Home / Romansa / Cinta Dan Dosa Seorang CEO / Bab. 4 Bekerja sama

Share

Bab. 4 Bekerja sama

Author: Incess_DL
last update Last Updated: 2024-11-13 20:49:43

“Maukah anda, bekerja sama dengan saya?” Azura mencegah Alvino, yang hendak pergi.

Alvino menghentikan langkahnya, dan berbalik menatap Azura. Kini mereka saling menatap, dengan tatapan yang berbeda.

“Ajukan itu secara resmi,” ucap Alvino.

Setelah mengucapkan itu, Alvino pun berlalu keluar dari toko kosmetik milik Azura. Azura menatap kepergian Alvino, yang perlahan semakin menjauh dari pandangannya.

*

Keesokan harinya, Azura pun akhirnya bisa bertemu dengan Alvino secara resmi melalui janji yang sudah ia buat. Kini, mereka tengah berada di private room disebuah restoran mewah.

Tidak ada perbincangan pribadi di sana, atau perbincangan yang lainnya. Mereka hanya membahas masalah perusahaan, saham, dan kerja sama.

Mereka pun mulai menanda tangani kontrak pada selembaran masing-masing. Yang mana harus ditanda tanganni oleh keduanya.

“Semoga saham anda segera meningkat,” ucap Alvino menutup berkas kontrak dihadapannya.

“Terima kasih,” ucap Azura, “suatu kehormatan anda mau bekerja sama dengan perusahaan saya, yang berada di ambang kebangkrutan.”

Alvino menanggapinya dengan senyuman tipis. Lalu, mereka pun bangkit dari duduk dan saling berjabatan tangan.

Setelah melakukan penandatanganan kontrak, Alvino dan Azura pun kembali ke perusahaan masing-masing. Azura menghela napas, dengan berdoa semoga dengan menjalin kerja sama dengan perusahaan Alvino. Saham perusahaannya meningkat, ia tidak berharap sampai begitu sukses yang terpenting perusahaannya tidak jadi bangkrut.

Tujuh hari setelah penandatanganan kontrak. Ini kali pertamanya, Azura dan Alvino memulai rapat bersama.

Azura menjelaskan tentang peluncuran produk barunya, serta sebuah elektornik canggih yang ingin ia kembangkat. Alvino mendengarkan dengan sangat cermat, tanpa sadar ia mulai terpanah dengan kecerdasan dan kecantikan yang dimiliki Azura.

Alvino menggeleng pelan, saat kesadarannya hampir hilang gara-gara terlalu fokus pada Azura. Akhirnya, ia kembali fokus pada penjelasan Azura hingga rapat selesai.

“Apa anda akan pergi makan siang?” Alvino menghampiri Azura, yang baru saja keluar dari ruang rapat.

Azura tersenyum keci, dan memberikan salam hormat kepada Alvino. “Iya, saya akan pergi makan siang bersama sekertaris saya,” jawab Azura.

“Bagaimana jika anda menundanya beberapa jam lagi, dan ikut saya pergi ke tempat seminar.”

Azura terdiam, dengan berusaha mencermat ucapan Alvino. Namun, ia tetap bingung apa maksud dari perkataannya.

“Maaf, saya tidak mengerti,” ucap Azura.

“Saya akan pergi seminar, dan saya mengajak anda secara khusus. Siapa tahu, di sana anda akan mendapat banyak kenalan dan para pemegang saham yang akan membantu anda,” jelas Alvino.

Azura tidak menjawabnya, membuat Alvino menyimpulkan jika Azura telah menolak ajakannya. Ia mengangguk paham, dan pergi begitu saja tanpa pamit.

“Baiklah, tapi traktir aku makan siang terlebih dahulu.” Azura berjalan melewati Alvino dengan langkah angkuh.

Alvino menghentikan langkahnya, setelah mendengar perkataan Azura. Ia tersenyum kecil, melihat Azura yang terlihat angkuh setelah menerima ajakannya.

Kini mereka berjalan menuju lift, dengan posisi Azura satu langkah di depan Alvino. Sesampainya di depan pintu lift, Alvino menekan tombol untuk membuka pintu lift.

Beberapa saat kemudian, pintu lift terbuka dan mereka pun masuk ke dalam lift. Di dalam sana, tidak ada percakapan apa-apa hanya ada keheningan, dengan dua orang yang sibuk dengan ponsel masing-masing.

