Share

Cinta Diam-Diam Sang Bos
Cinta Diam-Diam Sang Bos
Penulis: Maria Anita

Bab 1

Penulis: Maria Anita
Aku pulang ke rumah setelah hari yang melelahkan dan kulihat kedua orang tuaku sudah menunggu di ruang tamu.

"Citra, duduk. Kita perlu bicara,” kata ayahku dengan wajah yang tampak tegang.

“Kenapa, Ayah?” tanyaku lelah. Seharian aku kerja, malamnya kuliah dan sekarang yang aku mau cuma mandi, lalu tidur di atas ranjang. Tapi tampaknya itu nggak mungkin.

“Citra Lestari, undangan pernikahan sepupumu sudah datang,” kata ibuku.

“Perempuan murahan itu bukan sepupuku!” Aku langsung membentak, amarahku langsung menyala.

"Citra, dia sepupumu," ibuku menegaskan. “Kamu harus berhenti bersikap kekanak-kanakan. Minda sudah menamparnya dan buat keributan di rumah ini. Cukup! Dia itu anak dari kakak Ibu, berarti dia itu sepupumu."

“Maaf, Bu, tapi dia sama sekali nggak berarti apa-apa buatku,” aku mencoba tetap tenang. “Dia tidur dengan pacarku, di ranjangku. Nggak seharusnya dia kayak gitu.”

Aku sudah pacaran sama Cakra Nainggolan selama empat tahun. Dia itu pacar pertamaku. Terus aku lihat Cakra dan Kiara Raharja, sepupuku, bercinta di kamarku sendiri! Aku benar-benar syok. Tentu saja, Minda Lurdi, sahabatku, langsung mengejar mereka. Sejak saat itu, suasana rumah jadi sangat tegang karena orang tuaku menganggap itu cuma masalah sepele dan minta aku untuk bersikap seolah nggak terjadi apa-apa, seolah aku bisa kembali akrab dengan sepupuku.

“Cakra memang salah karena dia pacarmu, Citra,” ibuku mencoba membela.

“Tapi Kiara juga kasihan, dia tergoda. Cakra yang menodainya, makanya sekarang dia harus menikahinya agar nggak jadi bahan omongan orang.”

“Yang benar, Bu! Tolong dong! Semua orang juga tahu kalau Kiara itu cewek murahan…” Aku nggak bisa menahan emosiku lagi.

“Citra, jaga bicaramu!” Ayah menegurku dengan nada tajam. “Kalau kamu emang nggak mau dekat-dekat dengan Kiara, ya sudah. Tapi kamu tetap harus datang ke pernikahan itu. Jangan kasar kayak gini."

"Aku harus apa?" Aku merasa seperti salah dengar.

“Kamu harus hadir ke pernikahan sepupumu, Citra. Itu perintah! Kami orang tuamu dan kamu harus dengerin kami.” Suara ibu terdengar tajam, seolah aku yang salah.

"Maafkan aku, Bu, tapi aku nggak mau! Aku sudah nurutin kamu selama ini, jadi anak baik, tapi kali ini aku nggak sanggup. Aku yang disakiti! Aku nggak mau jadi bahan tertawaan keluarga lagi!” kataku sambil menangis.

"CUKUP, CITRA!" Ayah membentakku sampai aku kaget. “Kamu tetap harus datang ke pernikahan itu. Titik.”

"Tapi, Ayah..."

“Aku nggak mau dengar lagi, Citra! Ini penting buat ibumu. Demi jaga kedamaian keluarga. Jadi kamu harus datang, titik!” kata ayah, nggak memberiku ruang untuk membantah.

Malam itu, aku menangis di kamarku. Besoknya, aku cerita semuanya ke Minda. Dia langsung dapatkan undangan ke pesta topeng, semacam acara gala. Dia bilang ke orang tuaku bahwa acara itu sangat penting untuk karierku karena para pebisnis ternama kota akan hadir. Jadi aku bisa bangun koneksi dan para dosen berjanji akan kenalkan kami pada pengusaha yang bisa buat masa depan kami makin cerah.

Awalnya, orang tuaku masih ragu. Tapi setelah orang tua Minda ikut turun tangan dan menjelaskan bahwa ini kesempatan emas. Mereka pun luluh dan mengizinkanku pergi.

“Citra, kamu nggak boleh nolak! Aku udah beli tiket dan topengnya. Bahkan sudah yakinkan orang tuamu kalau ini acara super penting untuk masa depan kariermu. Padahal susah banget yakinin mereka. Acara ini bakal luar biasa, jadi kamu harus ikut!” Minda menatapku dengan mata memohon, tangannya saling mengepal seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan.

