Share

Melewati Batas

last update Huling Na-update: 2025-09-19 22:03:17

Restoran itu masih ramai meski malam sudah larut. Vivienne keluar bersama Xavier setelah makan malam bersama.

Lampu jalan memantul di trotoar basah sisa hujan sore tadi. Udara malam terasa dingin, tapi tidak menusuk. Mereka berdiri menunggu mobil datang ketika dari sudut mata, Vivienne melihat sosok yang sangat familiar.

Tubuhnya menegang. Di meja luar, beberapa langkah dari tempatnya berdiri, Julian kekasihnya duduk bersama seorang wanita cantik bergaun putih gading.

Tangan wanita itu menyentuh lengan Julian dengan santai, seolah kedekatan mereka sudah sangat biasa. Tatapan Julian langsung menangkap Vivienne. Wajahnya pucat, seperti seseorang yang baru saja tertangkap basah. Ia segera bangkit dari kursinya.

"Vivienne..." suaranya parau, gugup.

"Bukan seperti yang kamu lihat ..."

Belum sempat ia lanjut bicara, wanita di sebelahnya berdiri, menautkan tangan ke lengan Julian, lalu berkata dengan nada tajam

"Kenapa harus menjelaskan? Aku calon istrimu. Kita akan menikah secepatnya, kan?
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Dalam Bayangan Dendam   Melewati Batas

    Restoran itu masih ramai meski malam sudah larut. Vivienne keluar bersama Xavier setelah makan malam bersama.Lampu jalan memantul di trotoar basah sisa hujan sore tadi. Udara malam terasa dingin, tapi tidak menusuk. Mereka berdiri menunggu mobil datang ketika dari sudut mata, Vivienne melihat sosok yang sangat familiar.Tubuhnya menegang. Di meja luar, beberapa langkah dari tempatnya berdiri, Julian kekasihnya duduk bersama seorang wanita cantik bergaun putih gading.Tangan wanita itu menyentuh lengan Julian dengan santai, seolah kedekatan mereka sudah sangat biasa. Tatapan Julian langsung menangkap Vivienne. Wajahnya pucat, seperti seseorang yang baru saja tertangkap basah. Ia segera bangkit dari kursinya."Vivienne..." suaranya parau, gugup. "Bukan seperti yang kamu lihat ..."Belum sempat ia lanjut bicara, wanita di sebelahnya berdiri, menautkan tangan ke lengan Julian, lalu berkata dengan nada tajam"Kenapa harus menjelaskan? Aku calon istrimu. Kita akan menikah secepatnya, kan?

  • Cinta Dalam Bayangan Dendam   Chapter 8 - Lebih Dekat

    Dua minggu berlalu seperti mimpi. Roma, Florence, dan sedikit waktu di Venesia telah meninggalkan jejak yang sulit dilupakan bukan hanya di galeri foto ponselnya, tapi juga di hatinya.Pagi itu, pesawat mendarat di dengan guncangan ringan. Udara dingin khas New York langsung menyapa, menggantikan aroma kopi Italia dan udara dingin Eropa yang masih tersisa di ingatan.Gabriella menepuk bahunya saat mereka mengambil koper di conveyor belt."Kembali ke realita, Bu Vivienne."Vivienne tersenyum, tapi kali ini senyumnya bukan senyum lelah seperti dulu. Ada ketenangan, ada semangat.Ia merasa pulang sebagai versi dirinya yang berbeda lebih ringan, lebih berani.***Senin pagi di kantor, lorong terasa sama, tapi langkah Vivienne tidak lagi ragu. Rekan-rekan kerja menyapanya, beberapa bertanya tentang liburannya.Saat ia tiba di meja kerja, monitor komputernya sudah menyala. Belum sempat ia duduk, suara dalam yang dalam namun tenang terdengar dari arah belakang."Selamat datang kembali, Vivie

  • Cinta Dalam Bayangan Dendam   Chapter 7 - Berlibur

    Malam hari Vivienne dan Gabriella sibuk memeriksa koper masing-masing. Suara resleting dan bunyi hentakan roda koper bergantian memenuhi apartemen kecil yang Vivienne tempati.Mereka akan berangkat ke Bandara besok pagi, untuk pergi liburan ketempat impian mereka berdua dari dulu yaitu Italia.Semua berawal dari pengajuan cuti sederhana. Awalnya, Vivienne hanya mengajukan tiga hari libur untuk melepas penat dan menikmati waktu bersama sahabatnya.Namun, saat Xavier, bosnya, mengabarkan bahwa cutinya disetujui, dan hal paling mengejutkan Vivienne gang membuat ia nyaris terjatuh dari kursi bukan hanya tiga hari, tapi dua minggu penuh.Lebih mengejutkan lagi, perusahaan memberinya uang tambahan untuk liburan.Sambil melipat dress terakhir ke dalam koper, Vivienne mengambil ponselnya. Jempolnya lincah mengetik pesan."Pak Xavier, terima kasih banyak atas izin cuti dan uang tambahan ini. Jujur, saya tidak menyangka. Ini di luar ekspektasi saya."Pesan terkirim, dan tak lama balasan datang.

