Share

Rasa yang masih ada

Author: Syahhsyy
last update Huling Na-update: 2025-07-28 20:30:33

Pagi datang pelan, disambut suara burung dan sisa-sisa hujan semalam yang masih menempel di kaca jendela. Averine bangun lebih dulu. Rambutnya berantakan, tapi senyumnya lembut. Ia turun pelan-pelan ke dapur, nyalain pemanas air, lalu mulai nyiapin sarapan seadanya. Roti panggang, telur ceplok, dan teh hangat.

Tak lama, Darian muncul dengan rambut awut-awutan dan kaus yang sedikit miring. “Wangi banget pagi ini,” katanya sambil nyosor ke dapur.

“Kamu cuma bilang gitu kalo lagi laper,” jawab Averine sambil nyodorin piring ke dia.

Darian duduk di meja makan, lalu motong rotinya. Eira muncul sebentar, ngucek-ngucek mata, liat sekeliling lalu buru-buru ambil Calia dari boks kecil di ruang tamu.

“Aku bawa Calia ke kamarku, ya. Biar kalian bisa ngobrol-ngobrol dulu,” katanya sambil senyum jahil. Mereka cuma ketawa.

Mereka makan berdua. Suasananya tenang. Darian sesekali nyolek-nyolek roti Averine, dan Averine balas menyeka remahan dari sud
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Rasa yang masih ada

    Pagi datang pelan, disambut suara burung dan sisa-sisa hujan semalam yang masih menempel di kaca jendela. Averine bangun lebih dulu. Rambutnya berantakan, tapi senyumnya lembut. Ia turun pelan-pelan ke dapur, nyalain pemanas air, lalu mulai nyiapin sarapan seadanya. Roti panggang, telur ceplok, dan teh hangat.Tak lama, Darian muncul dengan rambut awut-awutan dan kaus yang sedikit miring. “Wangi banget pagi ini,” katanya sambil nyosor ke dapur.“Kamu cuma bilang gitu kalo lagi laper,” jawab Averine sambil nyodorin piring ke dia.Darian duduk di meja makan, lalu motong rotinya. Eira muncul sebentar, ngucek-ngucek mata, liat sekeliling lalu buru-buru ambil Calia dari boks kecil di ruang tamu.“Aku bawa Calia ke kamarku, ya. Biar kalian bisa ngobrol-ngobrol dulu,” katanya sambil senyum jahil. Mereka cuma ketawa.Mereka makan berdua. Suasananya tenang. Darian sesekali nyolek-nyolek roti Averine, dan Averine balas menyeka remahan dari sud

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   pindahan

    Beberapa hari sebelum pindahan, rumah lama terasa seperti museum kecil. Dindingnya penuh lukisan, tumpukan buku seni bersandar di tiap sudut, dan setiap sudut ruangan menyimpan cerita. Averine berjalan pelan dari satu ruangan ke ruangan lain, sesekali berhenti menatap sesuatu terlalu lama.“Masih belum yakin semua ini mau dibawa?” tanya Darian sambil berdiri di tengah ruang tamu, memegang lukisan besar yang setengah dibungkus bubble wrap.Averine mengangguk. “Beberapa... harus ikut. Sisanya, kita tinggalin. Aku nggak mau rumah baru penuh masa lalu.”Eira sedang di dapur, nyuapin Calia sambil sesekali ngoceh sendiri. “Kalo semua yang dari rumah lama ikut, nanti rumah baru nggak punya napas sendiri. Biarin kosong dulu, nanti pelan-pelan diisi.”Sore itu mereka bertiga duduk di lantai ruang keluarga. Tanpa sofa, tanpa meja. Hanya tikar, teh manis, dan setumpuk foto lama. Mereka ketawa lihat gaya rambut Darian waktu kuliah, lalu hening waktu nemu foto

