Semua pertanyaan muncul di pikiran Elsa. Setelah melihat undangan itu ternyata di luar dugaan
UNDANGAN PERESMIAN KLINIK CINTA IBU.Begitu bunyi undangan yang dikirim Rey."Syukurlah," batin Elsa."Kenapa El, kok senyum begitu?""Gak ada, Ma.""Undangan apa itu, El?""Undangan peresmian klinik barunya Rey.""Oh, iya, El. Tadi Mama ketemu temenmu, siapa ya tadi namanya?""Maksud mama Dokter Fahri?""Oh, iya, betul Fahri, kaget Mama dia pagi banget nyari kamu." Mama menahan tawanya."Ada udang di balik bakwan, Ma.""Hahaha … ada aja kamu, El. Tapi cakep juga sih kayak orang arab, kayak artis kesayangan Mama, Mas Al." Ya sallam, bakal naik daun telinganya Dokter Fahri kalau tahu."Tapi Rey kok bisa seganteng itu ya, El?"Waduh mama ini kok jadi yang lebih alay, sebenarnya dia di tim yang mana? Dokter Fahri atau Rey? (Kalian pilih yang mana, hahaha)."Kayak pemain korea itu lho El, yang Mama nonton di TV," sambung mama lagi."Pagi-pagi lihat dua cowok keren pikiran Mama ke mana-mana, pengen secepatnya punya mantu, hahaha …." Eh, kok jadi mama yang pikirannya traveling ke mana-mana, nggak tahu apa, anak semata wayangnya ini menderita penyakit baper akut."Sudah Ma, yuk kita sarapan aja, laper nih." Elsa menarik tangan mamanya yang mulai alay pagi ini menuju ke meja makan.***Hari ini rumah sakit sepertinya kedatangan banyak sekali wartawan. Kabar yang beredar artis tersebut ke ruangan Rey. Desas-desus Rey mau tunangan semakin tersebar."Eh, nggak nyangka kepala rumah sakit kita tunangannya artis, ya," kata salah seorang suster, pagi-pagi sudah bikin hati gerah."Gimana gak artis, Dokter Aldi saja gantengnya sudah maksimal, say. Tatapan mata dan senyum khasnya kayak My Oppa Lee Min Ho.""Ha, Lee Min Ho?" Elsa langsung buka g****e cari gambar Lee Min Ho. Gini sudah kalau semasa sekolah tahunya cuma buku saja.Sepertinya seluruh rumah sakit ini, tidak ada nama lain selain Rey, Rey dan Rey.***Siang ini adalah jadwal operasi caesar salah satu pasien. Dokter Dini--sahabatnya yang sebagai spesialis kandungan meminta tolong menjadi tim operasi Caesar pasien ini, Elsa pernah ikut bergabung dalam operasi caesar ketika kuliah, setidaknya dia pernah ikut sebanyak 10 kali operasi caesar karena Elsa memang senang dengan tantangan baru, itulah yang membuat dia dikenal sebagai ratu universitas. Sedikit baper menurut cerita sahabatnya pasien ini menunggu kehamilan hampir 10 tahun. Ada rasa yang tidak bisa diungkapkan apalagi menurut Dini--sahabatnya perjuangan mereka luar biasa. Pasien melahirkan caesar karena pasien ini mengalami masalah pada plasenta.Placenta Previa terjadi karena plasenta berada rendah di dalam rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Satu dari 200 wanita akan mengalami Plasenta Previa selama trimester ketiga. Plasenta Previa dapat menyebabkan pendarahan hebat, makanya disarankan untuk operasi caesar sesuai dengan hasil USG. Jujur, melihat perjuangan mereka membuat dada sesak, tapi melihat kesetiaan suaminya bikin hati adem. Semoga operasi berjalan lancar dan mereka bahagia.Entah mengapa hari ini badan terasa tidak sehat, kepala terasa berat dan sedikit pusing. Padahal dua jam lagi adalah jadwal operasi caesar pasien tersebut."El, kok pucat sekali?" Dokter Fahri datang dan terlihat sangat panik sekali."Aku gak apa-apa kok, dok.""Gak apa-apa gimana El, wajahmu pucat sekali." Dengan sigap Dokter Fahri memeriksa suhu badanku."Pantas El, suhu badanmu 39, kita infus saja, ya.""Pasien sudah