Beranda / Romansa / Cinta Dingin Tuan Besar / Masih Belum Percaya

Share

Masih Belum Percaya

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 21:28:38

Gadis bersurai gelombang itu hanya bisa memandangi jalan yang tidak dikenalnya. Hingga mobil tadi memasuki sebuah gerbang dengan pagar yang menjulang tinggi. Perlahan mobil tadi mulai memasuki sebuah pekarangan yang sangat luas.

Deru nafasnya mungkin saja terdengar jelas di telinga wanita disampingnya. Selama perjalanan wanita itu tidak mengatakan apapun. Seperti robot yang tetap fokus dengan perjalannya.

“Bagaimana ini? Belum apa-apa aku sudah merindukan ibu dan Erika, tanpa mereka di sisiku, apa aku akan sanggup bertahan?”

Gadis itu mulai berdiskusi dengan hatinya. Netranya mulai memindai setiap sudut saat mobil itu berhenti. Dari awal mobil itu memasuki gerbang, pertama kali yang gadis itu melihat adalah rimbunan bunga yang seolah disusun dengan sangat cantik dan rapi menyerupai taman kecil di tengahnya mengalir dengan indah air jernih mengalir bergelombang seirama. Semakin menambah indah halaman depan kediaman mereka.

Ketika mobil berhenti, netra gadis bersurai gelombang itu kembali disuguhi dengan pemandangan yang membuatnya makin gugup. Ini bukan pertama kalinya, dia disuguhi hal semacam itu, tapi saat ini berbeda dari biasanya dirinya yang menghadiri satu undangan.

Beberapa orang berbadan tegap dan berjas hitam menyambut kedatangan mereka. Tidak ada senyuman dari mereka. Membuat kesan seram dan muram semakin terasa. Beberapa kali Marla menelan salivanya sendiri. Ini kali pertama dia keluar secara paksa. Biasanya dia hanya akan diizinkan keluar untuk acara undangan, sekedarnya berjalan—jalan atau menemani Erika berbelanja ke pasar saat kebutuhan dapur mereka berkurang.

“Rumah sebesar ini? Bagaimana aku membersihkannya? Lalu, untuk apa mereka mencari pelayan tambahan? Toh aku lihat, mereka nggak kekurangan pelayan sama sekali. Ya ampun, aku nggak habis pikir. Belum apa—apa, aku sudah nggak betah. Aku nggak mau disini.”

Ingin sekali gadis itu melarikan diri. Ketika hatinya terus bergemuruh tanpa henti. Tapi, saat melihat ke sekeliling, dia hanya ditinggalkan dengan beberapa pengawal yang kaku tadi, itu saja sudah membuat nyali gadis itu menciut. Marla diminta menunggu oleh wanita tadi. Gadis itu berdiri di tengah ruangan. Sekelilingnya terlihat beberapa lukisan mewah, guci, lampu kristal yang menggantung dengan indah dan lantai yang diinjaknya terbuat dari marmer.

Meski hidup Marla bersama ibunya tidak semewah itu. Keadaan seperti itu, gadis itu hanya bisa mengagumi saja tanpa banyak berbicara. Terdengar suara langkah kaki dari tangga. Marla memberanikan diri mengangkat wajahnya. Menoleh ke arah suara. Wanita yang bersamanya tadi, kini sedang menggandeng turun seorang wanita tua. Rambutnya bahkan sudah hampir memutih.

Saat gadis itu bersitatap, desiran aneh merasuk sukmanya. Wanita tua itu memicing tajam kearah Marla tanpa berkedip. Dari ujung rambut hingga kaki gadis itu ditatapnya tanpa berkata. Tubuh Marla meremang. Seperti melihat wanita tua dalam film bergenre horror. Menakutkan dan mencekam.

Tak mampu berkata, sudah terintimidasi dan membuat gadis itu menundukkan kepalanya.

“Ya ampun, seram banget sih. wajahnya saja sudah membuatku takut. Seperti akan menelanku hidup—hidup.” Lagi batinnya berteriak.

“Kapan semua suratnya kuterima?”

“Paling lambat, lusa, Nyonya Margaret,” jawab Ester.

“Owh, ternyata dia yang akan menjadi majikanku. Tampangnya benar—benar menyeramkan.” Kata Marla lagi berbisik kembali telinganya memindai diam-diam pembicaraan mereka.