Waktu itu aku sedang duduk di meja kantorku, hari Kamis sore, di sela menerima telepon dan mencatat pesan. Tiba-tiba Minda datang bawa kopi, kue cokelat, dan dia tampak bersemangat sekali untuk membujukku pergi ke pesta topeng, acara terbesar di kota kami.

“Oh, Min… kenapa sih aku nggak pernah bisa nolak kamu? Oke, aku ikut!”

Aku setuju untuk ikut, tapi sebetulnya dalam hati masih ragu. Yang pasti, aku memang berniat menginap di rumah Minda supaya bisa kabur dari pernikahan itu. Tapi awalnya aku sama sekali tidak berniat menghadiri pestanya. Namun Minda terus membujukku tanpa henti sampai akhirnya aku benar-benar menyerah. Hari Sabtu, kami berdandan bersama di rumahnya.

"Wow! Kamu cantik banget malam ini!” Dia memberiku topeng emas yang cantik, dihiasi detail seperti renda halus yang menutupi wajahku hingga ke hidung dan aku memakainya. Aku mengenakan gaun satin merah berkilau, dan topeng itu tampak serasi sekali. “Jadi sudah siap?”

“Siap,” jawabku sambil meraih tas kecilku. “Eh, parfumnya ketinggalan.”

“Nggak apa-apa, pakai parfum baru ibuku aja. Dia pasti nggak keberatan.”

Saat Fajar Noman, pacar Minda, melihat kami, dia tersenyum, mencium pipi Minda, lalu berkata, “Kalian cantik banget malam ini! Aku yakin kamu bakal pulang dari pesta ini dengan pacar baru, Cit.”

“Pacar? Nggak, Fajar. Sebenarnya aku lebih pingin tinggal di sini aja. Aku lagi nggak mood buat pesta. Tolong deh, Min, biarin aku tinggal?”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
gan hwie liong
dulu sepupuku just juga merebut pacar pertama ku. walaupun aku tau salah cowoku juga tapi hubungan dengan sepupuku tidak akan bisa kembali seperti semula.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 95

    Sudut pandang Sekar.Aku terkesima saat dia membuka pintu kamar dan mendudukanku di tepi ranjang. Lampu-lampu kecil menerangi ruangan dengan cahaya temaram yang memunculkan suasana romantis. Di mana-mana ada cokelat dan permen. Di atas ranjang terletak sebuah keranjang besar yang dipenuhi berbagai jenis cokelat. Di dinding-dinding, terpasang poster-poster cetakan profesional yang dibingkai rapi, masing-masing dengan deklarasi cinta yang berbeda. Hati-hati kertas tersebar di setiap permukaan datar di ruangan itu.Heru mengambil keranjang cokelat dari atas tempat tidur dan meletakkannya di meja samping. Ia mengambil sebutir cokelat dan menghampiriku sambil membukanya. Cokelat itu ia selipkan ke dalam mulutku dan aku menggigitnya pelan. Isinya adalah cokelat isi minuman keras, dan saat aku menggigitnya, sedikit cairan mengalir dari sudut bibirku. Heru mendekat, menjilat dan mengisap tetesan itu dari kulitku, lalu memasukkan sisa cokelat ke dalam mulutnya.Dia sedang menggoda, menyihirku

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   S2-Bab 94

    Sudut pandang Sekar.Setelah membuka pintu, aku melihat seluruh ruangan diterangi oleh lampu-lampu kecil yang tersebar di berbagai sudut. Di langit-langit, ada lautan balon transparan berkilau seperti mutiara, semuanya mengambang karena gas helium. Dari tiap balon menggantung pita putih, dan di ujungnya ada foto-foto mini aku dan Heru, catatan berisi permintaan maaf atau ungkapan cinta, dan hati merah dari kertas karton. Aku berjalan perlahan, membaca setiap pesan, melihat satu per satu foto dari banyak momen bahagia yang pernah kami lalui bersama.Saat sampai di ruang tamu, air mata sudah mengalir di pipiku. Dan di depanku, aku melihat Heru berdiri di sana, di ruangan tempat kami pernah menonton matahari terbit bersama, tempat karpet berbulu dan bantal-bantal warna-warni kami masih tetap ada. Dia hanya berdiri di sana, dengan tangan di saku dan ekspresi cemas di wajahnya. Langit-langit ruangan itu juga dipenuhi balon-balon yang membawa foto, pesan, dan hati-hati kecil. Lampu-lampu ke