menungguku, dok. Nanti juga sembuh.""Berapa jam lagi operasimu, El?""Dua jam lagi, dok.""Kalau gitu tunggu sebentar, El.” Dokter Fahri berlari sepertinya dia mengambil kompres.Dengan sigap Dokter Fahri membuka sepatu Elsa, dan mengambil kompres."Kok dia jadi so sweet begini, sih," batin Elsa."Kenapa El, ada yang sakit? Lebih baik baringan saja ya, nanti kalau sudah waktunya, aku bangunkan." Sikap Dokter Fahri yang berlebihan bikin hati nggak karuan.Elsa memejamkan mata sebentar, kepala memang benar-benar pusing. Apa begini yang namanya jatuh cinta? Mendengar kabar Rey mau tunangan tubuh Elsa terasa panas-dingin dan demam. Akan tetapi, sikap Dokter Fahri penuh perhatian membuat Elsa mempertimbangkan perasaannya. Jika Rey sudah benar-benar pergi, mungkin takdir jodoh Elsa bukan dia."Mau ke mana, El?""Aku harus berkemas, dok.""Wajahmu masih pucat, El.""Kasian pasiennya, Dok. Aku harus segera ke ruang operasi, mereka sudah menanti kehadiran anak sudah lama.""Tapi, kamu masih ....”Belum selesai Dokter Fahri berbicara, Elsa langsung ke luar menuju ruang operasi. “Kenapa juga kepala ini terasa pusing,” gumam Elsa.Sesampai di pintu tangan Elsa di cekal."Biar aku yang membantu operasi hari ini, istirahatlah!" katanya dengan tegas.Dada Elsa terasa berdebar tidak karuan."Rey?”"Istirahatlah, aku yang akan menggantikanmu!" Elsa diam, bingung mau jawab apa.Reihan Baskoro tumbuh menjadi Dokter yang hebat, mengikuti jejak Papi, Mami dan ayahnya, Reihan menjadi dokter yang keren. Prestasi jangan diragukan lagi.Wajah tampan blasteran mirip seperti Papinya membuat semua perempuan tergila-gila dengannya. Cuek dan dingin itulah Reihan. Tidak sedikit surat cinta yang ditemukan di tasnya setiap selesai praktik, tapi tak satupun yang mengena dihatinya. Ada satu nama yang selalu mengganggu pikirannya. Nama yang membuat dia jatuh cinta berkali-kali, meski sulit diraih.Hari ini adalah jadwal pulangnya Reihan setelah menyelesaikan spesialisnya, tanpa didampingi ayah dan maminya, itupun karena Reihan yang meminta untuk tidak didampingi."Besok Mami hadir, ya, Rei." Maminya sampai memohon agar Reihan mau didampingi."Gak usah, Mi. Rei udah besar bukan anak labil, menghindari omongan juga karena yayasan ini 'kan milik Ayah.""Terus ayah gak datang juga?" Ayahnya ikut nimbrung video call sama Reihan."Gak usah, Yah. Biar pemilik yayasan gak usah hadir
Elsa dilarikan ke rumah sakit, dokter Fahri memang sudah menyiapkan kemungkinan hal yang terjadi, dilihat dari ambulance yang sudah stand by di dekat pantai."Bagaimana, Dok?""Elsa pendarahan hebat."Dokter yang sudah di warning dokter Fahri menunggu di depan IGD. Belakangan ini dokter Fahri sibuk mengurus kemungkinan hal-hal yang terjadi. "Semua sudah siap, Dok!" dokter yang diutus mengurus semuanya menghampiri dokter Fahri."Dokter Rayyan apakah sudah bisa dihubungi?""Belum bisa, Dok!"Elsa sudah siap untuk dioperasi hari ini, dokter Fahri terlihat deg-degan, tapi masih tetap tenang melihat istrinya. "Kantong darah yang Dokter Fahri minta satu minggu yang lalu sudah siap." Tidak tanggung-tanggung dokter Fahri menyiapkan 20 kantong darah untuk dokter Elsa, menjaga kemungkinan hal yang terjadi."Terima kasih atas bantuannya, Dok." Fahri terlihat tegang karena dokter Rayyan belum bisa dihubungi, hari ini adalah jadwal keberangkatan dokter Rayyan kembali ke luar negeri karena kontra