“Jika bisa, aku menginginkannya lebih cepat. Semua aku serahkan padamu. Kau beritahu aturan di keluarga ini dan jangan sampai aku tahu, dia tidak mengerti!”

“Baik, Nyonya Margareth. Akan saya laksanakan!” Setelah mendengarkan perintah yang membuat Marla semakin bingung. Wanita tua tadi yang dipanggil nyonya Margaret oleh Ester meninggalkan mereka dengan bantuan pelayan lain.

“Ayo, ikuti aku!” gadis itu masih tertegun sesaat.

“Kau tidak tuli kan? Aku paling tidak suka mengulangi perkataan,” ucap Madam Ester ketus.

“Ma—maaf!” Gadis itu segera berlari mengekor dari belakang saat Ester menaiki tangga yang sama dengan nyonya Margareth tadi. Marla melewati beberapa kamar. Terasa sunyi dan senyap seperti rumah tidak berpenghuni saat gadis itu melewati kamar—kamar tersebut.

Rumah besar, bergaya eropa kuno, persis seperti gadis itu sedang berada dalam rumah hantu. Gadis itu merasa seperti terjebak di dalamnya dan kemungkinan terbesar gadis itu akan mati di dalamnya. Begitulah perkiraan yang gadis itu bayangkan.

Tepat setelah melewati dua kamar berukuran besar. Ester berhenti dan membukakan pintu.

“Ini adalah kamarmu. Maaf, aku belum memperkenalkan secara resmi padamu. Namaku, Ester. Semua pelayan dan pengawal disini memanggilku dengan sebutan Madam Ester, kau juga bisa memanggilku dengan sebutan yang sama!”

“Ba—baik, Madam Ester. Lalu apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Apa aku langsung bekerja?” Marla berkata membuat tatapan Ester memicing tajam padanya.

“Aku akan menyuruh seseorang mengantarkan makanan untukmu karena jam makan siang sudah lewat. Setelah itu, kau bisa beristirahat terlebih dahulu sebelum jam makan malam. Makan malam akan dimulai setiap pukul tujuh. Aku berharap kau sudah mempersiapkan diri dan tidak membuat kesalahan. Aku akan kembali sebelum pukul tujuh nanti. Silahkan beristirahat lebih dulu.” Meski perkataannya jelas terdengar di telinga gadis itu, tetap saja Marla bingung. Belum sempat gadis itu menjawab, Ester sudah menghilang dari pandangannya.

“Haiss, Madam Ester benar—benar kaku. Persis seperti robot. Aku belum menjawab, dia sudah pergi. Orang yang aneh.” Gadis itu bergerutu kembali. Marla melangkahkan kakinya memasuki kamar yang sudah dibukakan oleh madam Ester.

“Astaga … i—ini? Serius kamarku? Apa mereka, ah  madam Ester nggak salah memberikanku kamar?” Gadis bersurai gelombang itu membekap mulutnya. Takjub dengan apa yang dilihatnya.

Kamar bernuansa lembut dan didominasi dengan warna serba putih. Kamar itu lebih mirip seperti kamar seorang putri. Marla berjalan mendekat, namun saat beberapa langkah dan ingin menyentuh, suara ketukan pintu membuatnya menoleh.

“Maaf  Nona, madam Ester menyuruhku mengantarkan ini. Jika, Nona sudah selesai dengan semua ini, Nona bisa meletakan kereta ini diluar kamar. Saya pergi dulu!” seorang pelayan masuk setelah dia mengetuk pintu.

Setelah memberitahu dan meletakan kereta dorong. Pandangannya jelas langsung tertuju pada kereta itu. Tanpa gadis itu sadari, perutnya makin bergenderang dengan kencang.

“Aku lupa, sarapan tadi aku hanya makan sedikit. Makan siang pun terlewatkan begitu saja. Semua karena masalah ini yang datang tiba—tiba. Baiklah, Marla, isi perutmu dulu, setelah ini baru dipikirkan lagi.” Sesaat semuanya teralihkan. Marla cukup kelaparan. Energinya tadi lumayan terkuras karena menangis dan ada drama seperti dalam televisi yang main tarik paksa.