Hingga, tiba-tiba lift bergetar dan terhenti begitu saja di antara lantai 11 dan 10. Azura hampir saja jatuh, beruntung ia berhasil berpegangan dengan erat pada batang besi.

“Ada apa ini?” tanya Alvino, ia menekan tombol darurat.

“Hallo?” Terdengar suara seseorang dari pengeras suara di atas tombol-tombol tersebut.

“Ada apa ini?” tanya Alvino dingin.

“Maaf pak, liftnya tiba-tiba macet. Kami sedang berusaha untuk memperbaiki, mohon tunggu beberapa menit lagi,” beritahu orang itu.

“Selesaikan dalam waktu 30 menit, karena aku harus segera pergi,” pernitah Alvino.

“Baik, pak,” jawab orang itu.

Azura hanya mendengarkan dengan menatap Alvino yang berbicara dengan tegas. Haruskah ia bertanya-tanya, ia merasa cara bicara Alvino saat bersamanya tadi sedikit berbeda.

Pria itu seakan berbicara dengan lembut kepadanya, meski dengan raut wajah datar tanpa ekspresi. Namun, saat berbicara dengan orang reparasi tadi Alvino sangat tegas dan dingin.

Merasa dirinya di tatap, Alvino pun membawa pandangannya kepada Azura. Seketika, Azura langsung kembali fokus pada ponselnya.

Kurang dari 30 menit, lift pun akhirnya beroperasi kembali. Hingga kini dua orang di dalam lift tersebut, telah keluar dan berada dilobi perusahaan Alvino.

Para karyawan Alvino menatap Azura, yang berjalan dengan anggun namun penuh perhitungan dan kewibawaan. Mereka terlihat berbisik jika Azura sangat cocok dengan atasan mereka itu.

“Apa kalian tidak punya pekerjaan?” Seketika suara Alvino menggelegar, saat ia tidak sengaja karyawannya yang berbisik itu.

Sontak saja, para karyawan di sana berlarian dan segera pergi menuju departemen masing-masing. Sedangkan Azura menatap sekitar, ia tidak sandar jika para pegawai Alvino menatapnya dan membicarakannya.

Setelah semua pegawai Alvino pergi, dan lobi menjadi sedikit sepi. Alvino menyusul Azura yang telah melanjutkan langkahnya.

“Kita makan siang di mana?” tanya Alvino.

Kini mereka telah keluar dari perusahaan, dan tengah menunggu mobil mereka.

“Terserah anda saja,” jawab Azura.

Mobil Alvino pun telah berhenti dihadapan mereka. Alvino membawa langkahnya, masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan, Azura masih berdiri menunggu mobil miliknya datang.

“Anda sedang apa?” tanya Alvino menurunkan kaca mobilnya.

“Saya sedang menunggu mobil saya,” jawab Azura, “anda pergi saja dulu, nanti kirimkan saya lokasinya.”

Alvino terkekeh, membuat Azura menyeritkan keningnya menatap bingung. “Anda ikut dengan saya, maka masuklah.”

Azura semakin bingung, tapi tetap membawa langkahnya menghampiri Alvino. “Apa saya naik mobil anda?” tanya Azura.

“Iya, karena saya yang mengajak anda. Maka, anda menumpang dimobil saya,” jawab Alvino.

Azura pun mengangguk paham. Dan ia membuka pintu mobil Alvino, lalu mendudukkan tubuhnya pada kursi penumpang samping kemudi.

Azura hendak mengenakan sabuk pengaman, namun ia kesulitan saat menarik tali sabuk tersebut. Alvino pun membuka sabuk pengaman miliknya, dan mencondongakan tubuhnya ke arah Azura.

Tangannya terangkat, dan melintas dihadapan Azura. Ia menarik tali sabuk itu, membuat posisi dan jarak keduanya sangat dekat. Bahkan, wajah Azura berada tepat di dada Alvino.

Alvino pun memasangkan sabuk pengaman pada Azura. Namun, ia tidak sengaja membawa pandangannya kepada Azura yang tengah menatapnya. Sehingga, tatapan mereka bertemu dengan jarak yang sangat dekat.

Seketika, kecanggungan menghampiri mereka. Serta, jantung keduanya berdetak dengan cepat.

Alvino pun tersadar, dan kembali ke posisi duduknya. Wajah Azura sedikit merona, dan membawa pandangannya ke luar.