Kehamilan Elsa kali ini benar-benar harus dijaga, kondisinya semakin hari semakin lemah sangat penuh perjuangan, usia kehamilan Elsa masuk trimester ketiga, meski masih terus keluar masuk rumah sakit, tapi Elsa masih semangat menjalaninya. Fahri dan Reihan tetap setia menemani Elsa, kesetiaan dan ketulusan dokter Fahri membuat hati Elsa semakin luluh, cinta mulai bersemi dihatinya. ”Jangan panik, aku baik-baik saja.” Elsa dibuat baper karena Fahri terus setia menemaninya, lebih tepatnya merawatnya dengan tulus. Tidak peduli capek dan lelah Fahri sangat totalitas dalam menjaga istrinya, tak ada momen yang tertinggal oleh dokter Fahri.“Maunya apa, Dik? Mas akan carikan kemana saja, asal istri Mas ini tetap sehat dan kuat.” Siapa yang tidak baper, disaat cinta mulai bersemi dihati mereka, justru kini mereka sedang diuji, ini mungkin yang namanya ujian kesetiaan. Elsa bahkan tidak pernah melayani kebutuhan Fahri, kehamilannya sedikit berbeda ketika hamil Reihan. Kondisinya sekarang, be
Akhirnya Elsa bersedia tinggal di rumahnya Fahri. Reihan juga tidak mau ketinggalan. Mereka diantar oleh papa dan mamanya Elsa menuju rumahnya Fahri. Rumah Fahri sangat besar, bangunannya seperti mengusung konsep Mediterania yang kental dengan pilar-pilar tinggi dan berwarna putih. Saat masuk ke dalam, semua akan semakin terpukau dengan pemilihan interiornya yang apik."Rumah sebesar ini Nak Fahri sendiri yang tinggal?" Mamanya Elsa membuka percakapan."Iya, Ma. Ada pelayan juga disini."Reihan sangat bahagia sekali, karena kamarnya sangat luas dan dipenuhi mainan. Entah kapan dokter Fahri menyiapkan mainan untuk Reihan."Yah, mainannya banyak banget." Reihan tak berhenti tersenyum karena kamarnya selain besar, lengkap dengan fasilitas di dalamnya."Iya, kan, pangeran harus banyak mainan biar tidak kesepian. Di situ sudah ayah buatkan tempat untuk Reihan melukis, kata Mami Reihan hoby melukis seperti Papi." Elsa terharu, segitu detailnya dokter Fahri menyiapkan kebutuhan Reihan."Ruma
Sesampai di rumahnya Elsa, Dokter Fahri terlihat bingung, Elsa juga terlihat lebih banyak diam. Dokter Fahri sadar ini mendadak bagi Elsa. "Tidak apa-apa El, saya tidur di ruang tamu saja." Elsa berhenti mendengar ucapan dokter Fahri. Tiba-tiba Elsa menuntun dokter Fahri untuk ke kamarnya. Dokter Fahri sangat canggung sekali, jantungnya berdetak lebih kencang. Karena Elsa lebih banyak diam, perasaan Fahri semakin tidak enak."Kamar mandinya disana, Dokter bisa membersihkan diri dulu." Elsa terlihat tenang, sementara dokter Fahri sangat canggung."Makasih, El." Fahri tidak ingin banyak bicara, karena Elsa juga irit bicara. Elsa sebenarnya lebih pengalaman karena dia pernah menikah sebelumnya. Setelah membersihkan diri, dokter Fahri bersiap untuk sholat Isya, Fahri lebih memilih untuk sholat di masjid komplek perumahan, lebih tepatnya memberi ruang waktu untuk Elsa."Om Dokter ganteng mau kemana?""Kok Om, panggil Ayah ya, Nak?" Fahri kalau sama anak kecil, santun sekali."Kenapa buk
Fahri masih memegang tangannya Elsa dan masih dalam keadaan berjongkok. Ini seperti mimpi bagi mereka berdua, Fahri terus mengeluarkan air mata. Lebih tepatnya air mata bahagia."Ayo, bangun calon Papanya Reihan." Reihan memeluk Fahri untuk segera bangun, suasana semakin haru. Elsa berkali-kali menitikkan air mata, ini juga seperti mimpi baginya. Mimpi menjadi istri dari dokter Fahri."Selamat untuk kalian, ya." Papa dan mamanya bergabung, Fahri memeluk Papanya Elsa. Jangan ditanya kebahagiaan dokter Fahri, Elsa sampai dibuat salah tingkah dengan keadaan ini. Mamanya juga memeluk Elsa, meski terkesan mendadak, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mereka.Tiba-tiba semua tamu undangan mulai berdatangan, kabar cepat beredar. Semua dokter yang bekerja di klinik juga hadir. Elsa sampai dibuat kaget dan terlihat malu. Mendadak mungkin hanya baginya, tetapi persiapan acara ini sebenarnya sangat matang. Yang menyaksikan akad nikahnya memang hanya dari keluarga saja."Selamat, Bosku!" Do
