Andai waktu bisa kembali, aku tidak akan mengecewakanmu.Sudah baikan Dokter Elsa?" Rey memperjelas pertanyaannya.Nita menyenggol Elsa supaya menjawab pertanyaan Rey."Sudah, dok. Alhamdulillah.""Syukurlah." Setelah mengucap begitu, Rey pergi."Sebentar, dok!" Rey berhenti."Terima kasih sudah membantuku kemarin.""Sama-sama." Rey pergi dan tidak menoleh sedikit pun. Si Nita langsung bereaksi."Ciyeee ….""Apanya, cie, cie?""Sepertinya saingan Mas Fahri sungguh berat.""Hm, mulai deh, yuk balik! Nanti sore kita berangkat.""Asiyap, Bu Dokter."***Tamu undangan sudah mulai berdatangan, wartawan juga banyak yang hadir. Hati Elsa sungguh berdebar, apakah Rey akan resmi tunangan hari ini atau tidak. Menyemangati diri sendiri untuk tetap berpikir positif, supaya hati tenang, jangan sampai pingsan di sini."Kok menyendiri, El." Irfan datang menyapa Elsa."Iya, Fan. Hari ini sama siapa? Gak piket?""Sendiri juga El, kebetulan jadwal piketnya besok, jadi bisa dateng.""Oh." Elsa hanya ber
Elsa terbangun dan melihat ada infus ditangannya, ternyata dia berada di IGD. Ada mama dan papa yang menunggunya."Alhamdulillah El, kamu sudah sadar, Nak." Sang mama memeluk Elsa erat."Kecapean ya, Nak?” tanya sang papa."Iya, Pa, Elsa capek batin." Elsa hanya bisa menjawab di dalam hati."Papa sudah mengajukan kamu untuk istirahat 2 hari El, jadi kita pulang, ya, setelah kondisimu pulih.""Elsa sudah baikan, Ma. Elsa istirahat di rumah saja." Entah mengapa tidak ingin melihat rumah sakit dulu, rasanya malu, pingsan di depan banyak orang.***Sesampai di rumah, Elsa benar-benar istirahat total, menata hati dan pikiran supaya lebih fresh. Mungkin saat ini profesional lebih diutamakan."Gimana Nak, udah baikan?" tanya mama."Iya, Ma, sudah terasa lebih baik.""Tumben kamu drop kayak gitu." Elsa penasaran bagaimana mamanya bisa tahu kalau dirinya pingsan."Ada masalah, Nak?" Mama memang lebih peka dengan perasaan Elsa."Gak ada masalah Ma, cuma kayaknya aku pengen resign dari rumah saki
Hari ini Elsa sudah mulai aktivitas lagi dengan semangat baru. Yang terpenting baginya saat ini, Rey masih sama seperti yang dulu, masih perhatian itu cukup bagi Elsa.Entah mengapa hari ini dia ingin menggunakan jilbab pink dengan polesan bedak dan lipstik yang merah merona. Seperti abege labil hatinya sungguh berbunga-bunga. Berkali-kali dia bercermin untuk memastikan penampilannya yang sempurna hari ini. Tak lupa musik pun diputar sebagai penyemangat diri.Buka kita buka hari yang baruSebagai semangat langkah ke depanJadi pribadi baruBuka kita buka jalan yang baruTebarkan senyum wajah gembiraDamai suasana baruBukalah bukalah semangat baruBukalah bukalah semangat baruBukalah bukalah semangat baru(Reff lagu buka semangat baru)"El, gak salah penampilanmu?"Mamanya heran melihat tampilan Elsa yang sedikit power full hari ini."Emang kenapa, Ma?""Aneh aja."Anaknya berubah feminim malah Emaknya keheranan. Eh, kepala anaknya malah disentuh."Gak ke sambet kan, Nak?" Mama terke
Fahri Haris Hermanto, siapa yang tidak kenal dengan keluarga Hermanto, keluarga terpandang yang perusahaannya di mana-mana. Fahri anak tunggal dari keluarga Hermanto. Dia anak yang cerdas, papanya berharap dia dapat mewarisi seluruh aset perusahaan. Namun, nyatanya dia lebih memilih menjadi dokter.Elsa Wijaya gadis yang mampu mencuri hatinya selama kuliah. Elsa gadis cantik dan cerdas karena kecerdasannya membuat dirinya terkenal di seluruh kampus. Satu hal yang membuat Fahri semakin jatuh hati pada Elsa, dia tidak pernah sekalipun terlihat bersama laki-laki. Gadis impian yang ramah, tapi sulit didekati karena Elsa terlalu pandai menjaga jarak dengan teman laki-laki.Sebagai kakak kelas yang usianya 2 tahun lebih tua dari Elsa, Fahri menyimpan kekaguman di hatinya. Rasa kagum yang merajai hati membuat Fahri tak bisa berhenti memikirkan Elsa. Elsa tidak pernah menyadari kalau Fahri selalu mengikuti langkahnya. "Masih suka dengan gadis itu, bro?" Rio—salah satu teman Fahri yang tahu b
