Aku akan selalu menunggumu sampai waktu tak terbatas.
Kegiatan amal bakti rumah sakit akhirnya selesai juga. Semua dokter dan perawat yang bergabung mulai membereskan perlengkapannya. Fahri sepertinya tidak main-main, dia menunggu Elsa membereskan perlengkapannya. Fahri selain berbadan tinggi, dia punya lesung pipit yang manis sekali. Wajah tampannya yang mirip orang arab juga sangat memesona. Fahri dikenal sebagai dokter yang rapi, dia juga lumayan memiliki karier yang cemerlang dan berasal dari keluarga yang berkecukupan. Terlihat sekali dari mobilnya yang selalu ganti setiap hari. Dia selalu memperhatikan setiap penampilannya. Walaupun begitu, dia tetap santun dan friendly dengan siapa saja. "Dokter Fahri langsung ke bis aja." "Gak apa-apa El, biar sekalian bareng."Dokter Fahri masih setia menunggu."Oh … oke, sebentar, ya.""Perlu aku bantu, El?" Dokter Fahri bertanya lagi karena Elsa sibuk dengan bawaannya.Kami berdua ke bis dan semua sudah siap untuk kembali ke rumah sakit. Semua dokter dan perawat sepertinya menikmati amal bakti bulan ini sehingga terlihat lebih fresh dan bahagia meski tubuh mereka lelah. Elsa berjalan dengan Fahri layaknya seperti pasangan baru, seluruh mata memandang mereka berdua. Rey juga sekilas memandang, tetapi mereka tetap santai terus berjalan menuju bis."Ayo Dokter El, naik!" Fahri mengulurkan tangannya supaya Elsa tidak kesulitan naik."Santai saja Dokter Fahri, saya bisa naik sendiri." Elsa menolak karena teman-teman lain meledek saat melihat tingkah Fahri."Semangat Dokter Fahri jangan kasih kendor!" Siapa lagi biang keroknya kalau bukan si Nita. Cuma dia yang berani meledek."Tetap semangat, dong, Nit. Asalkan jangan ada lagi yang maju, ini aja aku dicuekin terus," sambung Fahri."Hahaha ... Dokter Elsa kau lawan, Ri." Salah satu teman bersuara.Elsa hanya tersenyum malu, andai Rey yang ngomong seperti itu pasti batinnya tak tersiksa. Sesal tak ada arti, segala sesuatu sudah ada takarannya. Jika Rey berjodoh dengan Elsa, pasti ada jalan untuk kembali kepadanya. ***Akhirnya Weekend tiba, kebetulan Elsa tidak ada jadwal piket. Seperti biasa Elsa menyempatkan diri untuk olahraga pagi. Elsa setiap lari selalu tampil unik, dia selalu menggunakan stelan olahraga waktu SMA. Setiap ditanya, jawabannya biar mengingat kenangan yang sudah lewat.Layaknya abege, Elsa menggunakan handset supaya semakin semangat untuk lari. "Wah, gadis SMA kok sendiri aja." Sekumpulan pria menyapa Elsa yang sedang jogging."Hm …." Andai mereka tahu kalau umurnya sudah lebih dari seperempat abad."Hi, Dokter El." Tiba-tiba Dokter Fahri sudah berada di samping ikut lari, padahal Elsa ingin menikmati jogging pagi ini dengan sendiri."Lari juga, dok?" tanya Elsa basa-basi. Padahal, jarak antara rumah Fahri ke lokasi lari lumayan jauh."Tadi mau mampir ke rumahmu, tapi mamamu bilang kamu lagi jogging, jadi ikutan, deh." "Oh …." Elsa hanya bisa ber-oh ria, kayaknya Dokter Fahri tidak main-main. Elsa takut kalau Dokter Fahri akan kecewa seperti Rey, jika dia terlalu semangat untuk mendekati dirinya."Gak piket ,Rey?""Rey?""Siapa itu Rey, El?""Ya ampun kok bisa salah ucap gini, sih," batin Elsa."Maksudku, gak piket, Ri?""Kirain saingan saya, El. Hari ini kebetulan free.""Oh …." Kacau! kenapa seluruh pikiran