“Terima kasih,” ucap Azura tanpa mengalihkan pandangannya.

“Hm, sama-sama.”

Alvino pun menyalakan mesin mobilnya, sebelum akhirnya mobilnya melaju meninggalkan kawasan perusahaan. Dalam perjalanan, tidak ada percakapan apa-apa setelah kejadian canggung yang mereka alami.

Hingga, mereka sampai di sebuah restoran untuk makan siang bersama. Mereka memasuki restoran itu bersama, yang langsung disambut oleh pelayan Restoran setelah mereka duduk.

“Selamat siang, izinkan kami menawarkan paket couple untuk pasangan pengantin baru,” ucap pelayan Restoran tersebut.

“Kami bukan—“

“Silakan bawa saja kemari.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sitisalamah Adam
langsung sat set yah Al ...... jangn meleooot ke bian sama al.cukup kagumi saja ...️... gara" thoor nya nihh bikin saya menghalu jauhh ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 36 Posesif

    Tak terasa, waktu telah berlalu. Kini usia kandungan Azura, telah memasuki bulan ke empat. Di mana, drama mual, muntah, pusing dan semua hal yang menyiksanya selama trimester 1. Telah berhasil ia lalu bersama dengan Alvino.Meski demikian, Azura masih tetap ingat dan bersikekeh untuk bercerai dengan Alvino.Di usia kehamilan memasuki 4 bulan ini. Azura menjadi lebih posesif kepada suaminya.Ia tidak bisa jauh dari aroma tubuh Alvino. Yang membuatnya selalu tenang dan nyaman.Meski Alvino tidak keberatan, dengan keposesifannya istrinya. Dan justru, membuatnya sangat senang dan bahagia.Namun, di balik itu semua. Sedikit mempersulit pekerjaannya.Sebab, Azura bisa jauh dari Alvino. Sedangkan, ia harus pergi ke kantor untuk mengelola perusahaannya.Namun, Azura enggan untuk ikut dengannya ke kantor. Seperti sekarang ini, drama pagi hari yang baru telah di mulai.“Jangan pergi,” ucap Azura dengan suara manjanya.“Aku juga tidak ingin pergi.” Dengan gemas, Alvino mencubit pelan pipi istri

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 35 Piknik di halaman rumah

    Azura bangkit dari duduknya, dan menatap Alvino yang berada di depan anak tangga. “Bisakah kamu jangan pergi?” tanya Azura. Setelah menuruti egonya yang besar. Akhirnya, ia kalah dengan keinginannya yang jauh lebih kuat. Mungkin, ini pengaruh dari kehamilannya. Entah kenapa, akhir-akhir ini ia merasa tidak bisa jauh-jauh dari Alvino. Alvino terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya ia tersenyum. Alvino hanya tersenyum, dan membawa langkahnya menuruni tangga. Azura yang melihat itu menjadi sedih. Ia kembali duduk dengan wajah yang sedih. Bahkan, air matanya mulai menetes. Di saat ia hendak hanyut dalam kesedihannya. Tiba-tiba, seseorang memeluknya dari belakang. “Baiklah, karena kamu yang memintanya aku tetap bersamamu,” ucap Alvino. Azura tersenyum, namun ia tetap mengeluarkan air mata. “Kenapa kamu menangis, hm?” tanya Alvino. “Ini semua salahmu, kenapa kamu tidak menjawab sebelumnya. Aku pikir, kamu tidak mau dan akan tetap pergi bekerja.” Azura kembali menangis, sambil menj

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 34 Kalah dengan kata hati sendiri

    Tepat pada saat jam makan siang. Alvino telah tiba di rumah, dengan kedua tangan yang menenteng tas belanjaan.Dengan senyuman manis nan lebar. Alvino berjalan memasuki rumah yang ia tempati bersama Azura.“Sayang! Aku pulang!” seru Alvino berjalan melangkah menaiki tangga.Setibanya di lantai dua. Ia melihat Azura yang tengah duduk menunggunya di ruangan tengah dekat balkon.“Kamu sudah datang?” tanya Azura yang terlihat sangat antusias.“Hm,” jawab Alvino tersenyum ceria.“Ini dia seafoodnya. Dan ini cup cakenya.” Alvino mengeluarkan dan meletakkan kedua pesanan Azura di atas meja.Azura tersenyum menatap kedua menu makanan tersebut.“Tunggu sebentar, aku ambil sarung tangannya terlebih dahulu.” Alvino pun pergi menuju dapur, untuk mengambil sarung tangan khusus makan.Lalu, beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa sepasang sarung tangan.“Biar aku kupaskan ya,” ucap Alvino.Azura mengangguk begitu saja. Membuat Alvino kembali tersenyum senang, dan membuka wadah berisi seafo

