Jangan Buru-buru“Nenek, jangan terburu-buru. Aku tidak terlalu bernapsu, apalagi aku masih sibuk.” Syakela berkata sambil memegang tangan Renata lembut.“Nenek dengar sendiri, kan?” sahut Zemi.“Apa maksudmu, Sya? Aku mau kamu cepat menikah dengan cucuku, biar aku bisa tenang walaupun aku nanti tiada!” kata Renata.Semua terdiam, mereka menyadari betapa sayangnya Renata dengan Zemi. Wanita tua itu bertahan dengan segala tradisi dan kepercayaannya demi cucunya yang dia anggap paling mirip dengan Rodi Hugen, suaminya. Baik postur tubuh, suara, rambut dan wajahnya. Renata ingin segera menikahkan Zemi dengan Syakela, demi keamanan hidup juga ketenangan hatinya, setahu dis gadis itu satu-satunya wanita yang memiliki tanda yang sama dengan Zemi di tubuhnya. Dan jika dia harus pergi ke alam baka, maka ruhnya akan tenang bersama Tuhan di atas sana.“Jadi, Nek. Tidak ada yang mau menikah dalam waktu dekat. Aku sudah berkata jujur kalau aku tidak mencintai Syakela!”“Zemi! Jaga bicaramu, bera
Ramalan BaikPeramal itu kenal dengan Zemi. Seorang yang memiliki tanda seperti itu jika menikah, maka pasangan yang dinikahinya akan tiada, tidak lama setelah hari pernikahan mereka digelar. Orang seperti ini biasanya tidak akan menikah lagi setelah mengalami hal yang sama sebanyak tiga kali, lagipula tidak akan ada lagi yang mau menikah dengan mereka karena takut mati.“Ya, aku,” kata Zemi datar.Kedua pria itu duduk berhadapan, tak lama Syakela muncul dari balik pintu dengan raut wajahnya yang menunjukkan kegelisahan.“Lalu, siapa dia?” tanya peramal itu.“Oh, dia calon istriku!” kata Zemi seraya melirik pada Syakela yang duduk dengan anggun di sebelahnya.Si peramal tercengang sekaligus heran, dengan sikap Zemi, seandainya memang dia calon istri, bukankah Zemi seharusnya menunjukkan sikap yang baik dan penuh kasih sayang, mengingat tidak sembarang wanita bisa hidup berdampingan dengannya? Akan tetapi yang dilihatnya sungguh berbeda, Zemi terlihat acuh dan cuek.“Calon istri?
Bersiap Untuk TiadaSyakela memandang Zemi lekat, raut bahagia terpancar jelas di wajahnya karena bahagia, orang yang dicintai mengajaknya menikah. Gadis itu langsung memeluk Zemi erat, bahkan mencium bibirnya di hadapan peramal yang tercengang melihat aksinya.Zemi membalas ciuman itu penuh minat, dia sengaja melakukannya sebagai bukti kesungguhan dirinya akan menikahi Syakela jika memang itu yang diinginkannya bahkan dia sudah bersiap untuk tiada.“Hai, kalian pasti mengundangku, kan?” tanya peramal.Zemi dan Syakela melepas ciuman mereka sesaat, menatap peramal itu sekilas lalu, mengangguk secara bersamaan. Setelah itu mereka kembali melanjutkan berciuman, membuat peramal itu berlalu sambil menggelengkan kepalanya.“Zsmi, Ayo kita pulang,” kata Syakela sambil menghirup napas dalam setelah melepas ciumannya. Zemi mengangguk dan pria itu berjalan ke arah mobilnya mendahuluinya.Setelah gadis itu mendekat, Zemi membukakan pintu, dan Syakela masuk sambil tersenyum manis, matanya m
Cinta Satu MalamZemi tidak menjawab, dia hanya mengusap bibirnya sendiri dengan ibu jari seolah habis mengecap rasa manis. Nafasnya sudah berat dan pandangan matanya sedikit meredup, saat dia merubah posisi dan duduk kembali dengan benar di balik kemudi.“Keluarlah, dan istirahat, ini sudah malam.” Zemi berkata sambil menengadah ke atas dan memejamkan mata karena meredam gejolak hasrat di hatinya.“Zemi, ikutlah ke dalam. Aku bersungguh-sungguh menawarimu, aku tidak takut,” kata Syakela mendadak menjadi sangat murahan hanya karena hatinya sedang bahagia.Saat berkata begitu, Syakela sudah bangkit dan mendekat ke Zemi hingga buah dadanya yang membusung menempel erat di lengan pria itu. Seketika Zemi menoleh dan mendekatkan wajahnya lalu meyakinkan Syakela saat hidung mereka saling menempel.“Apa kau siap mati, untuk ini?”“Ehm... aku tidak percaya itu, Sayang. Tapi aku ingin membuktikannya!”Saat Syakela bicara, Zemi yang tidak pernah berada begitu dekat dengan wanita menjadi be