ini isinya Rey, Rey dan Rey, untung namanya Aldi di rumah sakit kalau tidak, kacau sudah dunia persilatan.Sesampai di rumah, dari jauh terlihat mobil putih, seperti tidak asing lagi kelihatannya."Apa itu, Rey?" batin Elsa."Udah selesai larinya, Nak?" Mama yang lagi nyiram bunga menghampiri."Sepertinya ada tamu, Ma?""Iya, El. Itu lho Rey, teman masa kecilmu datang.""Ngapain, Ma?" Jiwa kepo Elsa meronta-ronta."Tu, bawa undangan, ada gadis cantik juga di sampingnya tadi."Apa? Undangan? Gadis cantik? Apa Rey beneran tunangan?Reihan Baskoro tumbuh menjadi Dokter yang hebat, mengikuti jejak Papi, Mami dan ayahnya, Reihan menjadi dokter yang keren. Prestasi jangan diragukan lagi.Wajah tampan blasteran mirip seperti Papinya membuat semua perempuan tergila-gila dengannya. Cuek dan dingin itulah Reihan. Tidak sedikit surat cinta yang ditemukan di tasnya setiap selesai praktik, tapi tak satupun yang mengena dihatinya. Ada satu nama yang selalu mengganggu pikirannya. Nama yang membuat dia jatuh cinta berkali-kali, meski sulit diraih.Hari ini adalah jadwal pulangnya Reihan setelah menyelesaikan spesialisnya, tanpa didampingi ayah dan maminya, itupun karena Reihan yang meminta untuk tidak didampingi."Besok Mami hadir, ya, Rei." Maminya sampai memohon agar Reihan mau didampingi."Gak usah, Mi. Rei udah besar bukan anak labil, menghindari omongan juga karena yayasan ini 'kan milik Ayah.""Terus ayah gak datang juga?" Ayahnya ikut nimbrung video call sama Reihan."Gak usah, Yah. Biar pemilik yayasan gak usah hadir
Elsa dilarikan ke rumah sakit, dokter Fahri memang sudah menyiapkan kemungkinan hal yang terjadi, dilihat dari ambulance yang sudah stand by di dekat pantai."Bagaimana, Dok?""Elsa pendarahan hebat."Dokter yang sudah di warning dokter Fahri menunggu di depan IGD. Belakangan ini dokter Fahri sibuk mengurus kemungkinan hal-hal yang terjadi. "Semua sudah siap, Dok!" dokter yang diutus mengurus semuanya menghampiri dokter Fahri."Dokter Rayyan apakah sudah bisa dihubungi?""Belum bisa, Dok!"Elsa sudah siap untuk dioperasi hari ini, dokter Fahri terlihat deg-degan, tapi masih tetap tenang melihat istrinya. "Kantong darah yang Dokter Fahri minta satu minggu yang lalu sudah siap." Tidak tanggung-tanggung dokter Fahri menyiapkan 20 kantong darah untuk dokter Elsa, menjaga kemungkinan hal yang terjadi."Terima kasih atas bantuannya, Dok." Fahri terlihat tegang karena dokter Rayyan belum bisa dihubungi, hari ini adalah jadwal keberangkatan dokter Rayyan kembali ke luar negeri karena kontra
Kehamilan Elsa kali ini benar-benar harus dijaga, kondisinya semakin hari semakin lemah sangat penuh perjuangan, usia kehamilan Elsa masuk trimester ketiga, meski masih terus keluar masuk rumah sakit, tapi Elsa masih semangat menjalaninya. Fahri dan Reihan tetap setia menemani Elsa, kesetiaan dan ketulusan dokter Fahri membuat hati Elsa semakin luluh, cinta mulai bersemi dihatinya. ”Jangan panik, aku baik-baik saja.” Elsa dibuat baper karena Fahri terus setia menemaninya, lebih tepatnya merawatnya dengan tulus. Tidak peduli capek dan lelah Fahri sangat totalitas dalam menjaga istrinya, tak ada momen yang tertinggal oleh dokter Fahri.“Maunya apa, Dik? Mas akan carikan kemana saja, asal istri Mas ini tetap sehat dan kuat.” Siapa yang tidak baper, disaat cinta mulai bersemi dihati mereka, justru kini mereka sedang diuji, ini mungkin yang namanya ujian kesetiaan. Elsa bahkan tidak pernah melayani kebutuhan Fahri, kehamilannya sedikit berbeda ketika hamil Reihan. Kondisinya sekarang, be
