Share

Belum Terbiasa

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 21:29:13

Samar terdengar suara ketukan pintu. Gadis bersurai gelombang itu menggeliat, telinganya mulai mencari suara. Marla melompat turun dari ranjang dan menghampiri pintu. Diambang pintu, terlihat Ester sudah berdiri dan tatapannya langsung beralih pada gadis bersurai gelombang itu.

“Apa kau melupakan perkataanku tadi siang?” tepat perkataan tadi langsung menusuk jantung Marla.

“Ma—maafkan aku, Madam Ester, a—ku, tahu—tahu ketiduran dan terjadi begitu saja. Biasanya ….”

“Lima belas menit, paling lama waktumu untuk bersiap. Aku sudah bilang jangan lakukan kesalahan apapun. Tidak akan ada pengecualian khusus, kalau salah kau pasti tetap akan dihukum!”

Gluk! Rasanya gadis itu sudah sekali menelan salivanya. Ucapan bukan sekedar ucapan saja, tapi lebih dititik beratkan kalau bersalah akan tetap dihukum.

“Maaf, Madam. Aku akan bersiap. Tolong maafkan aku!” Marla membungkukkan badannya berkali—kali, “Cepatlah, aku tidak perlu maafmu sekarang, tapi jam makan malam akan segera dimulai. Aku tidak ingin yang lainnya menunggu karena keterlambatanmu,” hardiknya. Suara madam Ester naik satu oktaf membuat Marla berlari terbirit ke dalam kamarnya lagi.

“Huwaaa … belum satu hari aku sudah melakukan kesalahan. Ya ampun, apa aku akan langsung dipecat hari ini juga?” Marla tidak bisa lagi menikmati ruangan yang begitu mewah itu, dipikirannya sekarang, segera ber bersih dan mempersiapkan diri agar dirinya tak terlambat saat jam makan malam.

Gadis itu membuka pintu dan hampir saja dia melompat karena terkejut. Madam Ester tetap berdiri di depan pintunya.

“Ya ampun, Madam, bikin kaget aku saja!”

“Anak muda jaman sekarang tidak berguna. Sikapnya ceroboh dan seenaknya sendiri. Untung saja, kau tidak terlalu bodoh!” cetus madam Ester yang melirik Marla sambil berjalan.

“Apa lagi ini? Kenapa mereka semua memberi hormat dan menundukkan kepala saat melihatku. Aku kan sama seperti mereka, tapi omong—omong, kenapa kamarku terpisah dengan yang lainnya?” Batin Marla.

“Kau, cepat kesini!” dengan isyarat mata, Marla bergegas menghampiri madam Ester.

Tak berapa lama, semua pelayan tertunduk kembali. Gadis itu memberanikan diri melirik, ternyata si empu—nya rumah dengan seseorang yang menuntunnya. Namun, yang berbeda kali ini. Wanita tua itu tidak dituntun oleh seorang pelayan melainkan seorang pria. Perawakannya tinggi dan bertubuh besar. Tegap dan berisi. Marla sempat terpana sesaat, pria tadi sempat melirik ke arahnya dengan tajam.

Membuat gadis itu sadar dan menundukkan kepalanya. Wajah tampannya sedikit membuat Marla gugup. Tatapan dinginnya seperti sebuah pisau yang menghujam jantung Marla. Seolah—olah, gadis itu memiliki kesalahan padanya. Saat mereka duduk, seorang pelayan mempersilahkan Marla duduk. Gadis itu ingin menolaknya, tapi delikan madam Ester dan tatapan si nyonya rumah tak bisa membuatnya berkutik.

Suasana makan terasa canggung. Tidak ada seorangpun yang berbicara saat makan. Sepertinya, aturan seperti itu yang dipakai di keluarga ini. Berbeda dengan suasana ruang makan Marla bersama anak—anak di panti. Disini makan mencekam seperti sedang menghadapi persidangan.

“Ester, besok pergilah membeli beberapa pakaian dan barang yang pantas dikenakan di keluarga ini. Aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun, kau mengerti?”

Meski berkata pada madam Ester, namun tidak dapat dipungkiri perkataan tadi ditujukan untuk gadis bersurai gelombang itu.

“Baik, Nyonya, saya akan kerjakan sesuai dengan keinginan anda.” Telinga Marla tetap terpasang dengan antena tinggi.