"Kenapa, Ri?" Fahri ke ruangan tantenya yang kebetulan sebagai dokter umum di kliniknya."Fahri gak kuat, Tan." Fahri menangis sesenggukan, dia sudah terbiasa curhat dengan tantenya, saudara dari Mamanya."Dengan wanita yang sama, Ri?" Fahri mengangguk, buliran air mata terus mengalir di pipinya."Apa aku harus menyerah, Tan? Sepertinya aku sudah gak kuat, cinta ini begitu menyiksaku.""Bukannya Dia sudah punya suami, Ri? Apa tidak ada perempuan yang lain selain dia." Tantenya heran karena keponakannya ini laki-laki yang dari dulu hanya mencintai wanita yang sama."Justru itu, Tan. Dia kembali tiba-tiba dan memiliki seorang putera yang tampan sekali, dan kabarnya, suaminya Elsa sudah meninggal akibat kecelakaan pesawat 5 tahun yang lalu." Ya Allah, sedih sekali melihat dokter Fahri seperti ini. Bercerita sambil berlinang air mata. "Lalu masalahnya apa?""Masalahnya ada Dokter bedah dari luar negeri yang kemarin datang mirip dengan Rey, dia juga merasakan hal yang sama, layaknya seora
Akhirnya weekend tiba, Fahri memenuhi janjinya untuk duet dengan Reihan. Reihan ternyata tipe anak yang tidak bisa dijanjikan."Mi, jadi gak, Om Dokter ganteng ngajak duet?""Biasanya Om Dokter kalau sudah janji selalu ditepati.""Oke, kalau gitu, Reihan siap-siap."Baru saja membicarakan dokter Fahri ternyata dia sudah ada didepan menjemput Reihan."El, bukannya itu Dokter Fahri?" Mamanya Elsa heboh, karena baru kali ini melihat dokter Fahri setelah sekian tahun."Iya, Ma, mau jemput Reihan."Reihan sudah siap dengan kostumnya, hari ini dia begitu fresh menggunakan kaos, wajah blasteran Reihan memang buat siapa saja merasa dia anak yang menggemaskan. Jadi, wajar dia juga idola orang tua dikompleknya."Mi, Rei berangkat?""Wow, cucu Eyang sudah keren, mau duet sama Om Dokter ganteng?""Iya, dong Eyang, Mami gak usah ikut biar jaga Eyang di rumah.""Astaga, anak ini, Hahaha ...." Mamanya yang paling heboh."Siyap, sonoh, sama Om Dokter gantengnya biar Mami gak jadi nyamuk."Reihan dan
Sesuai arahan Fahri, akhirnya Elsa ikut bergabung dengan Dokter Rayyan, mematahkan segala yang ada. Elsa kali ini harus lebih kuat, bahwa dia bisa mengatasi semuanya, Elsa terus menyiapkan mentalnya dan berkata bahwa dia bukan Rey --- suaminya.Semua tim sudah bersiap, Elsa harus membuktikan bahwa dia bisa menjalankan operasi ini dengan baik. Dokter Rayyan juga sudah siap di ruang operasi.Drrrt ... tiba-tiba dokter Fahri menelpon."Halo, El, semangaatt!" ya Allah Fahri, kenapa sosweet banget, Fahri yang dulu bangkit kembali dengan nuansa yang lebih berbeda. Elsa dibuat senyum-senyum sendiri."Siyap, Pak Dokter!" dokter Rayyan hanya sekilas memandang.Mereka sudah siap, Elsa juga sudah bersiap dengan segala persiapannya, disemangatin Fahri ternyata memiliki rasa yang berbeda, entah mengapa Elsa seperti bangkit kembali."Mari kita mulai!" dokter Rayyan memberi instruksi, Elsa sudah tidak berdebar lagi, dia terlihat lebih rileks.Elsa mulai dengan sayatan pisaunya, dokter Rayyan memang