Acara itu selesai pukul dua siang, Aya juga sudah kembali ke kamar hotel itu bersama Jani. Rangga dan Sean ada di kamar sebelah mereka. Bel pintu berbunyi lagi, Aya membuka pintu, ia sudah tampil sederhana kembali walau mekap di wajah belum sempat ia hapus. Pintu terbuka, dan…
PLAK!
Satu tamparan mendarat tepat di wajah cantiknya. Arinda melakukan itu lagi. Kepala Aya terhempas ke arah kanan, pedih, rasa tamparan itu bahkan membuat telinganya sedikit berdengung.
“Bu Arinda! Kenapa pukul Mbak Aya!” teriak Jani kencang. Ia memeluk kakaknya yang masih diam.
“Bilangin sama Kakak kamu ini! Jangan harap akan bisa menikah dengan Rangga. Sekali saya tidak akan merestui, akan tetap begitu.” tunjukkan begitu murka. “Bahkan sampai saya ma-ti!” bentaknya. Arinda berjalan meninggalkan kamar itu dengan cepat, sebelum Rangga muncul. Jani mengusap wajah Aya yang merah. Kakaknya itu hanya diam, lalu tersenyum masam.
&ldquo
Kepala Aya menoleh ke arah jok belakang mobil, Sean tertidur pulas, masih dengan pakaian lengkap selepas dari acara pernikahan Ghania. Rangga ngotot minta bertemu kedua orang tua kandung Aya di desa. Aya sudah bilang, kalau Jani dan Haris yang sedang merencanakan pertemuan itu, karena Aya tidak mau membuat adiknya merasa diselip dirinya dan Rangga. “Nggak, pokoknya aku juga mau ngomong ke Ibu dan Bapak,” ucapnya tegas. Aya bisa apa, keras kepala Rangga memang seperti itu, dan Aya mengerti. “Rangga, kita mampir ke swalayan itu sebentar, kasihan Sean nggak bawa baju ganti, kita pasti nginap di sana, sekarang aja udah jam tujuh malam, Jani dan Haris juga masih di sana, mereka juga nginap,” pinta Aya. Rangga mengangguk, mereka memang sudah memasuki wilayah daerah kampung halaman Aya, hanya ada swalayan kecil, tapi menjual baju-baju. “Pakai ini buat bayar, jangan uangmu,” ucap Rangga sembari menyerahkan dompet, Aya mengangguk. “Sebentar, ya,” pamit Aya yan
Aya dan Rangga sedang duduk di teras rumah pria itu, sekembalinya dari rumah kedua orang tua Aya, keduanya semakin serius membahas banyak hal terkait rencana rumah tangga mereka. Sean asik bermain di rumputan, bocah itu sudah tidak lagi merasa jijik terhadap sesuatu yang berbau alam. Rangga memang rajin memberikan hal itu sebagai pelajaran bagi anak laki-lakinya, malas juga jika menjadi anak laki, tetapi jijik terhadap sesuatu yang belum tentu kotor. “Kita tinggal di sini? Apa Bunda nanti nggak coba untuk…,” ucapan Aya terhenti. “Kamu jangan khawatir kalau Bunda mendadak terror kamu atau ancam kamu, Aya, Bunda nggak senekat dulu. Sekarang, Bunda harus jaga imagenya, kan, akan repot kalau teman-teman sosialitanya tau.” Rangga tersenyum. Aya masih menatap ragu.“Rangga, kalau seumur hidup, Bunda nggak restui kita, gimana?&rdq
Aya kembali ke tempat tinggalnya di kota hujan itu, sejak pagi, ia sudah repot membuat makanan yang rencananya, akan ia bawa ke rumah Arinda. Seminggu sebelum ia dan Rangga menikah, Aya mau mencoba rencananya untuk meluluhkan hati Arinda, bagaiamapun juga, ia akan menjadi istri putra wanita itu.Tangan Aya terambil mengaduk adonan bolu ketan hitam, sambil menunggu matang lasagna yang sudah ia panggang. Jani berjalan mendekat, adik perempuannya itu duduk di kursi meja makan, menatap heran ke kakaknya yang sangat berusaha membuat senang hati Arinda. “Aku sangsi, kalau Bunda mau terima, Mbak,” ujarnya sembari meneguk air putih. Aya tersenyum, tangannya memegang loyang bulan berdiameter dua puluh senti itu mengetuk-ngetuk supaya di dalam adonan tak ada gelembung udara yang membuat kue jadi berongga.“Usaha dulu yang penting, Jani,” jawab Aya.“Terus, kalau nggak berhasi?” Adiknya itu bersedekap, menatap Aya yang meliriknya sekilas
Hari pernikahan tiba, Rangga, Ayah, Reno dan Ghania, hanya mereka yang berangkat ke rumah Agung dan Sari, Sean dan bibi sudah lebih dulu berangkat karena Aya yang meminta Sean supaya menginap di rumah kedua orang tua angkat, untuk lebih mengenal dekat. Aya mematut dirinya di cermin, ia cantik dengan baju pengantin model dres panjang hingga telapak warna putih tulang dengan payet dan itu hasil disain Jani. Rambut Aya di sanggul modern, Jani menyelipkan bunga mawar merah sebagai hiasan di sanggulnya. Begitu manis di lihat. “Mbak, ada bulan madu, nggak?” tanya Jani sembari memoles lipstick warna merah sebagai sentuhan akhir. “Nggak, cuma Rangga mau ajak aku ke satu tempat, katanya udah lama dia bangun dan jadi tempat healing dia selama ini,” jawab Aya. “Sean nggak ikut, ‘kan? Kalian harus nikmatin waktu berdua setelah selama ini berpisah. Aku yakin, Mbak, Mas Rangga degdegan banget pasti. Akhirnya b
