishh … apa-apaan kamu ini!” pekik Elya setelah menelan kentangnya.“Dari pada kamu terus ribut

  • Chef Galak, (tapi) Kucinta   50. Mode Cemburu

    Sudah satu minggu Elya kembali ke tempat kerja yang semula. Namun, Elya tidak berada di bagian dapur lagi. Melainkan di bagian bar. Elya meracik minuman alkohol di bar mewah yang ada di hotel. Tugas Elya dipindah ke sana bersama Vino. Awalnya Bariqi sangat tidak setuju Elya dipindah ke sana, tetapi itu keputusan papanya yang tidak bisa diganggu gugat. Umumnya, Bar dibuka saat malam hari. Namun, berbeda kalau di hotel Sunflowers di mana Bar buka dua puluh empat jam. Siang hari juga sangat ramai pengunjung. Elya sudah mulai terbiasa dengan pekerjaan barunya. Namun, berada di bar membuat Bariqi sering ngambek. Pasalnya banyak cowok di sana yang membuat Bariqi cemburu. Apalagi teman kerja Elya adalah Vino. Di dapur, Bariqi tampak bekerja dengan semangat meski pikirannya terkadang fokus pada Elya. “Sera, semua bahan yang dibutuhkan sudah siap?” tanya Bariqi kepada Sera. “Sudah, Chef,” jawab perempuan itu dengan cekatan mendekatkan bahan-bahan makanan yang diperlukan. Bariqi langsung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status