“Apa dia bilang barusan? Pakaian yang pantas? Memangnya ada yang salah dengan pakaianku? Apanya yang tidak pantas. Ini memang pakaianku.” Jawab di hati Marla sedikit terkejut dengan perintahnya tadi.

Tidak berkata apapun lagi, setelah memberikan perintahnya. Wanita tua tadi kembali untuk beristirahat. Lagi, Marla merasakan desiran aneh saat dilirik oleh pria itu.

“Batrick!” suara madan Ester memanggil seorang pelayan.

“Iya, Madam, apa yang perlu saya lakukan?”

“Bawa Nona ke kamar, pastikan dia istirahat. Aku tidak ingin sampai dia terlambat lagi,” dengan lirikan mata dan perkataan yang penuh tekanan, madam Ester memberikan perintah.

“Baik, Madam. Saya akan kerjakan!”

“Pergilah,” madam Ester akan berbalik.

“Tu—tunggu sebentar, Madam,” spontan gadis bersurai gelombang tadi mencengkram lengannya, mencegah pergi.

“Ada apa?”

“Madam, bisakah aku berjalan—jalan sebentar. Aku tadi sudah ketiduran, jadi belum terlalu mengantuk!”

“Lebih baik kau kembali ke kamar. Tidurlah. Besok aku membutuhkanmu lebih awal. Aku tidak suka keterlambatan lagi!”  makin ketus jawaban yang diberikan madam Ester.

“Ta—pi, Madam, kalau jam seperti ini dipantai aku masih menghabiskan waktu dengan adik—adik. Aku masih menemani mereka sambil menjelang tidur.”

“Aku  sangat tidak menyukai kebiasaanmu itu. saat ini, kau sudah berada di dalam keluarga Branson Austin, aku tidak suka kau mengungkit itu. Dan dapat dipastikan nyonya tidak menyukainya. Lupakan semua, disini sekarang kamu berada dan harus bisa menyesuaikan diri!” Wajah gadis itu mendadak pias. Disuruh melupakan semua kenangan yang paling berarti dalam hidupnya adalah sesuatu hal yang tidak masuk akal. Seperti dirinya yang dibawa secara paksa keluar dari panti, meskipun gadis itu sudah menolaknya.

“Batrick!”

“Ya, Madam Ester!”

“Temani dan jaga Nona Muda berjalan—jalan. Jangan biarkan dia tidur terlalu malam!” setelah melirik ke arah Marla, lalu madam Ester berlalu dari hadapan mereka.

“Apalagi itu?Setelah tadi di panggil Nona, sekarang Nona Muda. Apa maksud madam Ester? Kenapa sampai saat ini madam belum menjelaskan pekerjaanku seperti apa. Aku belum terbiasa seperti ini. Membingungkan.”

Gadis bersurai gelombang tadi hanya menghela nafasnya. Mencoba mengerti dan memahami. Dia berpikir, itu hanyalah sebuah sapaan. Yang terpenting saat ini dia masih bisa menghirup udara setelah kedatanganya siang tadi.

Pelayan bernama Batrick tadi hanya mengikuti. Saat gadis itu melewati beberapa pengawal, lagi yang membuat gadis itu bingung. Semua pengawal memberi hormat dan menunduk padanya.

“Namamu, Batrick kan? Aku, Marla Fransisca. Senang berkenalan denganmu. Kita belum sempat berkenalan kan?” Marla mengukurkan tangan untuk berkenalan, tapi pelayan tadi sedikit ragu untuk menerima uluran tangannya.

“Saya, Batrick, Nona Marla. Saya adalah yang akan membantu semua keperluan Nona selama berada disini,” ucapnya.

“Haduh udah deh, jangan panggil pakai sebutan itu. telingaku gatal tahu, kita kan sama saja, bekerja disini!” Batrick menautkan kedua alisnya. Dia merasa ada yang salah dengan ucapan Marla, tapi tetap tidak berani melanggar apa yang sudah diperintahkan.

“I—iya, Nona Marla!”

“Marla saja!”

“Baik, Nona!”

“Aduh, oke, oke, terserah kamu saja, Batrick. Sesukamu saja memanggilku!” Perdebatan tidak akan selesai karena hanya membahas panggilan saja. Jadi, gadis itu tetap memutuskan mengabaikan.

Marla berjalan melewati beberapa koridor, taman dan kolam ikan yang hanya terlihat gerakannya dari pantulan cahaya lampu. Pikirannya terus menerawang hingga tak terasa gadis itu berjalan ke arah taman belakang. Netranya memindai sebuah ayunan.