Aya terengah, dadanya kembang kempis karena ciuman panas mereka, Rangga menatap lekat kedua mata istrinya yang sudah menatap sayu, dengan bibir membengkak namun mencoba terus tersenyum. Keduanya saling melepaskan apa yang terpakai di tubuh, hingga sama-sama tampak polos, Rangga mendekat, ia kembali menggendong wanita yang begitu ia cintai, membawanya duduk di atas ranjang sambil kembali berpagut mesra. “Aku masih nggak percaya kita begini, Aya,” bisik Rangga tepat di depan wajah istrinya. Suara deburan ombak sore hari itu, menjadi lagu latar keduanya yang saling tak kuasa menahan hasrat di dalam diri. Aya tersenyum, mengangguk, lalu Rangga menahan erangan saat ia berhasil melakukan penyatuan dengan posisi duduk memangku Aya, desahan lolos dari bibir wanitanya, Rangga dan Aya sama-sama mulai bergerak, perlahan dan semakin lama semakin menggila. Kamar begitu panas, peluh bercucuran, dan hal itu mereka biarkan, p
Rangga dan Aya sudah kembali dari bulan madu, keduanya sibuk pindahan untuk menempati rumah barunya. Sean begitu bahagia, karena rumah yang dibeli Rangga tak terlalu besar seperti rumah sebelumnya, cukup minimalis, karena Rangga ingin aktifitas anggota keluarga sehari-hari bisa ia pantau, tak terkesan lowong juga.Satu mobil box besar dari jasa pindahan tiba di depan rumah dengan cat putih itu, Aya segera mengarahkan pekerja pengangkut barang untuk menata barang-barang di dalam rumah. Seseorang datang menghampiri Rangga, tampak seperti pekerja kebersihan, keduanya berbicara, Aya hanya melihat sejenak sebelum kembali fokus dengan barang-barang yang diangkut pekerja.“Mbak Aya, kamar Bibi yakin, yang ada di sebelah kamar Sean? Apa nggak terlalu besar?” Bibi agak sungkan, Aya merangkul bahu wanita yang setia ikut ke mana Rangga pergi, juga yang tau Rangga sejak remaja. “Nggak, Bi, di atas kamar ada
Aya menyiapkan kotak bekal makan siang Sean, ia akan mulai mengantar jemput putra Rangga itu. “Ma, Sean hari ini pulang jam sebelas, mau ada praktek musik,” ucap bocah kecil nan tampan itu.“Oke. Eh iya, Sean, ada kiriman dari Mama Mila, Sean mau bawa buat bekal ke sekolah, nggak, biskuit almond?” tanya Aya sambil menuju ke lemari tempat penyimpanan camilan.“Mau, Ma,” jawab Sean sambil memakai kaus kaki. Rangga keluar dari kamar, pakaian kerjanya masih tak rapi, ia bangun kesiangan karena semalam baru saja perang badan bersama istri tercintanya lagi. Tak tahan, hanya itu yang bisa Rangga ucapkan.“Pagi,” sapa Rangga sambil mengusap kepala Sean lalu mengecup pipi Aya. “Pagi,” balas Aya dan Sean kompak. Rangga duduk di kursi meja makan, menyesap kopi susu yang Aya beli dalam botol dua liter di kedai kopi terkenal. Rangga bilang itu favoritnya, maka
Sejenak, Aya juga Rangga melupakan polemik yang terjadi dengan Arinda. Rangga yang tau pertemuan bunda dengan istrinya itu semakin tak habis pikir dengan tindakan memberikan sejumlah untuk Aya supaya menjauhkan dari putranya, mengganti arah fokus pikiran keduanya dengan persiapan ulang tahun Sean. Aya dan Rangga membuat cara ulang tahun Sean di taman bermain yang ada di mal besar Ibu kota. Aya tak tanggung-tanggung menggelontorkan dana untuk membahagiaan putra sambungnya, Rangga melarang, tapi Aya bersikeras, ia ingin mencurahkan kebahagiaannya untuk Sean. Usianya masuk enam tahun, tahun depan masuk SD, Aya merasa jika Sean pantan mendapat hadiah besar ini sebelum mulai fokus serius belajar.Rangga dan Aya terkejut saat melihat Mita yang mendadak muncul di rumah mereka saat keduanya sedang merapikan goody bag untuk bingkisan anak-anak. Aya yang baru berjumpa secara langsung dengan Mita tak tau harus berekspresi apa selain bahagia menyambut wanita yang sudah melahirkan Sean.