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   S2-Bab 93

    Sudut pandang Sekar.Setelah menerima pesan dari Minda, aku memutuskan untuk ambil tindakan, aku sudah lelah menunggu. Aku pulang, mandi, dandan cantik, semprot parfum, dan pilih gaun yang belum pernah kupakai sebelumnya. Aku pakai sepatu hak super tinggi, siap merebut kembali lelaki yang kucintai, tak peduli dia sembunyi di lubang mana sekalipun. Lalu aku telepon sekutuku yang paling setia, Enzo."Tanteku yang cantik! Apa kabar?" Jawab Enzo dengan gaya manisnya yang biasa."Aku lagi gelisah dan butuh bantuanmu," kataku langsung pada intinya."Ada apa?" Nadanya langsung serius."Aku harus cari ommu, tapi dia kayak hilang ditelan bumi. Sudah berbulan-bulan dia nggak muncul di rumah atau apartemen," kataku nyaris tanpa jeda napas."Tunggu sebentar, Tante." Aku dengar Enzo menjauh dari ponsel. Tak lama kemudian, dia kembali. "Tante, Ibu bilang mungkin dia ada di rumah Nenek. Kamu di mana sekarang?""Aku di rumah.""Kalau gitu siap-siap, aku jemput sebentar lagi, terus kita langsung ke ru

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   S2-Bab 92

    Sudut pandang Heru.Aku dan Min pergi ngopi di toko roti dekat kantor. Dia kasih aku peringatan halus dengan menarik telingaku.Lalu dia mulai menetapkan aturan main, kami akan belanja, benahi penampilanku, besok aku harus sudah kembali menjalankan kerajaanku, dan setelah itu baru dia akan bantu urus soal Sekar. Aku nggak sepenuhnya ngerti maksud semua ini, tapi kalau aku sudah kehujanan, ya sekalian aja basah. Lagipula dia menawarkan bantuan, jadi sebaiknya aku manfaatkan.Kami keluar dari toko roti dan naik taksi. Tujuan kami langsung ke hotel tempat aku sudah menginap berbulan-bulan."Heru, begini ya, kamu mandi yang bersih, beresin barang-barangmu, dan keluar dari hotel ini sekarang juga," kata Min saat kami masuk ke kamar."Min, aku nggak bisa tinggal di rumah itu tanpa Sekar, dan kalau aku balik ke apartemen, dia nggak akan pernah maafin aku.""Oh, sepertinya aku harus ubah urutannya dulu nih," keluh Min. "Oke, hari ini aku bantu kamu soal Sekar, dan hari Senin kamu bisa kembali

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   S2-Bab 91

    Sudut pandang Heru.Aku mabuk berat semalam! Sampai-sampai aku sudah tidak mengenali diriku sendiri lagi, aku benar-benar hancur. Aku pergi ke rumah Aditya untuk menjenguk bayi-bayi, tapi saat aku sampai, Sekar justru keluar dari sana. Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk bicara. Aku hanya bisa diam melihatnya masuk ke mobil dan pergi, dan aku berdiri di sana selama beberapa menit. Rasanya seperti melayang, benar-benar hancur. Aku bahkan tidak masuk ke dalam rumah, langsung balik ke mobil dan pergi ke hotel.Aku masuk ke kamar dan seperti malam-malam sebelumnya, aku mulai minum. Aku minum! Minum banyak! Bahkan lebih banyak dari yang kusadari. Saat aku bangun, aku ada di ruangan terang dan mulai melihat sekeliling. Aku melihat sesuatu terpasang di tubuhku, melihat ke sekitar dan melihat kantong infus tergantung. Aku ternyata ada di rumah sakit. Tapi bagaimana bisa? Aku terkunci di kamar hotel, memeluk botol wiski, itu saja yang kuingat.Kepalaku sakit, seluruh tubuhku sakit. Jad

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   S2-Bab 90

    Sudut pandang Sekar.Dengan cemas aku meraih ponselku, tangan gemetar saat mencari nama Heru dan menekan tombol panggil. Tapi telepon langsung masuk ke voicemail. Aku menatap Vincent dengan ragu, dan dia hanya menghela napas panjang."Pizzanya sudah datang. Aku ambil dulu, kamu sana siap-siap. Kita makan sambil kamu dandan, habis itu aku anterin kamu ke rumah Romeomu," kata Vincent, jauh lebih yakin daripada aku sendiri."Tapi gimana kalau dia lagi sama orang lain, Vincent?" tanyaku, antara panik dan cemburu."Kamu usir tuh cewek, terus bilang ke dia kalau laki-laki itu milik kamu. Aku jamin, dia bakal seneng banget," kata Vincent enteng. Aku ngakak mendengar cara dia ngomong.Vincent mengambil pizza, dan aku menuruti sarannya, siap-siap sambil makan. Setelah aku selesai berdandan, aku ambil tas dan kami pun berangkat. Dia berhenti di depan rumah Heru, dan aku minta dia tunggu sebentar, jaga-jaga kalau semuanya nggak berjalan lancar.Aku turun dan menuju gerbang, tapi satpam bilang ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status