“Tempat apa ini, Batrick?” Gadis itu mendudukan dirinya pada bangku ayunan.

“Ini Mansion keluarga Austin, Nona. Lebih tepatnya mirip seperti perkebunan pribadi keluarga Austin, Nona!”

“Oya? Pasti sangat besar dan kau pasti lelah mengerjakan semua. Huh, nanti tolong bantu aku ya. Aku pasti akan banyak bertanya denganmu,” Batrick terlihat menggaruk kepalanya sendiri.

“Ada apa?” karena tidak mendapat jawaban darinya.

“Ti—tidak, Nona. Baik, Nona!” gagap Batrick menjawabnya. Dia takut memberikan jawaban yang salah dan diberi hukuman.

“Uhm, kalau kesana ada apa lagi?” tunjuk Marla kearah yang berkelip dengan lampu—lampu yang terlihat indah.

“Disana ada jembatan kecil, taman bunga  yang luas, kandang kuda dan tempat yang bisa Nona jadikan untuk berjalan—jalan atau hanya memandangi saja sambil berjalan kaki,” terang Batrick kemudian.

“Wah, ternyata cukup luas ya. Huh, heumm ….”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Hangat Dan Lembut

    Marla jadi salah tingkah dan tidak memberikan jawaban.“Jui, mau tambah lagi nggak?” sedikit kesempatan saat melihat piring anaknya sudah kosong.“Mmm, Aku mau yang itu, Ma!” tunjuk Jui menunjuk ayam goreng. Marla segera mengambilkan dan gadis kecil itu memakannya dengan lahap.Mereka pun mulai larut dengan makannya.Richard terus menatapnya. Marla makan tidak bersemangat. Dia hanya makan beberapa suap. Beberapa kali saat dia ingin mengambilkan makanan untuk Jui, Richard seolah dengan sengaja mengambil makanan yang sama.Kakaknya sedang meminta perhatian.Namun, Marla memang masih belum nyaman dengan pertemuan yang dianggapnya mendadak.Ascar harus memberikan momen berdua. Setelah makan, dia segera mengajak Jui untuk bermain bersama mereka. Membiarkan meja kotor dan berantakan untuk dibersihkan oleh kakaknya juga Marla.Mau tidak mau Marla dan Richard merapikan bersama.Richard terus memepet kemanapun gadis nya pergi. Apalagi dia sudah merasa ada lampu hijau yang diberikan Jui. Pa

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Jebakan Ascar

    “Kau benar—benar tidak mengingatku?” Sebastian tidak sabar dia langsung mengeluarkan suaranya.Marla menggeleng perlahan.“Aku, Sebastian Bernard, pengantin kecilnya Erika. Bukankah kamu dulu sering meledek ku,” ucapnya. Dia sedang berusaha mengingatkan Marla.Namun, wajahnya masih kebingungan.“Hah, benar—benar ya. ternyata Aku orang yang mudah dilupakan,” Sebastian merasa kecewa karena Marla juga tidak mengingatnya.Sebastian melipat kedua tangannya di dada. Sementara Marla melirik Erika meminta bantuannya.“Ah, maafkan Aku, Aku benar—benar lupa. Bagaimana kabarmu?” meski belum sepenuhnya mengingat, Marla tidak ingin membuatnya kecewa lagi. Dia mengulurkan tangan untuk meminta maaf.Tapi, Sebastian malah menariknya ke dalam pelukan.“Kamu benar—benar nggak berubah. Masih saja pelupa seperti dulu,” ejek Sebastian, mengendurkan pelukannya, mencium kening dan mengusap rambut Marla.“Maaf, tadi Aku beneran lupa. Sedang apa kau disini? Ah atau jangan bilang kamu beneran datang untuk me

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Kesedihan Mendalam

    “Aku rasa, sejak dia kembali dari perjalanan kami waktu itu. Sikapnya mulai berubah. Aku mendengar lagi dia mengoceh kalau dia sudah lelah dan ingin kembali bersama Jodhy.”“Padahal aku benar—benar yakin, dia sudah lama sekali semenjak bertemu Jui, dia nggak pernah mengatakan hal tersebut.” Suara Erika bergetar. Mengeluarkan semua uneg—uneg yang mengganggunya.Richard langsung mengerti dengan pembicaraan tersebut. Dia merasa bersalah. Dia merasa perubahannya kali ini penyebabnya adalah karena dirinya.Guntur besar berbunyi dan dari kamar Jui terdengar tangisan juga panggilannya untuk Marla. Pelayan berlari ke kamar untuk menenangkannya.Namun, suara bantingan pintu pun terdengar keras. Dia melihat Marla keluar kamar. Tatapan matanya kosong. Dia terlihat mondar—mandir di ruangan seperti mencari sesuatu.Lalu, setelah mendapatkan apa yang dia cari, dia berlari keluar rumah.“Marla, kamu mau kemana? Diluar masih hujan!” teriak Erika panik. Dia ikutan berlari dan menarik tangannya.“Kamu

