Tania menelepon ayah, bunda, dan kakak-kakaknya,
~Tania
"Bunda, aku sudah di rumahku dan besok aku akan kembali ke kantor."
~Noni
"Ooh, syukurlah sayang! Apakah merajukmu sudah selesai?Bagaimana bila kelak kamu menikah? Kalau ada masalah langsung kabur, kamu harus berubah jangan seperti anak-anak terus!"
~Tania
"Iya, Bunda. Apakah Ayah sehat? Bagaimana kabar Anya kecil, Farrel, Farhan, Bun?"
~Noni
Terima kasih sudah membaca karya author! Jangan lupa tinggalkan jejak, komen, vote, dan ulasan. Semua itu sangat berarti buat author, untuk menjadi lebih baik lagi di dalam menulis.
Sudah diputuskan kedua belah pihak Keluarga, bahwa pernikahan Yudi dan Tania sebulan kemudian. "Kenapa ga besok saja sih, Yah pernikahanya?" tanya Yudi. Ia malah sudah tidak sabar untuk segera menjadi halal bersama Tania, kini malam-malam terasa panjang dan sangat dingin. Gulingnya sudah tidak terasa hangat lagi, ia merindukan dekapan hangat dari seorang wanita. Jam biologisnya sudah semangkin berdentang berulang kali, "Ini anak, kemarin ogah-ogahan mau nikah. Sekarang, mau dipercepat! Memang kenapa, sih?" tanya Rangga. Ia menoleh pada putranya, "Soalnya sudah kagak nahan, Yah!" jawab Yudi jujur. Semua tamu undangan dan keluarga tertawa serempak, Yudi tidak peduli.
"Giliran dia, pakai acara undangan. Lha, perasaan! Aku juga alumni yang sama dengan Yudi. Kenapa ya aku gak dapat, undangan?" sindir Soleh. Ia menoleh dengan tatapan sinis ke arah Amy,"Iya, kamu juga diundang ke acara itu. Berapa sih nomer ponselnya, Yudi?" tanya Amy. Ia mulai tidak sabaran atas semua sikap Soleh,"Mari ponsel, kamu!" ucap Soleh. Amy mengeluarkan ponselnya dan memberikan kepada Soleh,Ia mengetikkan nomer ponselnya dan memberikan kembali ponsel Amy.Amy mengecek kontaknya tetapi tidak ada kontak bernama Yudi,"Kamu save pakai nama apa, sih? Kenapa ga, ada!" tanya Amy. Ia masih terus mencari di layar ponselny
Semua itu karena, ia tidak ingin terdepak dari pekerjaan yang sudah ia lakukan beberapa bulan terakhir ini."Nak, berhati-hatilah! Berjanjilah pada ayahmu yang sudah tua ini?" ucap Hamzah."Iya, aku janji Ayah. Tidak akan terjadi apa pun, padaku! Dan Ayah belum terlalu tua," kata Tania.Ia mengedipkan sebelah matanya, Hamzah hanya tersenyum melihat tingkah putrinya yang selalu mampu meluluhkan hatinya.Di luar ruangan Tania bertemu dengan Putra ia menghampirinya,"Akh,Tania maaf. Bapak menyuruhku untuk mengerjakan kasus itu. Aku tahu kamu sudah bersusah payah mengerjakannya selama ini," ucap Putra.&nb
Akan tetapi belum sempat Yudi melintasi sebuah pohon besar, sebuah tangan membekuk lehernya dengan sebuah benda tepat di nadi lehernya."Siapa kau? Dan siapa yang mengirimmu? Katakan? Atau pisau ini menghujam tepat di batang lehermu?" Yudi terkesima,wanita mungil semampai yang selama ini selalu bertengkar dengannya dan beberapa bulan ini menjadi kucing manis. Kini, benar-benar menjadi singa liar lega satu kata di hatinya."Nia, apakah Kamu ingin menjadi janda sebelum menikah?" tanya Yudi."Mas Yudi ...?!" ucap Tania. Ia mengendorkan tusukan ranting kayu di leher Yudi,"Iya, aku calon suamimu! Kamu baik-baik sajakah?" tanyaYu
Keduanya makan dengan tenangnya, yudi memperhatikan Tania makan dan ingin menanyakan sesuatu tapi diurungkannya. Yudi tidak ingin mengganggu ketenangan Tania, hanya saja hatinya sedikit menciut. Mengingat kejadian beberapa jam lalu dan tanpa sepengetahuan Tania, Yudi mengirimkan pesan kepada calon mertuanya, dan mereka sepakat untuk menyembunyikan Tania sampai waktu persidangan tiba. Yudi sudah menghubungi beberapa teman lamanya juga menyewa beberapa bodyguard untuk menjaga keamanan Tania, "Nia, kamu bisa tidur di kamar mas yang tadi. Mas akan tidur di kamar tamu," ujar Yudi. Ia memperhatikan Tania, wajah tunangannya begitu cantik dan menggemaskan.
Drrrttt! Drrttt!Ponsel berdering~ Yudi"Halo .... " Yudi dengan malas mengangkat ponselnya.~Soleh"Hai, Bro. Apa, kabar? Ga ada kabar Lo, ya? Mentang-mentang sudah, sukses! Btw Lo mau kawinan, ya?" Samar - samar Yudi mengingat setiap pola suara di seberang sana.~ Yudi"Sehat Leh, alhamdulillah. Lu ini seperti ga ada hari esok saja. Kamu tahu nggak ini jam berapa? Ganggu istirahat gue aja Lo?" Yudi menggerutu. Namun, ia duduk dengan nyantainya.
Sudah seminggu Tania di dalam persembunyiannya, tetapi dia dan putra masih terus berhubungan mengenai perkembangan kasus mereka. Sementara Yudi setiap pagi pergi bekerja, Tania menghabiskan waktunya mengecek email dan bersih-bersih menikmati sejuknya pedesaan yang terpencil. Entah mengapa Tania merasa bosan, karena perkembangan kasusnya makin tak berujung dengan jelas. Sementara berita kematiannya semangkin santer di media-media elektronik. Dan berulang kali Tania melihat Wijaya masih dengan pongahnya melenggang di kancah politiknya, dan memiliki pendukung bejibun. Ia begitu luwesnya memanipulatif semua orang hanya karena uangnya, dan si pendukung begitu bodohnya digiri
Di tempat lain, Yudi baru selesai mengerjakan pekerjaannya. Ia meraih ponselnya ingin menghubungi Tania, Yudi melihat pesan masuknya.Deg!Jantungnya bergemuruh memeriksa GPS, secepat kilat dia pergi mengendarai sepeda motor ke kantor calon mertuanya,"Ayah, coba lihat ini?!" Yudi memberitahukan kepada Hamzah karena yudi tidak ingin gegabah mengambil tindakan.Yudi melihat di ruangan Bunda Noni, Ayah Hamzah dan semua staf pegawai kantor yang memiliki kedudukan yang lumayan berpengaruh sedang melakukan rapat.Yudi memasuki kantor,"Maaf, saya mengganggu! Tetapi