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 33 Tidak mau jatuh cinta yang kedua kali

    “Rupanya, kamu sudah bosan hidup,” ucap Alvino dingin.Ia menatap pria dihadapannya itu dengan tajam, seakan menyiratkan amarah yang luar biasa meluap.Namun, belum sempat ia meluapkan amarahnya. Ponselnya berdering, yang terletak di atas meja kerjanya.Ia menghentikan langkannya, dan sedikit mengeram kesal. Sebelum akhirnya, ia pergi berlalu menuju meja kerjanya dan meraih ponselnya.Di saat Alvino menjawab telepon, pria tadi menghela napas lega. Meski hanya untuk beberapa saat.Alvino sedikit terkejut, saat melihat orang yang meneleponnya. Dengan bingung campur bahagia, ia pun menjawab panggilan tersebut.“Halo?” ucap Alvino.Tidak ada jawaban langsung dari seberang telepon, yang membuat Alvino menyeritkan dahi dan menatap ponselnya.Ia pikir, panggilan telepon tersebut berakhir begitu saja. Namun ternyata, ia masih terhubung.“Halo?” ucap Alvino, “Azura kamu ada di sana?”“Ekhm.” Azura berdehem, yang menandakan ia berada di sana.“Ada apa, hm?” tanya Alvino lembut.Namun, tatapanny

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 32 tanpa judul

    Akhirnya, bubur tersebut habis tak tersisa. Alvino tersenyum bangga, dengan mengacak-acak rambut Azura.“Pintar,” ucap Alvino.Azura hanya tersenyum, membiarkan Alvino mengacak-acak rambutnya. “Kamu mau minum susunya?” tanya Alvino sambil merapihkan kembali rambut indah istrinya.“Aku tidak yakin, tapi mungkin aku bisa mencobanya menggunakan sendok,” ujar Azura.Alvino mengangguk. “Baiklah, aku akan mengambil sendok teh dulu, ya.”Alvino bangkit dari duduknya, sambil membawa nampan berisi mangkuk kosong. Lalu ia keluar dari kamar Azura, menuju dapur.Tak berselang lama, Alvino kembali dengan membawa satu sendok teh. Kemudian, ia kembali duduk pada sisi ranjang dan memberikan sendok tersebut kepada Azura.Azura menerimanya, dan menyendok susu yang ada di gelas. Ia tidak langsung meminumnya, melainkan menatapnya terlebih dahulu dengan ragu dan cemas.“Jika kamu memang tidak sanggup tidak usah di minum,” ucap Alvino yang paham dengan tatapan istrinya.“Tidak, aku harus meminum

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 31 Senyuman Alvino

    Sontak saja, Alvino langsung membuka mata dan bangkit. Wajah polos bangun tidurnya terlihat panik dan juga cemas.“Maafkan aku, a-aku tidak bermaksud seperti itu,” ucap Alvino merasa bersalah.Lalu, ia segera merendahkan tubuhnya. Mendekatkan wajah pada perut Azura, dan mengusap lembut perut rata itu.“Maafkan Daddy ya, Daddy pasti menyakitimu,” gumamnya kepada perut tersebut.Untuk sesaat, Azura merasakan sesuatu perasaan yang aneh di dalam hatinya. Seperti perasaan berdebar, namun sangat senang ia rasakan ketika Alvino mengajak calon buah hati mereka berbicara.“Kamu mau makan?” tanya Alvino membawa pandangannya kepada Azura.Namun, sepertinya Azura masih terhanyut dengan aktivitas Alvino sebelumnya. Membuatnya, tak sadar jika Alvino berbicara kepadanya.“Azura,” panggil Alvino dengan lembut.Azura pun tersadar. “Huh?” Ia membawa pandangannya kepada Alvino, yang tengah menatapnya penuh cinta.“Kamu mau makan, sayang?” tanya Alvino menambahkan panggilan ‘sayang’.“Jangan panggil aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status