Share

BAB 5

Herry berjalan menuju meja dan mengisi daftar hadir tamu yang dilayani dua orang wanita muda dengan riasan yang tebal dan mempesona, bajunya seragam batik kebaya khas Sunda yang terbuat dari perpaduan seni bordir dan Payet mutiara diujung kebayanya, terlihat sangat anggun dan mewah dengan warnanya yang seperti keemasan.

Pelayan tamu tersebut memandang kedatangan Harry yang langsung mengambil pena dan menulis namanya dibuku tamu yang sudah mencapai nomor tamu yang ke 500 orang. Kedua pelayan wanita itu saling berbisik dan sekali melihat Harry dengan sinis.

Entah apa yang dikatakan mereka, kemungkinan besarnya kedua pelayan itu seakan memandang rendah kepada Harry dengan tidak memberi pelayanan seperti kepada tamu-tamu sebelumnya yang tersenyum ramah dan sangat hormat.

Tanpa memperdulikan kedua pelayan tersebut Harry pun masuk kedalam ruangan gedung yang luas dan sekedar perkiraan, ruang tersebut mampu menampung orang hingga seribu orang didalamnya. Ada empat tiang didalam gedung tersebut, dua diarea panggung resepsi yang didesain khusus untuk acara-acara seperti ini, dan dua lagi disamping kiri kanan yang langsung terhubung dengan dengan lantai dua.

Desain Interior gedung tersebut mengambil tema klasik istana kerajaan. Mengesankan semua orang yang masuk ruangan tersebut seperti masuk kedalam acara kerjaan ditahun masa kejayaan Romawi. Akan tetapi disini panitia acara yang berseragam batik dan kebaya memasukan desain hiasannya pada unsur kebudayaan Sunda hingga terciptalah akulturasi budaya yang luar biasa.

Harry berpakaian kemeja biru celana jeans dan memakai sepatu hitam, Harry bergaya casual yang semi formal, sementara hampir semua orang disana memakai jas mewah dan wanitanya memakai gaun dan kebaya mewah, menandakan ini bukanlah acara sederhana dan semua tamu undangan disanapun merupakan orang-orang penting dari kalangan orang kaya dan petinggi partai politik. 

Harry melihat sekelilingnya sedikit canggung dengan kemewahan yang disuguhkan diacara pernikahan ini dan tidak tahu harus berbuat apa untuk dirinya saat ini, dia melirik kekanan kiri, barangkali Sada salah-seorang dari teman kampusnya yang membantunya keluar dari keadaan tersebut.

Mata Harry terpaku pada sudut depan diarea panggung resepsi, terlihat Nadhya baru selesai mengganti baju pengantinnya dengan baju kedua, menandakan bahwa akad nikah sudah selesai dilaksanakan dan Nadhya resmi menjadi istri dari orang yang bernama Adi Pratama.

Dilihat dari rata-rata tamu undangan yang ada disana adalah orang-orang penting dan masing-masing mempunyai kekuasaannya, para pejabat dan para pemimpin perusahaan ada disana.

"Hi, Harry!" Suara laki-laki dari belakang terdengar sangat akrab, Harry pun langsung berbalik menoleh ke belakang.

"Hello, Andi!" Sambut antusias dari Harry "apakabar ?" Sambil berjabat tangan dengan teman semasa kuliahnya itu.

"Ini dia buronan kita, kemana saja kau selama ini ?" Tanya Andi yang ditemani seorang perempuan cantik yang sudah bisa ditebak bawa itu adalah kekasihnya Andi.

"Ada, masih di dalam kota kok, kamu sendiri gimana sekarang, lagi sibuk apa sekarang ?" 

"Aku tidak menyangka kamu bakal ada disini.. Tapi ini merupakan hari yang membahagiakan bagi aku bisa bertemu kembali teman lama" kata Andi, "sekarang aku lagi mencoba peruntungan usaha diduni fashion".

"Iya di, kemarin ada yang mengantarkan surat undangan kerumah, jadi mana mungkin aku tidak hadir, apalagi ini acara pernikahan temanku sendiri Nadhya" ucap Harry bersembunyi dalam tersenyumnya yang tenang. "Luar biasa, jadi bos besar kayaknya nih teman ku" lanjut Harry menggoda sambil tersenyum.

"Iya lah, masa kamu tidak hardir. Tapi aku masih penasaran deh sampai saat ini apakah kamu dan Nadhya bitu benar tidak pernah ada hubungan waktu dikampus ? Secara kedekatan kalian berdua itu sudah seperti sepasang kekasih" tanya Andi sedikit lebih serius tanpa menghiraukan godaan Harry tentang bisnis yang baru saja Andi mulai didunia fashion.