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Ternyata Salah

    Jeep Ascar berhenti di sebuah rumah mungil bercat putih. Pemandangan menyejukan mata sudah menyapa mereka. Pagar kayu berwarna putih dengan pekarangan bunga mini sudah menyambut mereka.“Kak Chard, kami tinggal dulu. Hubungi Aku kalau kau memang sudah selesai,” ucap Ascar.Namun, sang kakak masih terhanyut dengan lamunan.Ascar tahu, ini momen penting untuk kakaknya. Dia tidak ingin mengganggu. Sudah sangat jelas, kakaknya menantikan ini dari lima tahun lalu.Kakaknya hanya mengangguk. Dan setelah persetujuan itu, Ascar baru membawa Erika dan Jui pergi bersamanya.Dia sudah mendengar cerita dari Erika. Kalau suasana hatinya sedang kalut seperti itu, Erika akan membawa Jui ke panti. Membiarkannya tenang dulu.Telinga Richard mendengar alunan piano yang sedang dimainkan. Kakinya mulai melangkah jalan setapak yang dibuat dengan batu kecil terhampar menuju pintu rumahnya.Dia hampir saja melupakan alunan indah itu. Dia membencinya karena tidak ingin mengingat hal yang menyakitkan. Terny

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Hal Gila

    “Maafkan, Aku, Bas …,” ucap Erika lirih menyentuh tangannya.Erika benar—benar tidak tega melihat tatapan sedih dan penuh luka. Dia juga tidak ingin membohongi perasaannya yang sudah berubah pada Sebastian.“Jangan meminta maaf lagi. Ini sepenuhnya bukan kesalahanmu. Aku juga ikut andil,” tatapan Sebastian penuh haru dan semakin membuat dada Erika menyerinyit.“Selama ini Aku nggak pernah memberikan kamu kabar apapun. Dan hari ini, Aku tiba—tiba datang untuk menjemputmu sebagai pengantin kecil ku. Kamu pasti terkejut dan tidak akan menyangka nya,” tatapannya semakin dalam dengan perasaan yang sudah campur aduk.Erika terhanyut dengan tatapan sendunya, “Ya … ampun, Sebastian … Aku jadi melelehkan. Bagaimana bisa dua laki—laki membuatku frustasi,” bisik Erika di hati yang kalang kabut.Erika tidak menyangka, dulu dia sangat mendambakan cinta. Tidak ada seorangpun. Sekarang dua orang sekaligus menyatakan perasaan cinta dan ketulusan. Mendapatkan perhatian yang berlimpah dari dua laki—lak

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Kedua Kalinya

    Ascar tidak mungkin melepaskan Erika begitu saja. Selama masih ada kesempataan berduaan, dia tidak akan melewatkan.Mobil jeep nya berhenti dipersimpangan jalan. Senyuman nakal sudah tersungging dari wajah tampannya.“Kok berhenti?” Erika meliriknya.“Karena kamu menolak menginap, Aku akan menyelesaikan hukumannya disini,” seringainya.“Hukuman? Apa maksudnya, Ascar? Ayo cepat pulang. Aku sudah berjanji pada Sebastian akan pulang dan nggak enak membuatnya menunggu,” Erika masih sedikit kesal.“Oh, bagus ya. Jadi, kamu ingin segera pulang karena di tunggu si Br3 N953K itu,” nada suara Ascar berubah satu oktaf. Dia meraih tengkuk Erika agar lebih mendekati wajahnya.Erika menahan. Dia tidak ingin sampai Ascar melakukan apapun. Dia juga mengerti kalau sekarang Ascar sedang cemburu.“Ascar, sudah nggak usah bercanda lagi. Aku mau pul—,” belun sempat Erika melanjutkan ucapannya, Ascar sudah mendaratkan bibirnya. Kali ini dia bersikap kasar. Sedikit memaksa karena Erika memberikan perlawan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status