Besok adalah rapat internal beberapa divisi, yang diundang adalah dokter-dokter terbaik untuk menyelesaikan beberapa program rumah sakit.Ponsel berdenting satu pesan dari Fahri.[Dapat undangan El, dari rumah sakit?][Iya, Ri.][Sampai ketemu besok, Bu Dokter.][Siap, Pak Dokter.]Elsa sebenarnya masih penasaran dengan pertunangan Rey dengan gadis yang di sampingnya waktu peresmian, tapi dia malu mau bertanya dengan siapa.Ponsel berdering, tampak jelas nama Nita di layar ponsel."Assalamualaikum, Dokter Elsa.""Waalaikumsalam Dokter Nita, pean telepon ganggu istirahat aja.""Hm, kaum rebahan nggak ada lain yang dibicarakan, selain tidur.""Terus ngapain nelpon-nelpon!""Dapat undangan nggak, untuk rapat divisi besok?""Hooh, Dokter Nita juga dapet, ya?""Iya. Kaget banget El, ternyata dapet juga.""Alhamdulillah tandanya kita dipercaya."Diam sejenak, sebenarnya pengen nanya tentang adegan pingsan yang kemarin."Nit ….""Kenapa, El?""Hm, kemarin waktu aku pingsan itu gimana ceritan
Waduh, sepertinya ada cinta segitiga, nih," ledek Nita.Tak ada yang menyahut, semuanya bermain dengan pikiran masing-masing.Rey sibuk memperbaiki sepatunya Elsa, ngapain juga ada adegan lupa ini. Kebiasaan Elsa kalau duduk lama di forum suka buka pasang sepatu. Akan tetapi, asyik juga sih, lihat Rey perhatian kayak gini, kayak gimana gitu? Kayak ada manis-manisnya. Abege tua yang labil memang begini, hahaha …. "Selesai," kata Rey"Makasih." Malunya gak bisa diungkapkan, merah jambu pipi ini benar-benar gak bisa diminimalisir.Sementara Fahri melengos nggak sanggup memandang adegan yang Rey lakukan pada Elsa. Mata Fahri merah hampir menangis. (Segitu bapernya Mas Fahri)***Setelah adegan pasang sepatu kemarin entah mengapa semakin tumbuh jambu-jambu merah dihati ini.Ponsel berdenting.[Kebiasaan jelek jangan dipertahankan!] Satu pesan masuk dari Rey.[Khilaf bosku!] Balas Elsa cepat.Sedang mengetik....[Bilang aja!][Bilang apa!] send.Sedang mengetik...[Cemburu nona manis][Ce
Rey menuntun Elsa, tapi ditengah perjalanan Elsa berhenti."Kenapa berhenti?""Aku bisa sendiri!" entah mengapa ada rasa kesal dengan Rey, sifatnya yang kadang gak jelas bikin hati tak menentu, ada keraguan dihati Elsa, ragu dengan ketulusannya kali ini."Aku kembali keruangan, dok." Rey diam, banyak pasang mata yang melihat adegan mereka, itu mungkin alasan Elsa menghindar dari Rey, dari jauh terlihat Rey didekati dokter Raisa. Dokter Raisa sepertinya ingin dekat dengan Rey.Sesampai di ruangan, Elsa membersihkan diri, untung dia menaruh jas cadangan di ruangannya, jaga-jaga sebagai pengganti jika kotor atau lupa bawa.Tok! Tok! Tok!"Masuk!"Ternyata OB rumah sakit yang datang."Ini ada titipan bu dok.""Titipan ..." Elsa bingung siapa yang bawa titipan."Titipan dari siap, Mas?""Katanya, biar bu dokter saja yang buka sendiri.""Oh ... terima kasih, Mas.""Sama-sama, bu dok."Selang beberapa menit datang lagi mbak sum, yang biasa jaga kantin."Ada apa, Mbak Sum?" "Ini ada titipan,
"Sendiri? Boleh aku di sampingmu?" Rey memperjelas ucapannya, Elsa hanya bisa mengangguk."Hi, Dokter Elsa." Ternyata Rey datang bersama Dokter Raisa. Sapaan Dokter Raisa membuat Elsa menahan gejolak di dada, kenapa Rey selalu membuatnya patah hati begini.Tidak berselang lama Nita dan Fahri datang."Sorry, El, ternyata perutku juga …." Nita berhenti karena melihat Rey dan Dokter Raisa di samping Elsa."Eh, ada pak direktur, ada dokter Raisa juga di sini." Nita basa basi dengan ekspresi sekalem mungkin.Mereka hanya tersenyum dan melanjutkan menonton.Elsa hanya diam seperti patung, tak menyangka setelah berbunga-bunga hatinya langsung kembali redup. Elsa menghela napas, kenapa jatuh cinta serumit ini."Minumnya, El." Fahri menyodorkan minum, seper