"Ah, biasa saja. Mungkin karena pemikiran kita berdua nyambung, saling bertukar keilmuan dan diskusi tentang mata kuliah, tidak lebih kok" jawab Harry sedikit tergagap.

"Tapi setelah kamu pergi dari kampus waktu itu ,.. yah sudahlah, yang jelas ini merupakan pernikahan teman kita, yuk kita menyalami dia disana" sambil Andi menunjuk kearah panggung resepsi.

Sedikit ragu Harry pun ikut mengikuti Andi yang langsung berjalan menuju area panggung resepsi, dia berfikir dari pada dia nanti hanya sendiri disana tanpa tahu harus ngapain dilingkungan yang sangat tidak nyaman bagi Harry.

Harry mencoba menenangkan jantungnya yang semakin dia melangkah, semakin cepat detakan jantungnya. Sampai ditangga panggung yang beranak tiga dia terus saja berbicara dalam dalam hatinya "Nadhya hanya teman biasa tidak lebih, dan aku disini bukan siapa-siapa melainkan seorang teman yang menghadiri acara pernihakannya, jadi aku harus tenang" gumamnya.

"Hei mas, yang cepat dong jalannya, kayak kura-kura saja" bentak seorang perempuan dibelakang Harry sambil menepuk pundaknya.

Harrypun kaget dan langsung menoleh ke belakang. "Iya mbak, silahkan duluan" sedikit emosi Herry menjawab sambil melihat si perempuan tersebut. Sepintas Harry merasa tidak asing pada wajah perempuan tersebut, dan dia teringat ketika dirinya dimarahi oleh wanita angkuh dan sombong yang mengendarai mobil mewah Minggu lalu.

"Oh, kamu lagi rupanya" perempuan tersebut sambil menunjuk kepada Harry, "ingatan aku masih tajam, Minggu lalu kamu menghalangi gerbang masuk rumahku, dan sekarang kamu menghambat antrian pernikahan temanku. Sepertinya kamu itu salah masuk gedung deh, tamu-tamu disini orang-orang kaya dan terhormat, ngapain kamu disini ?" Omelan perempuan itu sedikit menjadi perhatian orang-orang sekitar, hingga menyita perhatian keluarga dan kedua mempelai.

"Hei mbak kalo ngomong itu sedikit ada etika dong, apalagi ini ditempat formal, sayapun sudah mempersilahkan mbak silahkan duluan, tidak perlu emosi seperti itu, saya juga tamu disini mbak ini pernikahan teman saya" balas Harry dengan nada tinggi dan secara tidak sadar bawha kejadian tersebut telah mengalihkan pikiran Harry dan melupakan semua keragu-raguan hati menjadi emosi pada perempuan yang baru saja membentak dan nya.

"Punya nyali juga rupanya kau heh" kata perempuan tersebut seakan siap-siap untuk mengajak perang perkataan dengan Harry.

Disisi lain Nadhya yang ternyata sudah tahu bahwa Harry datang ke pernikahannya karena ada sedikit keributan didekat antrian para tamu yang mau memberi ucapan selamat pada kedua mempelai, hanya bisa tertegun diam sambil matanya terus melihat Harry yang sedang bertengkar dengan perempuan.

Saat perempuan itu mau melanjutkan ocehannya, tiba-tiba dua orang panitia laki-laki petugas panitia acara datang dan langsung membawa mereka berdua untuk diamankan. "Hei-hei ! Kalian berdua sudah mengganggu acara ini. Ayo ikut kami !" Ucap salah satu petugas tegas, sambil menyeret mereka berdua kearah pintu belakang.

"Kenapa saya yang dibawa PK ? ini salah dia ! Harusnya dia saja yang bapak bawa bukan saya" protes Harry pada petugas yang sudah memegang kedua pundaknya dan mendorong Harry.

"Enak saja kau bicara, dia pak yang sudah menghalangi antrian, dasar laki-laki sialan!" Betakan perempuan itu semakin keras yang juga diapun diseret sama petugas.

"Kurang ajar kau!" Emosi Harry semakin naik, tapi apalah daya kini Harry sudah diseret oleh petugas disusul sama perempuan tersebut.

Sampai dipintu belakang Harry dan perempuan tersebut dikeluarkan dari gedung lewat pintu belakang, hingga pertarungan mereka berdua tidak bisa dihindarkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status