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   tangan yang menyambut

    Tiga minggu setelah Calia lahir, Averine dan Darian akhirnya pulang ke rumah lama mereka. Bukan rumah baru, bukan villa sewa, tapi rumah tua yang dulu terasa kosong dan dingin. Kini, semuanya berubah. Di ruang tamu, ada keranjang bayi. Di dapur, ada tumpukan botol susu yang belum dicuci. Di meja makan, ada buket bunga yang Eira petik sendiri.“Kayaknya rumah ini butuh beradaptasi juga,” kata Darian sambil membawa koper masuk, wajahnya lelah tapi bahagia. “Tiba-tiba aja jadi penuh.”Averine duduk pelan di sofa, menggendong Calia yang tidur pulas. “Aku juga masih belajar,” katanya. Eira muncul dari dapur sambil bawa mangkuk buah. “Aku potongin apel, kalau kamu lapar,” katanya ke Averine.“Ra, kamu tuh kayak suster rumah sakit,” sahut Darian sambil senyum. “Kapan kamu istirahat?”“Aku seneng bantuin. Apalagi liat bayi kayak Calia. Dia kayak… bantal kecil yang bisa napas,” jawab Eira sambil duduk.“Bantal kecil yang bisa napas? Itu pujian atau kamu ngantuk?” tanya Darian.“Dua-duanya,” E

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   kelahiran

    Suara hujan di luar kamar bersalin masih terdengar samar, menyatu dengan detak jantung yang muncul dari monitor di samping ranjang Averine. Malam sudah bergeser ke dini hari. Aroma antiseptik mengambang, bercampur aroma lembut lavender dari diffuser kecil yang diam-diam dibawa Darian ke ruangan.Averine menggenggam sisi ranjang lebih erat. Kontraksi demi kontraksi datang dengan gelombang tak terduga. Perawat menyeka keringat di dahinya, sementara Darian berdiri di samping, tangannya tak lepas dari jemari istrinya. Tak satu pun dari mereka berbicara banyak keduanya terlalu fokus untuk bertahan.Dan saat momen itu tiba, waktu seolah berhenti. Dalam kepadatan rasa sakit, ketakutan, cinta, dan harapan, terdengarlah suara yang mereka tunggu. Tangisan bayi. Tangisan pertama dari jiwa kecil yang baru menyapa dunia.Averine terisak. Air matanya langsung jatuh, tanpa bisa ditahan. Tangannya bergetar ketika perawat meletakkan bayi mungil yang dibungkus kain putih be

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   menjelang kelahiran

    Sore itu, langit di atas Florence terlihat muram, seolah ikut merasakan ketegangan yang belum mereka sadari. Di studio yang menghadap ke taman belakang, Averine duduk bersila di lantai kayu sambil membersihkan kuas lukis satu per satu. Perutnya yang besar sedikit menghalangi gerak, tapi wajahnya tenang, hampir damai. Dia menyeka sisa warna akrilik dari gagang kuas dengan kain flanel tua milik ibunya. Di sisi lain studio, Darian sedang mencoba menggantung lukisan yang baru saja selesai mereka kurasi."Kita bisa buka sesi komunitas minggu depan," gumam Averine sambil mengelus perutnya. "Kalau kamu jadi lahir minggu ini, semoga kamu sabar nunggu..."Tiba-tiba, sebuah denyutan kuat menyambar di perut bagian bawah. Averine terdiam. Tangannya mencengkeram kain flanel, dan dia menarik napas panjang. Denyutan itu datang lagi, lebih tajam kali ini."Darian..."Suaminya menoleh dari tangga kecil yang ia naiki. "Kenapa?"Averine memejamkan mata seje

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Valente

    pagi itu, udara Florence menyentuh kulit dengan kelembutan khas musim semi. Matahari masih malu-malu muncul dari balik menara tua, dan langit dibalut warna jingga yang perlahan menjingga keemasan. Averine berdiri diam di depan bangunan tua Valente, tangan kirinya bertumpu di perut yang makin membesar, tangan kanannya menggenggam kunci besi yang dulu pernah ia buang dalam kemarahan.Pintu kayu itu masih sama. Usang, dengan bekas ukiran mawar yang samar. Tapi sekarang, dari balik kaca jendelanya, terlihat kilau cahaya dan warna.“Kamu siap?” Darian berdiri di sampingnya, membawa dua gulungan lukisan dan tas kanvas berisi cat air.Averine mengangguk pelan. “Aku nggak tahu harus senang atau gugup.”“Senang aja,” kata Darian. “Valente bukan sekadar gedung. Ini ruang pulang. Dan kamu yang ngebuat dia bernyawa lagi.”Dengan napas dalam, Averine memutar kunci dan mendorong pintu.Suasana di dalam langsung menyambutnya dengan aroma cat ba

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status