“Hah, aku masih berharap ini bukan nyata, hanya mimpiku saja. Aku berharap, aku masih bisa kembali ke tempat dimana ibuku berada. Semangat, Marla. Kumpulkan energi lalu pikirkan lagi nanti caranya!” Marla menutup pintu kamarnya. Mendorong kereta makan ke sudut ruangan dengan mini sofa yang tak berjauhan dari ranjang putrinya.

Gadis bersurai gelombang itu menghabiskan dengan cepat semua makanannya. Marla menyentuh bantal dan guling berenda dengan ranjangnya yang berkelambu putih. Memang masih sangat sulit dipercaya semua kejadian yang menimpanya hari ini. Pikirannya mendadak kosong. Tak sabar gadis itu setelah menyentuhnya, dia perlahan duduk dan tanpa sadar, tubuhnya yang terasa sangat lelah membuatnya terbaring. Terlelap dalam buaian mimpi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Hangat Dan Lembut

    Marla jadi salah tingkah dan tidak memberikan jawaban.“Jui, mau tambah lagi nggak?” sedikit kesempatan saat melihat piring anaknya sudah kosong.“Mmm, Aku mau yang itu, Ma!” tunjuk Jui menunjuk ayam goreng. Marla segera mengambilkan dan gadis kecil itu memakannya dengan lahap.Mereka pun mulai larut dengan makannya.Richard terus menatapnya. Marla makan tidak bersemangat. Dia hanya makan beberapa suap. Beberapa kali saat dia ingin mengambilkan makanan untuk Jui, Richard seolah dengan sengaja mengambil makanan yang sama.Kakaknya sedang meminta perhatian.Namun, Marla memang masih belum nyaman dengan pertemuan yang dianggapnya mendadak.Ascar harus memberikan momen berdua. Setelah makan, dia segera mengajak Jui untuk bermain bersama mereka. Membiarkan meja kotor dan berantakan untuk dibersihkan oleh kakaknya juga Marla.Mau tidak mau Marla dan Richard merapikan bersama.Richard terus memepet kemanapun gadis nya pergi. Apalagi dia sudah merasa ada lampu hijau yang diberikan Jui. Pa

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Jebakan Ascar

    “Kau benar—benar tidak mengingatku?” Sebastian tidak sabar dia langsung mengeluarkan suaranya.Marla menggeleng perlahan.“Aku, Sebastian Bernard, pengantin kecilnya Erika. Bukankah kamu dulu sering meledek ku,” ucapnya. Dia sedang berusaha mengingatkan Marla.Namun, wajahnya masih kebingungan.“Hah, benar—benar ya. ternyata Aku orang yang mudah dilupakan,” Sebastian merasa kecewa karena Marla juga tidak mengingatnya.Sebastian melipat kedua tangannya di dada. Sementara Marla melirik Erika meminta bantuannya.“Ah, maafkan Aku, Aku benar—benar lupa. Bagaimana kabarmu?” meski belum sepenuhnya mengingat, Marla tidak ingin membuatnya kecewa lagi. Dia mengulurkan tangan untuk meminta maaf.Tapi, Sebastian malah menariknya ke dalam pelukan.“Kamu benar—benar nggak berubah. Masih saja pelupa seperti dulu,” ejek Sebastian, mengendurkan pelukannya, mencium kening dan mengusap rambut Marla.“Maaf, tadi Aku beneran lupa. Sedang apa kau disini? Ah atau jangan bilang kamu beneran datang untuk me

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Kesedihan Mendalam

    “Aku rasa, sejak dia kembali dari perjalanan kami waktu itu. Sikapnya mulai berubah. Aku mendengar lagi dia mengoceh kalau dia sudah lelah dan ingin kembali bersama Jodhy.”“Padahal aku benar—benar yakin, dia sudah lama sekali semenjak bertemu Jui, dia nggak pernah mengatakan hal tersebut.” Suara Erika bergetar. Mengeluarkan semua uneg—uneg yang mengganggunya.Richard langsung mengerti dengan pembicaraan tersebut. Dia merasa bersalah. Dia merasa perubahannya kali ini penyebabnya adalah karena dirinya.Guntur besar berbunyi dan dari kamar Jui terdengar tangisan juga panggilannya untuk Marla. Pelayan berlari ke kamar untuk menenangkannya.Namun, suara bantingan pintu pun terdengar keras. Dia melihat Marla keluar kamar. Tatapan matanya kosong. Dia terlihat mondar—mandir di ruangan seperti mencari sesuatu.Lalu, setelah mendapatkan apa yang dia cari, dia berlari keluar rumah.“Marla, kamu mau kemana? Diluar masih hujan!” teriak Erika panik. Dia ikutan berlari dan menarik tangannya.“Kamu