Akhirnya Elsa bersedia tinggal di rumahnya Fahri. Reihan juga tidak mau ketinggalan. Mereka diantar oleh papa dan mamanya Elsa menuju rumahnya Fahri. Rumah Fahri sangat besar, bangunannya seperti mengusung konsep Mediterania yang kental dengan pilar-pilar tinggi dan berwarna putih. Saat masuk ke dalam, semua akan semakin terpukau dengan pemilihan interiornya yang apik."Rumah sebesar ini Nak Fahri sendiri yang tinggal?" Mamanya Elsa membuka percakapan."Iya, Ma. Ada pelayan juga disini."Reihan sangat bahagia sekali, karena kamarnya sangat luas dan dipenuhi mainan. Entah kapan dokter Fahri menyiapkan mainan untuk Reihan."Yah, mainannya banyak banget." Reihan tak berhenti tersenyum karena kamarnya selain besar, lengkap dengan fasilitas di dalamnya."Iya, kan, pangeran harus banyak mainan biar tidak kesepian. Di situ sudah ayah buatkan tempat untuk Reihan melukis, kata Mami Reihan hoby melukis seperti Papi." Elsa terharu, segitu detailnya dokter Fahri menyiapkan kebutuhan Reihan."Ruma
Sesampai di rumahnya Elsa, Dokter Fahri terlihat bingung, Elsa juga terlihat lebih banyak diam. Dokter Fahri sadar ini mendadak bagi Elsa. "Tidak apa-apa El, saya tidur di ruang tamu saja." Elsa berhenti mendengar ucapan dokter Fahri. Tiba-tiba Elsa menuntun dokter Fahri untuk ke kamarnya. Dokter Fahri sangat canggung sekali, jantungnya berdetak lebih kencang. Karena Elsa lebih banyak diam, perasaan Fahri semakin tidak enak."Kamar mandinya disana, Dokter bisa membersihkan diri dulu." Elsa terlihat tenang, sementara dokter Fahri sangat canggung."Makasih, El." Fahri tidak ingin banyak bicara, karena Elsa juga irit bicara. Elsa sebenarnya lebih pengalaman karena dia pernah menikah sebelumnya. Setelah membersihkan diri, dokter Fahri bersiap untuk sholat Isya, Fahri lebih memilih untuk sholat di masjid komplek perumahan, lebih tepatnya memberi ruang waktu untuk Elsa."Om Dokter ganteng mau kemana?""Kok Om, panggil Ayah ya, Nak?" Fahri kalau sama anak kecil, santun sekali."Kenapa buk
Fahri masih memegang tangannya Elsa dan masih dalam keadaan berjongkok. Ini seperti mimpi bagi mereka berdua, Fahri terus mengeluarkan air mata. Lebih tepatnya air mata bahagia."Ayo, bangun calon Papanya Reihan." Reihan memeluk Fahri untuk segera bangun, suasana semakin haru. Elsa berkali-kali menitikkan air mata, ini juga seperti mimpi baginya. Mimpi menjadi istri dari dokter Fahri."Selamat untuk kalian, ya." Papa dan mamanya bergabung, Fahri memeluk Papanya Elsa. Jangan ditanya kebahagiaan dokter Fahri, Elsa sampai dibuat salah tingkah dengan keadaan ini. Mamanya juga memeluk Elsa, meski terkesan mendadak, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mereka.Tiba-tiba semua tamu undangan mulai berdatangan, kabar cepat beredar. Semua dokter yang bekerja di klinik juga hadir. Elsa sampai dibuat kaget dan terlihat malu. Mendadak mungkin hanya baginya, tetapi persiapan acara ini sebenarnya sangat matang. Yang menyaksikan akad nikahnya memang hanya dari keluarga saja."Selamat, Bosku!" Do