  • Cinta Dalam Bayangan Dendam   Chapter 6 - Bertemu Kembali

    Malam semakin larut, keheningan begitu terasa menyelimuti rumah itu. Vivienne duduk diam diruang tamu sendirian. Setelah obrolan singkat di ruang makan, Xavier langsung beranjak dari tempat makan dan bekata pelan."Saya akan kembali keruangan kerja, terima kasih atas makanannya. Kau bisa kembali ke kamar kalau mau istirahat."Tanpa banyak bicara, Xavier pergi menuju tangga dan menaikinya pelan.Vivienne duduk diam, menatap secangkir coklat hangat digenggamannya yang mulai dingin.Sunyi melingkupi ruangan, hanya suara detik jam yang terdengar pelan membuat Vivienne gelisah.Vivienne memikirkan kebaikan lelaki itu. Xavier dengan sangat baik memberikannya perawatan hingga tempat untuk istirahat dirumah pribadi nya, padahal dia hanya orang asing."Kenapa dia baik sekali? Apakah dia kasihan pada ku? Atau hanya tanggung jawab sebagai atasan?Pikirkan Vivienne yang begitu ribut ditengah keheningan.Vivienne menarik napas panjang, dan bangkit dari tempat duduk. Melangkah meninggalkan cangkir

  • Cinta Dalam Bayangan Dendam   Chapter 5 - Perasaan Yang Mengganggu

    Pagi itu, kantor sudah mulai sibuk. Suara keyboard berdenting, telepon berdering, namun langkah wanita itu begitu lesu dan pelan. Matanya sembab, wajahnya pucat. Vivienne, Semalam ia tidak tidur. Hatinya seperti disayat pisau yang tajam ia melihat kekasihnya makan malam bersama wanita lain dengan orang tua lelaki itu. Dan mereka membicarakan pertunangan.Meski tubuhnya lemah, Vivienne tetap masuk kerja. Ia membawa tumpukan berkas ke ruang CEO.Tiba-tiba, sebelum sempat mengetuk pintu, tubuhnya limbung.BRAKK!Tumpukan dokumen berhamburan saat tubuhnya jatuh.***POV Xavier"Apa itu tadi?"Langkahku cepat menuju pintu. Saat kubuka, mataku langsung tertuju pada sosok mungil itu. Vivienne jatuh tergeletak di depan pintuku."Vivienne!" seruku, setengah panik.Aku segera mengangkat tubuhnya. Ringan. Nafasnya pelan. Wajahnya pucat sekali.Kubawa dia ke ruang istirahat pribadiku, membaringkannya di sofa panjang.Kuambil ponsel dan menekan tombol cepat."Dr. Jack, tolong ke ruanganku sekaran

  • Cinta Dalam Bayangan Dendam   Chapter 4 - Makan Malam Bersama

    Minggu sore itu terasa tenang bagi Vivienne. Untuk pertama kalinya dalam seminggu, ia bisa bangun tanpa alarm, bersantai di tempat tidur sambil menonton serial favorit, dan menikmati secangkir teh hangat dari balkon apartemennya. Namun ketenangan itu tak bertahan lama.tiba-tibaBRRRRTT... BRRRRTT...Ponselnya bergetar di atas meja. Saat melihat nama yang tertera di layar, matanya langsung membulat.Xavier bosnya menelponnya. Dengan cepat ia mengangkat."Halo, Pak?""Vivienne, maaf mengganggu hari liburmu. Aku butuh laporan keuangan yang terakhir.Ada beberapa dokumen yang tertinggal di kantor. Tolong buat laporannya dan antar ke rumahku secepatnya, ya. Sangat penting untuk meeting besok pagi." ucap Xavier ditelpon."Baik, Pak..." Vivienne menjawab, meski dalam hati sedikit kaget. Bukan karena harus bekerja di hari Minggu, tapi karena ini pertama kalinya dia harus ke rumah bosnya.Dengan cepat ia segera bangkit dari tempat tidur, cepat-cepat mandi, berdandan seadanya, dan memeriksa ul

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status