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Ternyata Salah

    Jeep Ascar berhenti di sebuah rumah mungil bercat putih. Pemandangan menyejukan mata sudah menyapa mereka. Pagar kayu berwarna putih dengan pekarangan bunga mini sudah menyambut mereka.“Kak Chard, kami tinggal dulu. Hubungi Aku kalau kau memang sudah selesai,” ucap Ascar.Namun, sang kakak masih terhanyut dengan lamunan.Ascar tahu, ini momen penting untuk kakaknya. Dia tidak ingin mengganggu. Sudah sangat jelas, kakaknya menantikan ini dari lima tahun lalu.Kakaknya hanya mengangguk. Dan setelah persetujuan itu, Ascar baru membawa Erika dan Jui pergi bersamanya.Dia sudah mendengar cerita dari Erika. Kalau suasana hatinya sedang kalut seperti itu, Erika akan membawa Jui ke panti. Membiarkannya tenang dulu.Telinga Richard mendengar alunan piano yang sedang dimainkan. Kakinya mulai melangkah jalan setapak yang dibuat dengan batu kecil terhampar menuju pintu rumahnya.Dia hampir saja melupakan alunan indah itu. Dia membencinya karena tidak ingin mengingat hal yang menyakitkan. Terny

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Hal Gila

    “Maafkan, Aku, Bas …,” ucap Erika lirih menyentuh tangannya.Erika benar—benar tidak tega melihat tatapan sedih dan penuh luka. Dia juga tidak ingin membohongi perasaannya yang sudah berubah pada Sebastian.“Jangan meminta maaf lagi. Ini sepenuhnya bukan kesalahanmu. Aku juga ikut andil,” tatapan Sebastian penuh haru dan semakin membuat dada Erika menyerinyit.“Selama ini Aku nggak pernah memberikan kamu kabar apapun. Dan hari ini, Aku tiba—tiba datang untuk menjemputmu sebagai pengantin kecil ku. Kamu pasti terkejut dan tidak akan menyangka nya,” tatapannya semakin dalam dengan perasaan yang sudah campur aduk.Erika terhanyut dengan tatapan sendunya, “Ya … ampun, Sebastian … Aku jadi melelehkan. Bagaimana bisa dua laki—laki membuatku frustasi,” bisik Erika di hati yang kalang kabut.Erika tidak menyangka, dulu dia sangat mendambakan cinta. Tidak ada seorangpun. Sekarang dua orang sekaligus menyatakan perasaan cinta dan ketulusan. Mendapatkan perhatian yang berlimpah dari dua laki—lak

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Kedua Kalinya

    Ascar tidak mungkin melepaskan Erika begitu saja. Selama masih ada kesempataan berduaan, dia tidak akan melewatkan.Mobil jeep nya berhenti dipersimpangan jalan. Senyuman nakal sudah tersungging dari wajah tampannya.“Kok berhenti?” Erika meliriknya.“Karena kamu menolak menginap, Aku akan menyelesaikan hukumannya disini,” seringainya.“Hukuman? Apa maksudnya, Ascar? Ayo cepat pulang. Aku sudah berjanji pada Sebastian akan pulang dan nggak enak membuatnya menunggu,” Erika masih sedikit kesal.“Oh, bagus ya. Jadi, kamu ingin segera pulang karena di tunggu si Br3 N953K itu,” nada suara Ascar berubah satu oktaf. Dia meraih tengkuk Erika agar lebih mendekati wajahnya.Erika menahan. Dia tidak ingin sampai Ascar melakukan apapun. Dia juga mengerti kalau sekarang Ascar sedang cemburu.“Ascar, sudah nggak usah bercanda lagi. Aku mau pul—,” belun sempat Erika melanjutkan ucapannya, Ascar sudah mendaratkan bibirnya. Kali ini dia bersikap kasar. Sedikit memaksa karena Erika memberikan perlawan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status