Melampiaskan HasratnyaZemi bergerak ke atas tubuh Syakela dan menghunjamkan miliknya seraya berkata, sambil memejamkan mata merasakan sensasi berbeda dari saat dia dalam posisi didominasi oleh Syakela.“Kau yang meminta, dan kau sendiri yang akan menanggung akibatnya. Oke?” kata Zemi sambil menundukkan kepalanya dekat dengan telinga gadis yang kini tengah berada dalam kungkungannya.“Ya.” Syakela berkata dengan tegas sambil tersenyum lebar, dia pikir tidak akan ada yang terjadi selain kenikmatan yang dia peroleh dengan menyatukan milik mereka seperti saat ini. Jelas sekali bukan?Syakela sebentar-sebentar memjamkan mata dan juga membukanya, melihat Zemi dengan penuh gairah saat sang kekasih hati menggerakkan pinggulnya bertubi-tubi. Dia puas karena saat ini pria itu benar-benar berada dalam genggamannya dan tahkluk padanya.“Bagaimana, apa kamu puas?” kata Syakela saat melihat wajah Zemi yang kelelahan karena aksinya menggagahi dirinya dengan penuh semangat.“Ya. Terima kasih!”k
Tidak Berhati*(Maaf readers, untuk bab yang sebelumnya saya salah up cerita, yang benar, ini cerita selanjutnya, ya)*Sesampainya di kantor, Zemi langsung memasuki ruangannya bersama dengan Ajer, seorang asisten kepercayaannya yang selama ini selalu mengerjakan semua tugas kantor atas namanya. Pria itu tersenyum senang melihat Zemi, ada di kantor hari ini. Jikalau ada Bosnya maka, tugasnya akan sedikit ringan. Namun, angin apa yang membawa sang majikannya itu datang tanpa di minta?Biasanya Zemi hanya datang bila keadaan perusahaan benar-benar membutuhkan dirinya dan ada keputusan, yang memang harus diambil olehnya sebagai pimpinan yang ditunjuk oleh ayahnya.Zemi menatap Ajer dengan pandangan penuh tanya, saat pria itu duduk di hadapannya.“Kenapa kau tersenyum seperti itu?” tanya Zemi sambil menyilangkan kaki dan bersandar dengan santainya.“Saya senang Anda datang tanpa di minta, Bos!”“Ah, kau tidak tahu rupanya, ada yang memintaku datang memenuhi tanggung jawabku!”“Wah, b
Kabar Buruk Zemi merenung saat Ajer berkata demikian karena ia sedang bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah ia akan melakukan hal seekstrem itu hanya demi Wuri? Akan tetapi ia sudah setuju dengan keputusan Renata untuk menikahi Syakela. Jadi, apabila ia nanti membiarkan dirinya terlalu dalam jatuh dalam perasaannya sendiri pada Wuri, dia merasa akan lebih repot lagi. Dia khawatir apabila nanti Syakela tahu bahwa dirinya tidak tulus dalam danmencintai menikahinya karena memanfaatkannya demi membuktikan sebuah mitos saja. Tidak bisa di bayangkan apa yang akan dilakukan wanita itu bersama semua keluarga besarnya. Mungkin Zemi harus bersiap kehilangan nyawa. Ajer kembali ke ruangannya setelah Zemi menghentikan lamunannya dan melakukan pekerjaan sebagai pimpinan yang jarang dia lakukan sebelumnya. Seperti berkeliling melihat semua bagian divisi apakah berjalan dengan baik atau tidak. Selain itu, dia juga melihat gudang, termasuk mengintrol para pekerja luar, semua dia lakukan deng
Datang Dan Berpelukan Tidak butuh waktu lama untuk menempuh perjalanan ke lokasi bencana menggunakan helikopter, Zemi memesannya dengan cepat setelah menerima permintaan Wuri padanya. Suara gemuruh dari baling-baling kendaraan terbang itu terdengar memekakkan telinga. Menggemparkan semua yang ada di sana, tidak hanya satu tapi, dua. Beberapa orang yang memiliki wewenang di sana bertanya-tanya maksud dengan kedatangan dua helikopter tanpa sepengetahuannya. Selain bersyukur, mereka banyak berharap jika bantuan datang membawa keperluan yang di butuhkan termasuk obat-obatan. Wuri segera keluar dari tenda dan melihat Zemi baru saja turun setelah helikopter berhenti dan mendarat di tanah lapang yang hanya terdapat rumput dan bebatuan di sana. Pria itu memakai setelan jas rapi yang sangat tidak cocok dikenakan di tempat seperti ini. Wuri berjalan mendekat, begitu pula dengan Zemi berjalan mendekat Wuri, hingga dua orang itu seperti dua kutub magnet yang saling tarik menarik. Begitu bersy